Friday, May 1, 2020

Memahami kinerja dan kompetensi



Lama aku memperhatikan wajah wanita yang ada dalam lampiran CV lamaran kerja. Keliatanya sangat keibuan. Cantik. Usia 38 tahun. Namun dari wajahnya ada pancaran keteguhan dan semangat. Data test dan wawancara,  semua mendukung untuk posisi sebagai head of investment strategy. 

“ Pak Miss Ng sudah datang.” kata sektretarisku di kantor Holding di Hong Kong.
“ Ya. Masuk aja.”
Tak berapa lama, seorang wanita bermata sipit masuk kamar kerjaku. Dia membungkukan tumbuhnya sebagai tanda hormat. Keliatan dia lebih tinggi dari yang tertera di CV 170 cm.   Tidak kurus namun juga tidak gemuk. Proporsional.  Aku menerima uluran tangannya untuk berjabat tangan. Aku menuntunnya ke sofa.

“ Miss Ng, apa pendapat anda tentang bisnis IT ?Kataku sekedar ingin tahu wawasannya.

“ Maksud ada softaware atau hardware ?

“ Hardware. “

“ Terminal atau network “ Katanya. Aku terpesona dengan caranya bertanya sebelum menjawab. Ciri khas profesional.

“ Network. “

“ Satelite atau fibre optic ?

“ Fibre optic “

“ Saat sekarang sedang terjadi kelebihan kapasitas dimana mana. Tetapi kelebihan itu pada jalur padat. Di jalur yang tidak padat masih besar peluangnya. Tetapi tidak banyak investor mau terlibat. Karena return yang rendah dan investasi yang mahal.”

“ Kalau kita ingin ekspansi ke jaringan, apa idea anda ?

“ Sebaiknya masuk ke jalur yang tidak padat namun prospek jangka panjangnya bagus.” katanya. Diapun menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana meminimize resiko dan meningkatkan value. Setelah pertemuan itu , aku membuat keputusan dia diterima sebagai head of investment strategy di Holding. Dia bertanggung jawab langsung kepada Business development and investment director.

Sebulan kemudian, aku bertemu lagi dengan dia dalam rapat Komite investasi. Dia tampil mempresentasikan rencana akuisisi perusahaan yang mengelola jaringan fiber optic antar benua. Aku perhatikan, dia dihajar habis habisan oleh team business development dalam rapat itu. Namun dia bisa menghadapi dengan tenang. Semua jawabannya rasional dan didukung data yang kuat. Lagi lagi aku membuat keputusan. Mendukung starteginya. Bahkan aku menunjuk dia sebagai ketua team negosiasi dan akuisisi. Selanjutnya aku dapat laporan mingguan setiap progress yang berhasil dicapainya dalam proses negosiasi dan fund raising. Dia memang pemimpin yang baik dan negosiator hebat. Walau dia orang China tapi bahasa inggrisnya sempurna sekali. Pernah iseng iseng aku telp dia jam 1 pagi, itu artinya jam 2 pagi di Hong Kong. Dia terima dengan nada suara fresh. Artinya dia memang focus kerja, 24 jam !

Enam bulan kemudian, aku dapat laporan dari Direktur pengembangan bisnis Holding. Bahwa semua data yang ada pada CV Ng falsu. Dia bukan lulusan dari China Europe International Business School (CEIBS)  di Shanghai. Dia juga tidak pernah kuliah di London. Pengalaman kerja dan referesinnya juga semua falsu. Bagian  HRD minta maaf kepadaku, karena kelalaian ini. Tetapi bagaimanapun SOP test sudah dilakukan dengan benar. Hanya Ng lebih hebat memalsukan datanya. 

" Namun faktanya proses negosiasi akuisisi yang dia pimpin berhasil dengan baik. Termasuk proses penggalangan dana juga berhasil. Minggu depan akan ada seremonial penandatanganan financial closing sebagai tanda selesainya semua proses akuisisi. Apakah itu tidak cukup untuk memaafkan dia ? Kataku mencoba melihat dari sisi positif.

“ Tetapi bagaimanapun, kebohongan yang dia buat adalah kriminal. Kita tidak bisa menerima orang bekerja atas dasar kebohongan. Apapun prestasinya.” kata direkturku. 

Aku hanya diam. Aku bisa memaklumi sikap perusahaan. Namun aku tidak bisa membuat keputusan dengan cepat. Bagaimanapun aku tahu Ng sudah bekerja keras dan membuktikan kinerjanya dengan luar biasa. 

“ Beri waktu dia sampai menandatangani financial clossing. Selama itu jangan pernah diungkapkan kasus ini kepada siapapun.” Kataku.

Tetapi tiga hari kemudian aku dapat email dari Ng “ Saya harus berkata jujur kepada anda. Bahwa  saya telah melakukan pemalsuan semua data tentang pribadi saya. Tetapi apa yang saya lakukan semua selama 6 bulan belakangan ini bukanlah palsu. Itu real. Kita berhasil mendapatkan deal terbaik dalam akuisisi jaringan fibre optik antar benua dan juga mendapatkan solusi pembiayaannya. Saya tadi bekerja sebagai analis investasi di Shanghai. Kemudian saya terlibat dalam team akuisisi. Selama 6 tahun saya bekerja keras. Sementara anggota team, bahkan atasan saya lebih banyak menghabiskan waktunya di club. 

Semua proses akuisisi dan sampai menjual kembali perusahaan, berkat kerja keras saya.  Tetapi apa yang saya dapat.? tidak ada. Kesuksesan hanya bagi mereka yang bertitel MBA dan ekonom. Sementara saya memang hanya tamat SMU di Wuhan. Tidak ada penghargaan apapun. Bahkan saya tidak mendapat undangan ketika acara peresmian keberhasilan perusahaan melakukan deal terbaik dalam akuisisi. Sangat menyedihkan. Itu sebabnya saya  membuat data palsu agar bisa diterima bekerja sesuai dengan kompetensi saya. 

Tapi kini saya menyadari bahwa saya salah. Apapun namanya kebohongan tetaplah kebohongan. Apapun hasilnya pasti paradox. Sebaiknya saya menjadi diri saya sendiri. Berusaha berdamai dengan kenyataan. Tidak perlu memalsukan CV agar mendapatkan posisi. Selama enam bulan bekerja dengan anda,  setiap pagi saya bangun, saya berkata kepada diri saya sendiri bahwa saya harus akhiri kebohongan ini. Saya berdoa agar semua tangggung jawab atas penugasan saya dapat saya lakukan dengan baik dan pada waktu bersamaan saya punya kesempatan untuk berkata jujur. Maafkan saya. Dengan ini saya mengundurkan diri.” 

Saya membalas emailnya dengan cepat “ Anda bekerja karena keputusan saya, dan itu setelah saya bertemu dengan anda. Saya berharap kalau anda ingin berhenti kerja, andapun sampaikan langsung dengan saya. Tidak bisa via email.  Lusa saya tunggu di KL. Anda bisa terbang dari Hong Kong ke KL hari ini. Saya tunggu. “

Benarlah. Kami bertemu di sebuah cafe di KL di kawasan convention center. 

“Anda tadi bekerja di Shanghai dengan Choi ? Kataku.

“ hmm ya. “ Katanya gugup “ Bagaimana anda tahu?

“ Anda saya panggil karena saya dapat referensi dari Choi. “

“ Artinya dari awal anda tahu saya berbohong dengan CV saya.”

“ Tentu. Anda bisa bohongi staf saya. Tetapi tidak bisa bohongi saya.”

" Tetapi mengapa anda tidak beri tahu dari awal bahwa CV saya palsu?

" Saya focus kepada visi dan knowledge anda. Makanya saya ingin dengar langsung kemampuan dan wawasan anda dalam strategi investasi. Dan terbukti memang hebat. Makanya saya memberi anda kesempatan. "

“ Maafkan saya pak..” katanya menunduk malu.

“ Saya maklum. Saya terima pengunduran diri anda sebagai head of investment strategy di Holding. Karena anda akan menjadi partner saya, sebagai director dan sekaligus proxy saya untuk rencana ekspansi bisnis berikutnya."

“ Anda memberi saya jabatan sebagai direktur ? Mengapa ?Katanya terkejut

“ Kalau anda tidak mengakui kesalahan anda. Pasti saya harus menerima usulan dari HRD untuk pecat anda. Tetapi ketika anda mengakui dengan alasan yang masuk akal, disitulah nilai anda langsung naik di hadapan saya. Dan saya punya kewajiiban memberikan anda kesempatan kedua, untuk menjadi orang jujur. Banyak orang punya titel hebat, tetapi tidak banyak yang mau mengakui kesalahanya dan meminta maaf. Bisnis tidak berkembang dengan titel dan almamater kampus hebat, tetapi dari orang yang mau bekerja keras dan mau bersikap jujur. “ kataku seraya menatap matanya. Aku tetap berhias senyum untuk membuat dia rilek.

“ Bagaimana? 

“ Terimakasih pak. “ Katanya.

Aku menjulurkan tangan menjabatnya tapi dia langsung memelukku. Wanita memang begitu. “ Saya berjanji akan bekerja keras untuk anda. “ katanya terisak seraya melepaskan pelukannya.. 

“ Dari kecil saya sudah yatim. Dibesarkan oleh orang tua asuh dan akhirnya di tempatkan di panti asuhan. Sepanjang hidup saya merasa diperlakukan tidak adil hanya karena saya tidak masuk universitas. Tetapi saya belajar keras secara otodidak. Saya hanya ingin bekerja dan orang membayar saya tidak kecewa. Saya tidak butuh jabatan sebetulnya. Saya hanya butuh respect atas kerja keras saya. Itu saja.” Katanya berlinang.


Seusai bertemu dengan Ng saya langsung kembali ke Jakarta. Setiap kesalahan pasti ada alasan.  Setiap kesalahan harus ada ruang maaf. Setiap kejujuran harus dihormati. Saya merasa lega, karena telah membuka jalan Ng untuk kesempatan keduanya. ***

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.