Sunday, April 6, 2025

Agenda dibalik darurat ekonomi AS

 






AS punya 750 pangkalan militer di 80 negara. AS sampai kini mendominasi bisnis jasa global, dari sector jasa keuangan dan teknologi. Tidak ada yang tidak tahu google, Apple, Microsoft. Tiga perusahaan itu saja Marcap nya mengalahkan PDB semua negara ASEAN plus Jepang dan Korea. Tidak ada satupun kapal cargo di dunia ini yang berani berlayar tanpa asuransi dan itu 100% insurance providernya adalah AS. Tanpa kapal tidak ada perdagangan global. USD tetap sebagai mata uang dunia. Tanpa itu perdagangan dunia lumpuh.


Memang sebagai negara kapitalis, AS punya masalah dengan rasio GINI. Ada 20% penduduk dikatagorikan miskin. Namun menurut penelitian dari Just Fact tahun 2019, yang tergolong miskin di AS memiliki tingkat konsumsi material yang lebih tinggi daripada semua warga negara di sebagian besar negara-negara kaya. Konsumsi mereka diatas 5% dari pendapatan mereka. Artinya walau miskin tetap saja kaya bagi ukuran  negara lain, apalagi bagi negara berkembang.


Kalau Trumps sampai mengumumkan darurat ekonomi nasional, itu hanya ungkapan kerakusan AS yang tidak ingin ada sedikitpun dominasi negara lain selain AS di planet bumi ini. Padahal kemakmuran negara lain seperti China, Jepang, Korea,  Eropa dan lainnya, tak lain karena kebijakan masa lalu AS yang sekian decade menciptakan tarif impor rendah dan bertransformasi menjadi negara yang berbasis high tech. Karena itu mesin ekonomi global menjadi efisien lewat integritas supply chain global.


Artinya agenda Trumps dengan menaikan tarif resiprokal untuk membangun kembali industry padat karya dalam negeri akibat relokasi ke negara lain, itu tidak masuk akal. Mengapa ?  Harus ada social engineering  menurunkan upah. Kan engga mungkin!. Struktur social negara kaya tidak memungkinkan tersedia cukup buruh untuk industri padat karya. Dan lagi akibat sekian decade ekonomi AS sudah bertransformasi menjadi negara industry high-tech, tidak tersedia supply chain untuk industry low tech. Contoh, diperlukan 70 bahan untuk pembuat sepatu, belum lagi TPT dan lainnya.


Walau AS paksakan membangun industry padat karya, jelas tidak akan efisien. Mau diproteksi dengan tarif 100%, tetap saja industry dalam negeri AS tidak akan bisa bersaing dengan produk import. Dan konsumen AS tetap akan memilih barang murah walau itu produksi negara lain. Investor AS  pasti ogah biayai industry low tech yang low margin.Maklum idiologi bangsa ini bukan nasionalisme tetapi kapitalisme. Buy low sell high and pay later.


Jadi apa sebenarnya agenda besar dibalik darurat ekonomi nasional AS ini? Ya kita harus lihat latar belakang Trump sebagai business man , yang pasti akrab dengan pasar modal dan uang. Dia sengaja membangun issue besar berskala global sehingga membuat shock pasar uang dan pasar modal. Nah sebenarnya dia sedang melakukan pemotongan kurva ekonomi global agar terjadi rebalancing yang berpusat kepada hegemoni AS. Kenaikan tarif resiprokal itu cara AS menghukum negara lain yang tidak patuh.

Saturday, April 5, 2025

Balasan China terhadap Tarif resiprokal AS

 




Di White House Rose Garden Trumps berpidato." For decades, our country has been looted, pillaged, raped and plundered by nations near and far, both friend and foe alike. American steelworkers, autoworkers, farmers and skilled craftsmen, we have a lot of them here with us today, they really suffered gravely. They watched in anguish as foreign leaders have stolen our jobs. Foreign cheaters have ransacked our factories, and foreign scavengers have torn apart our once beautiful American dream.” 


Saat mendengar pidato Trumps lewat TV, saya senyum aja. Mengapa ?  AS itu bangsa  pemenang perang dunia kedua. Negara super power yang menjadi penjaga stabilitas dunia. Negara yang menggagas lahirnya PBB dan WTO. Tidak ada negara di dunia ini yang barani menyerang langsung atau tidak langsung AS.  Artinya kalau sampai ekonomi domestik AS terpuruk itu ulah AS sendiri. Termasuk sikap reaktif negara lain. Jadi melemparkan kesalahan kepada negara lain, itu jelas sikap politik. Agenda nya bukan sekedar tarif, tetapi ada yang lebih besar. Setidaknya itu yang dibaca oleh China.


Setelah pengumuman tarif, DowJones Industrial Average  anjlok 5,5%, kerugian lebih dari 2.200 poin, sehingga penurunan dua harinya hampir mencapai 4.000 poin. S&P 500 ditutup 6% lebih rendah, sementara Nasdaq Composite yang sarat teknologi turun 5,8% dan memasuki wilayah pasar yang lesu. Stock futures contracts saham AS anjlok tajam pada hari Jumat. Mengapa yang kena imbas duluan korporat AS. Ya karena reaksi China juga cepat sekali. 


Walau China melakukan aksi balasan dengan prudent, namun itu langsung ke mesin ekonomi AS. Yaitu disamping pengenaan tarif impor 34% untuk barang AS,  tapi juga restriksi terhadap bisnis corporat AS. China menambahkan 16 korporat AS dalam daftar kontrol ekspornya. Ada lagi 11 korporat AS masuk dalam daftar unreliable entities. Semua perusahaan itu termasuk bluechip di Wallstreet dengan marcap triliunan US.


Mulai 4 april 2025, China melarang ekspor bahan material logam tanah jarang (REE) ke perusahaan tersebut, termasuk samarium, gadolinium, terbium, disprosium, lutetium, skandium, dan itrium. Bukan hanya material, juga barang jadi yang menggunakan REE. Nah anda bayangkan. AS itu basis ekonominya adalah tekhnologi. Sementara tidak ada industry high tech tidak tergantung kepada REE. Tanpa bahan baku, ya tamat tuh korporat.


China juga memberlakukan penghentian langsung impor sorgum dari eksportir biji-bijian C&D (USA) Inc, serta unggas dan tepung tulang dari tiga perusahaan AS. Kebayangkan stress nya. Kemana mau jual stok yang ada. Padahal selama ini China membeli hampir 60% produk mereka. Kemudian dengan alasan penyelidikan antidumping, impor tabung CT medis tertentu dari AS. Itu sama saja China melarang impor produk dari AS. Tumbang dah  industry Pharma AS.


Hebatnya China, tidak menyerang kebijakan AS secara brutal. China tetap dalam kuridor hukum WTO. Makanya China segera masukan gugatan ke WTO. Biarkan dunia menilai. Apakah China yang salah atau AS yang salah. Bagaimana sikap Trumps? Dia menulis di akun sosialnya “ China played it wrong, they panicked- the one thing they cannot afford to do. 


Memang dengan adanya tarif resiprokal, Trumps bertaruh di tepi jurang. Dengan mempertaruhkan semua industry AS demi agenda besarnya. Kalau gagal, habis AS. Tapi tanpa itu, Trumps juga tidak tahu bagaimana memperkecil GINI Ratio AS yang sudah pada level tinggi, yaitu 0,42. Selama ini sebenarnya musuh AS bukalah negara lain, tetapi korporat AS sendiri. Apalagi 60% penduduk AS bergantung kepada korporat. Sementara korporat terlanjur rakus. Seluruh asset property di AS sama dengan kekayaan  1% populasi.


Sementara China sejak 10 tahun lalu sudah mempersiapkan diri menghadapi trade war yang brutal. Yaitu dengan melakukan kebijakan economic adjustment. Dari outward looking policy ke inward looking policy. China sudah perkuat  basis pasar domestiknya dan pada waktu bersamaan perkuat ketahanan pangan dan militernya. 


***

Toothbrush electric  ini diproduksi di China dengan harga export ke AS USD 3 per unit. Ketika sampai di toko eceran di AS jadi USD 15. Jadi walau pajak ditetapkan 54 % kepada China atau USD 1,6 per unit Toothbrush electric, tidak akan mengurangi harga jual. Hanya mengurangi laba aja. Karena laba memang sudah tinggi banget, yaitu 5 kali lipat.


Mengapa? Kalau Toothbrush electric itu diproduksi di AS, harga pokoknya udah USD 12. Kenapa mahal ? ya upah buruh di AS tiga kali dari upah China. AS tidak memberikan subsidi terhadap bahan baku PPC untuk pabrik Toothbrush. Sementara China memberikan subsidi. Ongkos logistic di China lebih murah 2 kali dari AS. Lagi lagi karena AS tidak mensubsidi biaya logistic, dan china subsidi.


Begitu strucktur bisnis di AS dan China sehingga terkesan oleh trumps China curang. Tetapi Trumps lupa, bahwa AS memberikan relaksasi kredit konsumsi secara luas, sementara China tidak ada. Peningkatan uang beredar di AS karena kredit konsumsi dan itu berdampak secara tidak langsung kepada kurs Yuan, yang artinya Cina juga ikut ongkosi konsumen AS. 


Artinya perbedaan harga antara Cina dan AS, terjadi karena perbedaan metodelogi dalam menerapkan ekonomi kapitalis. China mensusidi produksi, sementara AS mensubsidi konsumsi. Nah kalau akhirnya AS yang kalah, itu bukan salah China. Tetapi salah AS, terutama tidak bisa mengantisipasi moral hazard dari adanya kebebasan konsumsi lewat hutang.


Jadi paham ya. Kebijakan tarif resiprokal terhadap China, semata mata keijakan Politik hegemoni AS. Cara Trumps memaksa semua negara di dunia termasuk China untuk patuh kepada konsesus Washington. Tapi Trumps lupa. Sekarang China sudah bukan lagi bangsa inferior seperti 80 tahun lalu.  Pejabat China mengatakan “ kalau perang yang diinginkan AS, baik itu perang darat,  perang dagang atau perang jenis lainnya. Kami siap berperang sampai habis habisan.”