Banyak teman teman minta saya menulis tentang Adani Group, yang beritanya sampai mengundang perhatian Jokowi. Maklum. 80% kapitalisasi Pasar modal India, disumbang oleh 8 perusahaan di bawah Adani Group. Nah anda bisa bayangkan raksasa perusahaan ini. Engga ada apa apanya dengan konglomerat Indonesia. Bahkan Marcap nya mencapai USD 150 miliar. Itu mengalahkan semua aset BUMN kita. Dia masuk tiga besar orang terkaya di ASIA keren kan.
Sebenarnya pada awalnya bisnis Gautam Adani baik baik saja. Semua bisnis dikelola secara profesional dan berkelas dunia. Jadi wajar kalau sahamnya begitu bernilai dan bank tidak ragu membiayai bisnisnya. Kan engga ada investor yang bego dan engga ada banker yang dungu. Pastilah ada hitung hitunganya sehingga mereka mau gelontorkan terus dana kepada Gautam Adan. Nah mengapa dia sampai jatuh? Saya akan jelaskans secara sederhana.
Pertama. Beberapa tahun lalu dia memang melakukan aksi korporate untuk menarik dana dari pasar. Programnya adalah diversifikasi usaha. Ini awal kesalahan fatal dia. Mengapa?. Dia tidak punya pengalaman soal leverage aset untuk tujuan akuisisi. Ok, bisa aja dia bayar profesional membantunya. Tetapi dia tidak punya naluri sebagai predator pasar, Chemistry sebenarnya adalah pedagang komoditi. Tapi karena bujukan dari pemain hedge fund, yang memprovokasinya sehingga dia mau saja gunakan seluruh asetnya di leverage untuk ekspansi.
Kedua. Dari kesalahan pertama masuk kepada salahan kedua. Apa itu? Ekpansi tidak terkait dengan core bisnis yang ada. Bahkan bisnis tersebut termasuk bisnis baru bagi dia. Dia masuk ke bisnis pelabuhan, Bandara, pertambangan batu bara, Pabrik semen, pusat data ( IDC) dan energi hijau. Contoh, Adani Group mengakuisisi pelabuhan Haifa di Israel senilai $1,2 miliar dan unit semen India milik perusahaan Swiss Holcim seharga $10,5 miliar, selain itu hampir tiga lusin akuisisi besar dan kecil termasuk media massa , perawatan kesehatan dan layanan digital. Total belanjanya mencapai USD 70 miliar.
Ketiga. Dari kesalahan kedua, masuk kepada kesalahan tiga. Semua ekspansi usaha itu membuat anggota keluarganya samakin besar pengaruhnya terhadap management. Lambat laun yang menjadi kepercayaan Gautam Adan adalah anggota keluarganya, bukan lagi profesioanal. Saat itu, dia sudah irasional. Semua sumber pembiayaan berasal dari skema hedge fund. Jadi memang tidak diperlukan akal sehat. Karena sejak itu sahamnya terbang tinggi, bukan karena kinerjanya, tetapi karena persepsi yang diciptakan para pemain hedge fund. Dia tidak sadar sedang dihabisi oleh predator dan anggota keluarganya tidak menyadari itu. Bahkan semakin mabuk akibat saham yang terus moncer.
Keempat. Dari kesalahan ketiga masuk kepada kesalahan keempat. Apa itu ? Dia menggunakan akses kekuasaan, Perdana Menteri India Narendra Modi, untuk menjadikan bank dalam negeri sebagai sumber leverage untuk masuk ke pasar uang global lewat penerbitan surat utang. Itu sama saja dia meminjam collateral dari bank dalam negeri. Kemudian dia exit lewat pasar modal untuk membayar utangnya. Investor bursa dikorbankan, Kemudahan ini semakin membuat dia mabuk dan berniat melibas pesaingnya seperti Mukesh Ambani dari Reliance Industries Ltd.
Kelima, Dari kesalahan keempat itu masuk kepada kesalahan kelima. Dia mengabaikan Mukesh Ambani dari Reliance Industries Ltd sebagai pesaing. Dia anggap pesaing itu hanya sebatas bisnis. Dia tidak paham intrik dikalangan pemain hedge fund. Darimana CreditSights dapatkan informasi yang begitu lengkap tentang isi perut perusahaannya? ya dari orang dalam. Sekelas CreditSights kalau membuat laporan bad news, itu dampaknya luas sekali. Benarlah pasar modal menghukumnya. Saham berjatuhan. Dia harus top-up collateral dari saham Adani Enterprises Ltd yang solid dan liquid. Lama lama tidak ada lagi saham untuk di topup. Gagal bayar terjadi dan ini berdampak sistemik. Nah saat inilah pemakan bangkai akan berdatangan.
Hikmah yang bisa diambil dari kejatuhan Adani group ini adalah sebagai berikut. Pertama, Jangan lakukan ekspansi kepada bisnis yang tidak terkait dengan core business. Kedua, jangan dianggap kemudahan sumber pendanaan itu bagus. Too good to be true itu racun. Berkembanglah karena SDM dan organisasi, bukan karena uang. Uang harusnya mengikuti karena berkembangnya bisnis dan profesionalitas. Ketiga, jangan pernah libatkan emosional dalam merekrut pekerja. Anggota keluarga sebaiknya hindari terlibat dalam proses menagement. Dan terakhir, pemerintah jangan pernah memberikan fasilitas kemudahan kepada pengusaha besar untuk tujuan leverage lewat perbankan dalam negeri dan pasar modal.
No comments:
Post a Comment