Lebih dari sepuluh tahun Rukmana tidak pernah pulang kampung . Ada yang berbeda dirasakannya ketika menginjakan kaki di kampungnya. Dia tidak lagi melihat tawa diatara para penduduk. Desa ini memang jauh sekali dari kabupaten dan sulit terjangkau karena letaknya terisolasi. Apa yang bisa diharapkan dari desa ini. Sawah tadah hujan tak dapat diharapkan memberikan hasil berlebih. Hasil kebunpun tidak banyak diharapkan karena tanah tak subur. Dulu, hampir sebagian besar penduduk desa yang muda muda termasuk Rukmana pergi ke kota untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Namun kini karena kotapun tidak lagi tempat yang nyaman bagi migran maka banyak diatara mereka kembali kedesa. Ketika para pria kembali ke desa, para wanitapun pergi meninggalkan kampung. Mereka lebih diperlukan kota untuk mengisi pekerjaan pemuas nafsu pria berduit atau ada juga terpaksa menjadi jongos dirumah rumah orang kota. Bahkan ada yang menjadi jongos di negeri orang. Walau semua mengetahui bahwa wanita adalah kaum ibu yang harus dilindungi namun ketika para pria gagal menjadi pelindung maka panggilan jiwa para ibupun bangkit untuk menjadi lebah pekerja. Cerita duka dan nestapa bagi sebagian para wanita yang bekerja, hanya ditelan getir oleh para pria. Mereka kalah dan terpaksa membiarkan semua terjadi.
Inilah yang membuat Rukmana merasa sedih. Merasa telah berdosa dengan keberhasilannya sebagai pengusaha dikota bila tak bisa berbuat sesuatu bagi penduduk kampung halamannya ini, Dia harus berbuat.
Dikantor lurah.
” Benarkah itu , Den ? ” Sang lurah terkejut ketika Rukmana menyampaikan gagasannya membangun desa ini. Tentu yang terbayang adalah uang banyak akan mengalir kekas desa.
” Berapa aden akan membantu ? ”
” Saya tidak akan memberikan uang kepada penduduk ” jawab Rukmana dengan tegas. Sang Lurah , mengerutkan kening. ” Saya akan memberikan mereka mesin uang sehingga mereka bisa mencetak berapa yang mereka mau ”
” Wah, den. Jangan becanda. Itu kriminal. Walau kami di desa ini miskin tapi tidak mungkin kami akan melawan hukum. ” Jawab tegas dari sang lurah.
” Bukan begitu maksud saya , Pak. Saya ingin memberikan lapangan usaha bagi penduduk. Bila mereka bekerja tentu mereka akan mendapatkan uang. Itulah yang saya maksud.” Jawab Rukmana dengan senyum.
” Oh....” Lurah itu tersenyum. ” Kira kira aden mau bikin usaha apa ? Pabrik ? Perkebunan ? ”
” Saya tidak akan membuat apapun. Penduduklah yang membuka usaha. ”
” Apa yang bisa mereka lakukan ? Hidup saja susah. Tanah di desa ini tidak cocok untuk usaha tani. ”
” Kalau begitu apa yang bisa mereka lakukan hingga mereka bisa bertahan sampai sekarang? ” Tanya Rukmana
” Beternak kambing. Hanya itu yang bisa mereka lakukan. Sebagian hanya menunggu kiriman uang dari anak perempuannya yang bekerja di kota. ”
’ Baik !. Peternakan. Itulah yang akan kita kembangkan. ” Kata Rukmana mantap.
" Jadi bagaiman caranya ” Tanya lurah bingung.
" Beri saya waktu untuk berpikir bagaimana caranya. "
Setelah seminggu, Rukmana datang lagi ke lurah. Dia sudah siap dengan gagasannya.
" Bagaimana Den, rencananya ? Tanya lurah itu.
” Kita harus membentuk tiga kelompok penduduk desa. Kelompok Pertama adalah peternak kambing. Saya akan memberikan tiga ekor kambing kepada setiap satu keluarga. Kedua, Peternak sapi perah. Yang masing masing keluarga akan mendapatkan satu ekor sapi perah. Ketiga adalah peternakan ayam petelur, yang akan mendapatkan 50 ekor ayam petelur. Inilah modal awal yang akan saya keluarkan kepada mereka. ”
” Apakah itu pemberian modal Cuma Cuma. ?
“ Tidak !. Mereka harus membayarnya kembali dengan hasil produksi mereka. Saya akan menjamin pembelian hasil produksi mereka. Untuk itu saya akan membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat yang khusus membina desa ini. Lembaga inilah yang bertugas memonitor dan membina usaha mereka. Agar usaha penduduk ini tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat maka kita membuat aturan untuk saling berbagi diantara mereka. Pemilik sapi perah harus membagi susu setiap minggu 4 liter kepada tetangganya yang beternak ayam. Dan peternak ayam harus membagi 10 Kg telur kepada tetangganya yang beternak sapi. Nah bagi peternak kambing harus menyerahkan seekor kambing setiap tahun untuk pebaikan jalan desa.”
Kepala Desa itu tertegun dengan penjelasan itu.
” Kami aparat desa akan berkerja keras untuk menyadarkan masyarakat desa untuk bangkit dengan kesempatan yang aden berikan ini. Kami sudah capek dengan berbagai janji janji aparat pemerintah untuk membantu tapi tidak pernah ada kenyataan ” Kata lurah itu. Sambil memeluk Rukmana.
” Betul sekali, Pak. Tapi kita tidak boleh terus menyalahkan pemerintah. Mungkin bapak bapak yang ada diatas itu sangat sibuk berpikir hingga lupa berbuat. Ya, sudahlah, Kasih kesempatan mereka terus berpikir , dan kita terus saja berbuat apa saja untuk membina masyarakat agar mandiri. ”
Tak terasa sudah lima tahun berlangsung sejak pembicaran antara Lurah dan Rukmana. Kini keadaan desa yang dulu muram telah menjadi desa yang bercahaya. Wajah muram telah tergantikan dengan keceriaan. Para wanita yang tadinya bekerja di kota sebagai PSK, sebagai jongos, telah kembali kedesa membantu memberikan semangat bagi para pria menjalankan usaha keluarga. Secara tidak langsung usaha Rukmana telah berhasil mengurangi penyakit sosial di kota dan catatan buram perbudakan manusia.
Setiap minggu diadakan pertemuan di Balai desa. Pertemuan ini merupakan ajang komunikasi antara penduduk dengan petugas LSM yang dipimpin Rukmana. Setiap sehabis sholat Isya, diadakan ceramah agama. Moshola yang tadinya sepi sekarang mulai ramai. Kegiatan masjid tidak hanya diisi oleh kegiatan ritual agama tetapi juga untuk kegiatan sosial ekonomi penduduk. Mesjidpun menjadi hidup.
Rukmana sudah jarang datang ke desa. Dia lebih banyak menghabiskan waktu sibuknya di kota mengelola usahanya. LSMnya sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan derap pembangunan desa. Dia merasa bersukur bahwa uang yang dulu ditanamnya untuk membantu masyarakat desa sebesar Rp. 5 miliar telah menjadi Lembaga pengelola Dana desa dalam bentuk BMK. Sementara dia tahu bahwa banyak temannya yang menghabiskan uang puluhan miliar untuk hal yang tak berguna seperti membeli rumah mewah, apartment mewah, mobil mewah. Semuanya akan larut ditelan waktu.
Satu saat , ” Pak, Ada petugas dari Kota datang kedesa kita. Tolong bapak datang kemari. Kami bingung karena mereka minta agar usaha kami ditutup. Masyakarat desa mulai marah dan menentang ” Rukmana terkejut mendengar suara dari telp genggamnya.. Tadi yang telp adalah lurah. Ada apa gerangan ? Pikirnya. Ditengah kebingungan tersebut , dia putuskan untuk segera datang kedesa.
” Pak,. Saya segera ke desa sekarang. Tolong jangan ada kekerasan. Kumpulkan penduduk desa di Balai Desa dengan tertip. . ” Pintanya.
Ketika dia sampai di desa. Hari menjelang sore. Para penduduk desa telah memenuhi Balai Desa. Rukmana mendatangi kantor Lurah. Di dalam telah hadir Lurah dan Petugas dari Kecamatan dan Kabupaten. Mereka dari Petugas Dinas Peternakan dan Dinas kesehatan. Seragam mereka memang sangat berwibawa. Apalagi kedatangan mereka disertai dengan kawalan petugas Polisi Pamongpraja.
” Pak Rukmana... Untunglah anda datang dengan cepat. Penduduk desa tidak mau mendengar apapun dari kami. Mereka hanya mau mendengar dari Bapak. Mereka hanya mau menuruti kata kata bapak., " Kata petugas tersebut.
" Apa yang dapat saya lakukan "
" Tolong bapak jelaskan bahwa usaha peternakan mereka itu ilegal. Karena tidak dilengkapi izin dari instansi kami. Kami harus tegas menegakan aturan. Mereka harus menutup kegiatan petenakan ini sampai ada izin dari kami. ” Kata petugas Dinas Peternakan. Rukmana hanya tersenyum mendengarkan kata demi kata dari Petugas itu.
” Dan lagi Pak. Usaha mereka ini sangat beresiko terjangkitnya wabah Flue burung yang mematikan itu. ” Sela petugas Dinas Kesehatan.
” Juga , usaha peternakan ini sangat menggangu kesehatan lingkungan. ” Kata petugas Pengawas Lingungan Hidup.
” Baiklah, Pak. ” Kata Rukmana ” Yang pasti saya tidak pernah memaksakan kehendak pada mereka. Apalagi memprovokasi mereka untuk melawan kehendak atau aturan pemerintah. Selama ini saya hanyalah mendukung apa yang baik untuk mereka. Kalau sekarang mereka patuh pada saya , itu hanya karena mereka mengetahui program yang saya laksanakan memberikan manfaat bagi hidup mereka. Jadi ada baiknya kita bersama sama ikut bicara dengan mereka . Silahkan bapak bapak ikut dalam pertemuan itu dan duduk di samping saya.” kata Rukmana ketika memasuki Balai Desa. Para penduduk yang hadir nampak bertepuk tangan ketika Rukmana masuk kedalam Balai Desa itu. Tepukan itu baru berhenti ketika lambain tangannya mengisyaratkan untuk tenang. Para hadirin semua diam dengan seksama mendengarkan setiap kata demi kata yang dkeluar dari Rukmana.
” Hadirin sekalian. Menurut pemerintah bahwa usaha yang kita jalankan ini adalah tidak syah dan karenanya harus ditutup sementara sampai ada izin dari pemerintah. Jadi saya harap hadirin sekali dapat menerima ini sebagai suatu kenyataan dan tolong...jangan melawan karena kita harus menjadi warga negara yang baik. Kita harus percaya dengan segala kebijakan dari pemerintah. ” Pandangan Rukmana dilepaskan kepada penduduk yang hadir. Mereka saling berpandangan dan kemudian mereka tertunduk. Tanpa suara. Keadaan ini membuat Rukmana salah tingkah dan merasa berdosa karena gagal melindungi mereka.
” Baiklah. ” seru Rukmana . ” Mungkin ada yang hendak ditanyakan kepada petugas dari kabupaten ini .Silahkan. ” Kata Rukmana. Para hadirin diam sejenak. Kemudian, salah satu hadirin menujukan tangan. ” Silahkan. ” Kata rukmana memberikan izin
” Pak. Kami siap menutup usaha kami. Tapi ..." kata katanya terhenti sambil menatap kearah petugas di samping Rukmana. " Bila usaha sapi perah saya ditutup apakah bapak bapak dari kabupaten ini bisa memberi saya 10 Kg telur setiap minggu. Sebab , selama ini saya mendapatkan itu dari tetangga saya. Karena saya juga memberi dia 4 liter susu setiap minggunya.” Pertanyaan ini dicatat oleh perugas yang ada disamping Rukmana.
” Apakah ada yang lain yang ingin bertanya ?
” Saya pak. ” teriak seseorang yang duduk dibelakang. ” Kami siap menutup usaha ternak kambing kami !. Tapi baiknya bapak bapak mengetahui satu hal. Bahwa dulu jalan desa ini sangat buruk hingga kami terisolasi dari dunia luar. Berkat sumbangan dana dari peternak kambing telah bisa memperbaiki jalan desa hingga nyaman dilewati oleh mobil. Bapak bapakpun tidak mengalami kesulitan datang kemari dengan mobil bagus. Padahal sebelumnya tidak ada petugas dari kota yang mau datang karena jalanan rusak. Nah, bila usaha ternak kambing kami ditutup, apakah bapak bapak dari kabupaten dapat memberi kambing sebanyak biaya merawat jalan desa ini ? “
Mendengar pertanyaan lugu dari penduduk desa ini, petugas Dinas Peternakan dari kabupaten yang duduk di samping Rukmana tak bisa berkutik. Dia hanya diam tanpa berani menatap langsung hadirin yang ada di hadapannya. Tapi Petugas Dinas Kesehatan dan Lingkungan menjawab ” Usaha peternakan ini akan mencemari lingkungan desa dengan bau yang tidak sedap dan akan mengakibatkan kehidupan masyarakat desa tidak sehat. Pemerintah mengkawatirkan terjadinya wabah flu burung dan penyakit lainnya. Itulah dasar pertimbangan kami untuk menertipkan usaha pertenakan ini. ”
” Aneh ya Pak ” teriak salah seorang hadirin menyela ” Kami yang setiap hari makan dan tidur di desa ini tidak merasakan aroma bau apapuni. Kok bapak yang jauhnya 100 Km dari desa ini bisa membauinya. Dan lagi setiap kami saling membantu membersihkan kandang. Yang punya kandang ayam akan dibantu oleh tetangga yang punya kandang sapi dan yang punya kandang sapi akan dibantu oleh yang punya kandang ayam. Karena hasil sapi perah akan berbagi kepada pemilik kandang ayam,begitupula sebaliknya, Diantara kami saling berbagi” .
” Kami hanya ingin menertipkan. Itu saja ” kata petugas kesehatan dan lingkungan.
” Dulu, waktu kami tidak punya usaha ternak dan hidup serba miskin, kenapa bapak bapak tidak tertipkan hidup kami. Mengapa baru sekarang setelah kami hidup nyaman harus ditertipkan ? Mengapa ? ” Kata salah satu hadirin sambil berdiri dan menatap semua yang hadir.
” Ya mengapa !! Teriakan serentak para hadirin. Suasana menjadi gaduh. Para petugas itu saling berpandangan. Dan akirnya berdiri. ” Maaf Pak Rukmana. Kelihatannya kami memang tidak diperlukan ada disini. ” Katanya kepada rukmana. Yang kemudian berjalan cepat keluar Balai Desa menuju tempat parkir kendaraannya. Rukmana berusaha mengejar petugas itu. Para hadirin yang ada di dalam balai desa berhamburan keluar.
" Maafkan mereka Pak. " Kata Rukmana
" Bapak dengar sendiri, kan. Mereka melawan kami. Ini sudah pelecehan negara. " Kata petugas ketertiban. "
" Tolong mengerti ,pak. Tidak ada satupun kata kata mereka melawan. Mereka sangat setia dengan aturan pemerintah. Mereka hanya butuh jawaban dan solusi dari bapak bapak. Karena ini menyangkut nasip mereka. Masa depan mereka . " Rukmana mencoba meyakinkan petugas itu. Mereka para petugas berseragam itu saling berpandangan. Seakan terkejut dengan ungkapan Rukmana.
" Anda benar !. Kami memang dalam posisi sulit. Aturan memang harus ditegakkan tapi apa artinya bila kami hanya pandai mengatur ...." Kata petugas itu.
Para penduduk desa melihat dari kejauhan ada percakapan serius antara Rukmana dengan petugas petugas itu. Kemudian Petugas itu masuk ke dalam kendaraan dan berlalu Rukmana hanya termenung memandang kepergian petugas dari kabupaten itu. Ketika dia berbalik kearah balai desa, nampak penduduk desa memenuhi halaman luar Balai Desa. Mereka menanti keputusan dari Rukmana
” Teruslah bekerja seperti biasa. ” Kalimat itu keluar dari mulutnya yang disambut dengan gegap gempita tepukan dari penduduk. ” Dengarkan , saudara saudara ..” teriak Rukmana menenangkan mereka. ” LSM yang membina kalian akan mengurus izin bagi kalian semua. Petugas itu tadi berpesan agar LSM yang selama ini tempat kalian bernaung membuat laporan secara berkala ke kabapupaten.” Lanjut Rukmana.. ” Nah , turutilah petunjuk pembina kalian agar usaha kalian dapat terus berkembang , Teruslah pelihara sikap gotong royong dan kekeluargaan. Itulah kekuatan yang sesungguhnya untuk membuat kalian tetap dihormati oleh pihak manapun, termasuk oleh penguasa yang ingin memaksakan kekuasaannya menzolimi kalian. ” para penduduk desa semua terdiam dan akhirnya mereka saling berpelukan dan berkata, ” Kami sebetulnya tidak butuh mereka dari kabupaten itu. Kami hanya butuh Bapak. Karena bapaklah yang mengajarkan kami untuk mandiri dan saling berbagi”
" Oh , salah. Saya hanya melaksanakan perintah Tuhan. Dan kalian bisa seperti ini karena juga telah melaksanakan apa kata Tuhan Dengan agama yang kita yakini harus mampu membuktikan bahwa kita pantas menjadi rahmat bagi alam semesta, setidaknya mampu memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah kita sendiri. Kuncinya adalah kebersamaan dalam bermusyawarah dan berbuat."