Tahun 2008, saya ikut rombongan Presiden ke Pulau Bintan meresmikan proyek kawasan wisata kerjasama antara Indonesia dan Malaysia. Dari Indonesia pengusahanya adalah mantan pejabat yang dekat dengan SBY. Saya tidak terbang bareng bareng dari Jakarta. Karena kebetulan saya lagi di Hong Kong ketika undangan datang. Dari Hong Kong saya terbang ke Singapore dan terus ke Bintan dengan kapal Feri. Itu sehari sebelum rombongan datang. Saya menginap di Hotel Nirwana resort bintan. Seusai subuh saya keluar dari kamar untuk jalan jalan sekitar hotel. Saya bertemu dengan salah satu konglomerat yang saya kenal. Dia juga datang untuk acara yang sama dengan saya. Ketika itu usia saya masih 45 tahun. Konglomerat itu usianya sudah diatas 50 tahun.
Konglomerat itu cerita bahwa sebelum krismon 1998 dia pernah membiarkan direktur Bank Dunia menanti di ruang tamunya untuk bertemu dia. Begitu banyak orang ingin bertemu dengan dia. Ketika itu dia merasa sangat berkuasa walau hanya sebagai pengusaha. Namun setelah Soeharto jatuh, sampai dengan tahun 2003 dia merasa masuk dalam prahara yang tiada pernah dia bayangkan akan terjadi. Hari hari begitu menekan. Satu demi satu perusahaannya terpaksa masuk daftar yang diambil alih BPPN. Secara bisnis dia menuju ke bangkrutan.
“ Entah bagaimana nasip saya tahu tahun yang akan datang.” Katanya dengan wajah sendu. Apakah doa saya selama ini tidak didengar Tuhan?”
“ Sebetulnya apa yang terjadi pada diri anda sekarang karena doa anda sendiri kepada Tuhan. Tuhan menjawabnya dengan masalah yang datang. “
“ Mengapa Tuhan setega itu ? Katanya dengan nada bingung.
“ Begitulah cara Tuhan menyampaikan pesan cinta agar anda berubah karena waktu. Setidaknya Tuhan memperlihatkan dampak dari kelemahan anda, kekurangan anda dan tentu kesalahan anda.” Kata saya mencerahkannya.
“ Apa kelemahan itu ?
“ Mungkin anda kadang lupa bahwa hidup harus rendah hati. Bukan merendahkan diri tapi menjadi kuat apa adanya. Tidak perlu aksesoris kata kata atau penampilan agar orang menaruh hormat tapi cukuplah menjadi diri anda sendiri yang lebih mengutamakan Tuhan, dengan menjaga diri anda selalu ikhlas. Tidak sombong dengan apa yang anda punya. Tidak berkeluh kesah dengan kegagalan dan menyalahkan orang lain. Tapi nyatanya ketika anda jatuh, anda merasa kehormatan hilang. Padahal senyatanya dari awalnya anda tidak pernah membangun rasa hormat. Semua hanya karena transaksional saja."
“ Mengapa ?
“ Keluh kesah itu salah satu ciri sifat sombong di tengah kegagalan dan kemiskinan. Dampaknya kita terjebak dengan berpikir sempit dan menutup diri terhadap hal hal yang ada di luar kita. Padahal salah satu kelemahan kita adalah tidak bisa membuka diri dan belajar dari kesuksesan orang lain. Jadi berhentilah berdoa dengan keluh kesah, tapi mohon kepada Tuhan agar kita selalu kuat di tengah hantaman , merasa lapang di tengah sempit, merasa dekat di tengah rezeki menjauh. Akan selalu ada harapan selagi kita bertekad untuk berubah. Rezeki di bentangkan Allah seluas langit dan tidak ada satupun yang ada di bumi yang tidak dijamin rezekinya asalkan mau mengikuti sunatullah.
“ Apalagi kelemahan itu ?
“ Kita kadang lupa bahwa hidup harus penuh cinta. Bukan mengobral cinta tapi menanamkan empati kepada siapapun dan menempatkan rasa hormat kepada siapapun. Dari itu kita sedang membangun jembatan terbukanya rezeki untuk mendapatkan modal cinta bila kelak bangkrut. Bukan tidak mungkin salah satu dari mereka menjadi pembuka jalan kita meraih cahaya di tengah gelap. Tetapi karena selama ini semua yang kita lakukan dasarnya adalah pamrih, bukan cinta tulus maka ketika uang tidak ada, teman jadi acuh dan mejauh. Itu wajar saja. "
“ Apalagi ?“
“ Kadang kita lupa bahwa hidup adalah proses perjuangan melewati sunatullah. Tidak ada yang too good to be true. Semua orang harus berani melewati ketidak pastian, terluka, kadang terjatuh, agar manusia menjadi lebih baik karena waktu. Kebanyakan kita selalu ingin gampangan dan takut mengambil resiko. Hidup selalu ingin aman. Kelola bisnis juga ingin yang gampangan. Kalau bisa gunakan loby politik untuk dapatkan bisnis rente ngapain cari yang susah Mau gampang dan aman saja. Padahal ketika kita merasa aman maka saat itulah kita tidak aman. Kita memilih cara hidup dan kita sendiri yang akan menanggungnya…"
“ Apalagi ?
“ Kurang sabar. Kita ingin semua serba tergesa gesa. Kalau buat proposal ingin segera ada orang yang peduli meng aktualkan mimpi kita, padahal tidak mungkin deal tercipta tanpa ada cinta. Dan cinta itu butuh proses sampai orang percaya dan siap menghadang resiko bersama sama. Kita abaikan proses membangun cinta itu. Kita kurang sabar merebut hati orang untuk percaya kita dan jatuh cinta. Maunya ketemu langsung tembak, kadang gunakan power politik untuk itu. Ya pasti paradox hasilnya. Mereka yang tadi bermitra dengan kita, ketika politik berubah, mereka jadi musuh kita. …”
“ Apalagi ?
“ Terlalu mencintai diri sendiri. Apapun yang kita miliki hanyalah cara kita mengungkapkan cinta kita pada diri kita sendiri. Lupa bahwa Tuhan lah satu satunya yang berhak dicintai. Umumnya 90% kegagalan manusia dan akhirnya terpuruk tiada ujung sampai akhirnya sesat adalah karena terlalu mencintai dirinya sendiri. Pengusaha dan penguasa hancur karena mereka terlalu mencintai dirinya sendiri, dan ingin serba gampangan, kurang empati dan dampaknya merusak orang lain dan dirinya sendiri. Mereka kehilangan nilai nilai spiritual“ Kata saya.
“ Benar kamu. Setelah tahun 2003, saya kembali mendapatkan peluang untuk bangkit dan akhirnya bisa kembali berjaya. “
“ Lantas apa hikmah yang anda dapat, Pak...? Tanya saya.
“ Ya. Jangan pernah berprasangka buruk dengan nasip apalagi menyalahkan Tuhan tidak adil. Jangan pernah berputus asa dengan pertolongan Tuhan. Lalui sajalah hidup dan pastikan belajar dari kesalahan yang ada. Ya seperti kamu barusan ingatkan. Saya belajar dari itu semua. “
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.