Wednesday, May 6, 2020

Keterbukaan data


Sudah lebih 4 tahun saya tidak bertemu dia. Terakhir saya bertemu dengan dia sedang gundah. ” Saya kena PHK karena pabrik garmen tempat saya kerja pindah ke Vietnam" Katanya. Dia seorang designer yang bekerja di Pabrik garmen di Dongwan , china. 

“ Mengapa sampai begitu? 

“ Karena pemerintah membuat kebijakan kenaikan upah buruh. Tahun 1990 an upah buruh di China hanya USD 0,45 per jam tapi sekarang sudah mencapai USD 2,40 ( Rp. 20,000) per jam. Kenaikan ini tentu ada maksud.Agar rakyat mampu menjadi konsumen belanja produksi dalam negeri karena pasar ekspor sudah melemah. Saya maklum dan saya harus menerima kebijakan pemerintah walau dampaknya terjadi PHK di mana mana. Pengelola pabrik wajar saja bila mereka pindah ke luar cina karena mereka pengusaha tentu mencari buruh yang mau dibayar murah" Katanya ketika itu tampa terkesan dia kecewa dengan keadaannya. 

Sesuai janji kami akhirnya bertemu juga. Ketika keluar dari stasiun Louhu saya melihat dia melambai ke arah saya. 
“ Kamu agak gemuk ya. “ Katanya. 
“ Ya sedikit gemuk.  Susah diet di Jakarta. Kamu keliatan fresh dan tetap cantik. “ Kata saya.  Wajahnya bersemu merah. 

Kami melangkah ke arah tempat parkir kendaraan. Ketika hendak keluar tempat parkir, secara otomotis gerbang terbuka. “ China sudah menerapkan AI dalam mengelola tempat parkir. Oleh sistem sensor, nomor kendaraan kita di scann dan langsung cash digital kita di potong sesuai jam parkir. Bukan itu saja. Ketika kita masuk tempat parkir, gps di kendaraan kita mengarahkan space parkir yang kosong. Jadi sangat efisien waktu. “ Katanya. Saya hanya mengangguk kagum. 

Ketika sampai di Hotel.  Saya terkejut ketika Check in Hotel, orang hotel tidak membutuhkan deposit. Padahal yang lain yang sama ikut check in diharuskan menempatkan deposit. Saya juga tidak diharuskan mengisi formulir reservasi dan menyerahkan passport.  
“ Sepertinya kamu sudah scann wajah sehingga accout kamu sudah ada di big data China. Mereka bisa lacak transaksi retail kamu di China. Sehingga mereka dapat simpulkan kamu pelanggan yang bonafid tanpa harus ada deposit. “ katanya. Memang setahun lalu saya sudah scann wajah di imigrasi China.

“ Kamu tahu” Katanya ketika menuju lift ke kamar saya. “ Fintech di China sudah sangat maju. Berkat big data, pinjaman ke bank bisa dilakukan dengan cepat. Hanya 10 menit selesai. Tanpa perlu banyak negosiasi, aplikasinya langsung disetujui.”

“ Wah hebat. Gimana bisa begitu ?  

“ Data tentang prilaku konsumsi setiap orang menjadi dasar analisa untuk menaikan credit rating nya, dan ini berhubungan dengan karakter. “

“ Oh segitunya.”

“ Contoh, data menunjukan bahwa kebiasaan saya setiap akhir minggu belanja kebutuhan hari hari. Salah satu yang rutin saay beli adalah popok. Saya engga punya bayi. Popok itu untuk orang tua saya yang sudah sepuh dan tinggal bersama saya. Data juga menunjukan saya hampir jarang sekali mengeluarkan uang untuk konsumsi hiburan seperti  KTV.  Atas dasar itulah credit rating saya naik. Analisa data menunjukan saya orang berkarakter baik"

“ Mengapa?  

“ Orang yang mengasuh orang tua sepuh  adalah orang baik. Menahan selera untuk hiburan yang tidak perlu, dinilai orang yang kuat mengelola EQ.”

“  Sederhana sekali credit rating itu terbentuk. “ Kata saya bengong.

“ Orang baik itu bukan karena retorika tetapi perbuatan. Berkat big data, semua orang telanjang dihadapan IT. “

“ Lantas gimana  caranya China bisa mendapatkan data tersebut ? 

“ itulah kehebatan IT berbasis BIG Data. Apapun aktifitas kita pasti berhubungan dengan transaksi dan uang. Di  China hampir 90% transaksi sudah menggunakan aplikasi digital cash. Bahkan kalau kita belanja dengan uang tunai, penjual justru kawatir dan ragu menerima.  Karena dianggap orang aneh. Dengan sistem big data inilah analisa credit rating dapat dilakukan dengan “cepat” oleh siapa saja yang berhubungan bisnis dengan kita. Makanya kamu tidak butuh deposit ketika check ini hotel. “

“ Staff kantor saya “ Lanjutnya “ diterima tidak melalui test  panjang tetapi berdasarkan analisa data dari aktifitasnya di sosmed. Grafik attitude nya terpantau dengan cepat. Disitu akan sangat mudah melihat caranya berpikir soal keseharian, sikap mentalnya terhadap fenomena yang sedang berkembang dan lain sebagainya. Hebatnya untuk mengetahui itu tidak ruwet. Ada aplikasi yang cukup menulis nama seseorang, langsung hitungan detik karakter orang itu terbaca dengan mudah. 

Yang jadi masalah adalah kegiatan kolosal yang melibatkan banyak orang akan sangat mudah terpantau oleh pemerintah. Contoh ada gerakan buruh mau demo. Pasti mereka membutuhkan dana sumbangan dari semua anggota buruh untuk aksi itu. Mau tidak mau mereka membutuh channeling cash digital untuk mengirim uang ke serikat buruh. Nah dengan cepat uang itu di block oleh pemerintah. Aksipun gagal. Begitu juga aktifitas sosial dan politik lain yang melibatkan banyak orang, pasti akan terpantau dengan mudah oleh pemerntah. Kalau uang di block, ya apapun aksi pasti gagal.”

Kami tidak mengeluh ketika pengawasan membuat kami aman; ketika kamera dapat memperingatkan kami akan kemacetan yang akan datang, atau melindungi kami dari kejahatan atau mengetahu credit rating agar terhindar dari penipu. Kami bahkan menyambutnya. Namun dengan sistem BIG data, tidak ada lagi privasi. Dari hari ke hari , hak privasi kami semakin terkikis. Itulah dampak dari social engineering kini melanda China. Kami tidak bisa lagi bebas.  Bagaimana dengan di Indonesia“ Katanya.

“ Kami ratusan tahu lalu sudah seperti  China. Dimana saja dan kapan saja pengawasan itu terjadi. Tetapi tidak dengan IT pengawasan dilakukan.”

“ Sistem apa yang dipakai ?

“ Sistem Tuhan. Kami tahu kapan saja dan dimana saja Tuhan melihat kami. “ 

“ Ya benar juga. Apakah itu efektif ?

“ Masalahnya kebanyakan kami tidak takut dengan Tuhan.”

“ Ya.  Kami sangat takut dengan pemerintah. “ kata teman dengan wajah lesu.

“ Itulah bedanya. Kalau orang takut kepada Tuhan dan sadar setiap perbuatan akan berbalas, tentu social engineering akan terjadi dengan sendirinya kearah lebih baik tanpa harus dengan IT.” Kata saya berdiplomasi.

Ketika sampai di kamar saya bertanya “Gimana dengan pekerjaan kamu? Keliatannya baik baik saja ya.” 

“ Setelah kena PHK, hanya sebulan saya terdiam menerima kenyataan tak punya penghasilan tetap. Saya langsung bangkit. “

“Apa yang kamu lakukan ? 

“ Saya bersama sama dengan teman teman yang terkena PHK meminta agar pemerintah memberikan dukungan mengambil alih pabrik yang hengkang itu. Koperasi pun diridikan. Dari itu proposal diajukan kepada pemerintah. Lewat proses negosiasi yang tidak mudah akhirnya pemerintah setuju untuk menyerahkan pabrik itu dikelola oleh kami yang bernaung dibawah koperasi. Tanpa modal dari pemerintah, bahkan kami di wajibkan bayar sewa dari pemerintah. Semua karyawan yang kena phk menguras tabungan untuk modal awal. Kamipun sanggup digaji setengah dari sebelumnya.

Semua kami sepakat melaksanakan tugasnya masing masing. Masing masing mencarikan solusi agar pabrik tetap jalan. Yang bagian pemasaran mendatangi distributor dan outlet untuk mendapatkan uang muka tentu dengan janji harga diskon khusus. Bagian pembelian, menghubungi para suplier agar memberikan  kami tenggak pembayaran sehingga cash flow tetap aman. dan para karyawan pun bersedia digaji rendah dan dibayar setelah pabrik menerima hasil penjualan. Berat sekali namun kamai punya harapan tanpa harus bekeluh kesah dan meradang sebagai korban PHK.”

“ Terus…menarik ceritanya…”

“ Pabrik tetap jalan dan mampu bersaing di pasar ekspor dan mendapat dukungan dari distributor lokal untuk memenuhi pasar dalam negeri. Semua terjadi karena gotong royong menyelesaikan masalah. Kami melihat kesulitan namun tidak meliat awan gelap sehingga kalap. Dibalik kesulitan ada peluang untuk kami tumbuh dan menjadi pemenang atas nasip kami. Kalau tadi kami hanya sebagai buruh atau pekerja tapi kini kami bukan hanya buruh tapi juga sebagai bos yang bernaung dibawah Koperasi. Kami menerima gaji juga mendapatkan bagi hasil dari sisa hasil usaha…” Katanya. 

Dia menyerahkan bungkusan Kue bulan. “ Terimakasih. Kamu telah bantu perusahaan saya dapatkan order garmen di AS. Walau kami harus jual ke vietnam dulu agar dapat akses ke pasar AS. “ Katanya. 
“ Loh saya justru engga tahu. Emang siapa yang bantu.?
“ Saya datang ke kantor kamu di Hong Kong. Saya ketemu James. Dia tahu saya sahabat kamu. Dia bantu saya. “ Katanya tersenyum malu. 
“ Oooh Ok.  Dan sekarang saya senang, ternyata kamu bukan lagi pekerja tetapi udah boss. Selamat ya.”

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.