Tuesday, May 5, 2020

Sebuah kebijakan dari hukum alam.

Hidup, barangkali, memang seperti orang melukis. Sebelum toresan kuas di atas kanvas terakhir, segalanya bisa berubah dalam warna dan bentuk. Kita tahu segalanya berubah. Setiap detik adalah proses evolusi. Itu karena Tuhan mendesign semesta ini dari sebuah kreatifitas yang maha Agung. 

“ Semesta ini hasil kreatifitas Tuhan, Wen”  Kataku. Dia terkejut. “ Bukankah segala sesuatu Tuhan yang ciptakan?  katanya.

Namun, aku berusaha dengan bijak menjelaskan “ dalam prosesnya terjadi inovasi terus menerus, dan itu dilakukan oleh alam sendiri, bukan oleh Tuhan. Bingungkan?. 

Dia mengangguk.

“ Jangan buru buru saya dicap mengecilkan Tuhan. Tuhan itu Maha Agung. Ini hanya soal Persepsi. Pesepsi ini penting untuk diluruskan agar kita bisa menjadi bagian dari alam semesta ini untuk menjadi sebaik baiknya kreatifitas Tuhan. Untuk lebih jelasnya, kita pahami dulu apa itu kreatifitas dan apa itu inovasi.  Kreatifitas adalah ide yang bersifat imajiner. Artinya masih berupa rumus, namun tidak bisa diukur. Yang tahu mengapa ide itu datang dan apa tujuannya, ya hanya sang kreator yang paham. Sementara inovasi datang dari adanya kreatifitas itu dan bisa terukur. Inovasi adalah buah penciptaan manusia, ia wilayah Alam.”

“ Masih bingung. Kamu bicara filsafat terlalu tinggi untuk kupahami” Katanya.

“ Ok. Contoh ilmu gerak dari adanya energi listrik. Itu kreatifitas. Namun kalau karena adanya listrik,  lantas tercipta beragam benda modern. Itu adalah buah dari inovasi yang terus berkembang secara evolusi dari waktu ke waktu. Stephan Hawking, pernah mengatakan, saat orang bertanya apakah Tuhan menciptakan alam semesta, saya mengatakan bahwa pertanyaan itu tak masuk akal. “Waktu” tak eksis sebelum big bang, jadi tak ada waktu bagi Tuhan untuk menciptakan semesta. Kreatifitas Tuhan adalah hukum alam atau sunnatullah. Dengan adanya hukum alam seperti gravitasi, alam semesta bisa mencipta dirinya sendiri. Itu proses inovasi yang terus menerus sebagai bagian dari proses fisika. " Kataku

" Jadi dengan memahami antara kreatifitas dan proses inovasi, maka kita bisa mengetahui dengan pasti mana wilayah Tuhan dan mana wilayah kita sebagai manusia, yang merupakan bagian dari semesta. Dengan begitu kita akan mengetahui jalan pikiran Tuhan. Nah apa jalan pikiran Tuhan” Katanya.

“ Sistem yang teratur dan tertip seakan semua berjalan diatas fungsinya masing masing seperti kalau kita melihat sekawanan burung terbang membentuk formasi indah di angkasa. Siapa yang mengatur formasi burung itu terbang? Itulah sistem dan itulah buah dari keteraturan. Sama seperti hubungan antar manusia, antar makhluk. Pernikahan itu adalah proses inovasi, tetapi mencintai adalah sunantullah. Mencintai itu manusiawi, tetapi pernikahan adalah penyerahan diri terhadap buah kreatifitas Tuhan.

Tuhan menjamin semua makhluk mendapatkan rezeki. Itu sunatullah. Tetapi Tuhan tidak mengirim makanan ke sangkar burung. Burung harus terbang menggunakan sayapnya agar dapat menjangkau makanannya. Tuhan tidak mengirim uang ke ATM anda, tetapi Tuhan memberikan akal dan tenaga agar anda bisa mendatangkan uang ke ATM. Itu sunatulllah. Jadi engga mungkin hanya berzikir dan berdoa tanpa akal dan tenaga rezeki datang begitu saja. “

“ Coba jelaskan dalam konteks sosial dan ekonomi. “ katanya.

“ Baiklah, ini ada cerita untuk mudah dipahami “ Kataku.

“ Siap mendengar ?

“ Pembangunan pasar seluas 80,000 meter persegi. Bila bangunan ini selesai akan menampung pedagang kecil berjumlah 40,000 unit. Pemda tak ingin kios itu dijual karena kawatir akan memberikan peluang orang berduit menguasai kios dan menyewakan kepada pedagang kecil dengan harga selangit. Pemda juga tak ingin kios itu disewakan karena kawatir hanya pedagang yang qualified secara financial yang mampu sewa, sementara yang tidak qualified tidak bisa menyewa. “

“ Itu terlalu utopis. Emang ada yang mau biayai ? 

“ Saya sendang bicara tentang sunnatullah. Perhatika aja kelanjutan ceritanya. Benar kamu. Itulah penyebabnya hingga project impian itu dinyatakan tidak feasible oleh perbankan.”

“ Terus ?

“ Di tengah keterbatasan sumber pembiayaan itu, di tengah tatapan sinis lembaga perbankan, project itu dalam jangka waktu tidak lebih dua tahun sudah terbangun.”

“ Dari mana pemda mendapatkan uang itu ? Apakah dari APBD yang dananya bersumber dari Pusat? 

“ Tidak.!

“ Lantas darimana ?. 

“ Nah, karena Pemerintah pusat melarang PEMDA menarik pinjaman dari manapun maka PEMDA membentuk LGFV atau Local Government Fund Vehicles. LGFV ini semacam agent fund raising namun bukan lembaga resmi pemerintah. Caranya LGFV menerbitkan bond berbasis revenue. Nominal perlembar revenue bond itu Rp. 20,000. Untuk memenuhi anggaran pembangun sebesar Rp. 4 triliun maka 200 juta lembar revenue bond dilepas kepublic. Karena nominal bond itu kecil maka dipastikan kelompok atas,menengah maupun bawah dapat menyerapnya. Sumber revenue berasal dari komisi penjualan atas setiap produk yang dijual oleh penghuni kios. Pemda menetapkan komisi sebesar 5 % “

“ Wah 5%. Gede banget komisinya” Katanya.

“ Jangan dilihat 5%. Hukum sunnatullah. Tempat yang bagus mempengaruhi harga jual. Kalau ribuan pedagang berkumpul dalam satu tempat, itu akan mengundang agent pabrikan untuk menggandengan pedagang sebagai mitra penjualan. Rantai pasokan jadi pendek. Tentu pengadaan barang jadi murah, konsumen mendapatkan harga wajar dan untung pedagang jadi lebih besar"

“ Ok lanjut. “

“ Nah, untuk memastikan system komisi ini berjalan efektif dan efisien. 40,000 kios terhubung secara IT melalui cash management yang dikelola oleh BUMD. Setiap pemilik kios memiliki kartu cash digital yang memungkinkan mereka dapat membayar komisi pemda secara online.

Per bulan rata rata turnover transaksi di pasar itu mencapai Rp. 4 triliun dan bila 5 % komisi pemda maka jumlah revenue Pemda sebesar Rp. 200 miliar. Bila anggaran membangun pasar itu mencapai Rp. 4 triliun maka dipastikan dalam dua tahun revenue pemda itu sudah bisa meluniasi revenue bond. 

Sebelum pemda melunasi , pemda menawarkan opsi dalam bentuk penyertaan koperasi. Artinya public bisa menukar revenue bond itu dalam bentuk penyertaan koperasi. Mekanisme dan adminisrasi dilakukan secara IT system , sehingga public mempunyai akses untuk mengetahui prospek pengelolaan pasar itu. “

“ Wah hebat sekali. Terus…”

“ Kamu tahu, ketika tawaran opsi revenue bond ditukar dengan penyertaan koperasi maka serta merta public menyetujuinya.”

“ Mengapa public begitu antusias dengan skema revenue bond ini? 

“ Karena yield ( imbal hasil ) jauh lebih tinggi ketimbang mereka menempatkan dananya di bank yang berbasis bunga.”

“ Luar biasa. “

“ Kamu tahu apa dampak dari skema pembiayaan ini ? 

“Apa ?

“Akumulasi dana dari pengelolaan pasar itu pemda gunakan untuk membangun infrastruktur ekonomi lainnya sepeti PDAM, Listrik, Jalan toll. Setelah selesai dibangun maka Pemda dapat menerbitkan bond berbasis revenue .Setelah berjalan dua tahun dan provent mendatangkan yield maka dapat ditukar dalam bentuk penyertaan koperasi.”

“Wow…!!!

“ Ya. Tanpa disadari semua infrastruktur ekonomi yang berhubungan dengan orang banyak dibiayai oleh masyarakat sendiri. Kalau dulu nenek moyangnya mengajarkan membangun sarana prasarana kampung secara gotong royong melalui kekuatan phisik namun kini gotong royong dirancang oleh para ahli keuangan, insinyur , akuntan, dan IT. Mereka diayomi oleh pejabat Negara yang bersih dan amanah. Maka jadilah negeri yang makmur sejahtera di bawah lindungan Tuhan. 

“ Oh paham aku “ Kata Wendy seperti berpikir dan menangkap sesuatu dalam benaknya “ Ya. Pemerintah hanya menyediakan hukum sebab akibat. Selanjutnya kemakmuran terjadi dengan sendirinya. Sama seperti Tuhan, Ia hanya menyediakan hukum sebab akibat, selanjutnya semesta tercipta dengan sendirinya.” lanjutnya. Saya mengangguk dan senang. 

“ Itu sebabnya bukan uang dan kemudahan yang membuat orang makmur. Tetapi peluang mencari nafkah itu harus di create agar terjadi hukum sunattulah. Itu mengapa orang harus bekerja dan menggunakan akalnya. Pekerjaan memberimu arti dan tujuan, hidup tak akan berarti tanpanya. “

“ Tetapi bukankah bekerja penuh kelelahan dan resiko?. 

“ Benar. Dengan kelelahan dan resiko itu, kamu bisa tahu arti sebuah proses, dan karenanya tentu paham arti bersyukur dan mencintai. Dengan syukur dan cinta, kamu tidak lagi melihat keujung kaki tetapi melihat ke Bintang, melihat ke Tuhan. Makanya semakin maju peradaban suatu bangsa semakin tinggi nilai spiritualnya dan semakin dekat dia ke Tuhan.” Kataku. 

Wendy terdiam dan menganguk. Sayup sayup terdengan lagu “  I just called to say I love you….yang dilantunkan oleh biduanita diiringi piano di lounge executive hotel itu.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.