Keluarga Lunardi Widjaya tahun 1992 mendirikan PT Executive International Bank atau bank Eksekutif. Tahun 1996 Bak Eksekutif listing di pasar modal. Komposisi Saham terdiri dari Lunardi Widjaja 53,15%, Lusiana Widjaja 10,29%, Irawati Widjaja 4,99%, Sinthyawati Widjaja 4,99%, Setiawan Widjaja 4,82% dan publik 21,76%. Menjelang akhir tahun 2009 kondisi bank ini memburuk. CAR atau rasio kecukupan modal di bawah ketentuan BI. Mereka tambah modal sehingga CAR diatas 10%. Tetapi tetap tidak bisa membuat bank itu sehat. Karena terbelit kredit macet. Mereka bukan hanya butuh tambahan modal tetapi juga butuh mitra yang bisa injek likuiditas.
Keluarga Lunardi Widjaya mencari investor yang mampu menyelamatkan Bank Eksekutif. Mereka siap melepas semua saham asalkan investor bisa melanjutkan operasional, yang ketika itu punya cabang 187 dan jumlah karyawan sebanyak 6.691 orang. Setelah mekukan perundingan panjang, sekitar bulan Juni 2010, Recapital Group, milik Rosan P. Roeslani dan Sandiaga Uno mengakuisis saham keluarga Lunardi Widjaya di Bank Eksekutif. Pada saat itu orang anggap itu biasa saja. Karena memang sebelumnya Recapital sukses mengakuisisi Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)
Setelah diakuisisi, nama Bank Eksekutif diganti menjadi Bank Pundi. Pemegang saham berubah. Recapital 68,8%, IF Service Netherland BV 13,3%, Pershing, LLC 10,7%, Publik 8,1%. Recapital masuk dengan visi baru, yaitu menjadikan bank Pundi sebagai bank retail dengan basis UMKM. Di akhir tahun 2012, jaringan Bank Pundi sebanyak 207 kantor yang tersebar dihampir seluruh kota besar di Indonesia dengan jumlah karyawan sebanyak 8.200 orang. Memang terjadi peningkatan luar biasa. Itu sebabnya tahun 2015, Hary Tanoesoedibjo melalui PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) berniat membeli saham Bank Pundi melalui Bursa. Namun Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi terhadap saham BCAP dan saham BEKS. Harga terakhir saham MNC Kapital adalah Rp 1.755/lembar, sementara saham Bank Pundi harganya terakhir adalah Rp 65/lembar. Gagal sudah.
Tahun 2017, Rosan dan Sandi melobi Wahidin Halim. Sehingga terjadi kesepakatan. Recapital melepas sebagian besar saham mereka di Bank Pundi kepada PT Bank Pembangunan Daerah Banten. Saya kira ini skema hedge fund dari Recapital sebagai exit strategi meningkatkan value dari bank Pundi. Pada waktu bersamaan juga memberikan akses kepada Bank Banten meningkatkan value di Bursa. Saat itu juga PT MNC Kapital Indonesia, Hari Tanoe berhasil masuk sebagai pemegang saham Bank. Nama bank diubah menjadi PT Pembangunan Daerah Bank Banten Tbk, namun di BEJ tetap BEKS ( bank eksekutif ). Komposisi saham menjadi, PT Banten Global Development (35,41%, PT Recapital Securities (24,08%), PT MNC Kapital Indonesia Tbk (11,80%), Masyarakat (28,71%)
Namun tahun 2017 muncul berita di media massa bahwa Keluarga Lunardi Widjaya melaporkan Rosan ke Polisi. Karena Rosan belum pernah membayar pembelian 676.715.000 lembar saham BEKS milik Lunardi Wijaya dan keluarganya. Jumlah saham itu setara dengan 79,25 persen dari seluruh saham BEKS yang telah dikeluarkan dan disetor penuh per 26 Mei 2010. Kasus ini sudah terdaftar di Polisi sejak tahun 2015, bernomor LP/1295/XI/2015 tetapi lambat sekali prosesnya. Muncul kembali berita tahun 2017 bertepatan dengan pelepasan saham Bank Pundi ke Bank Banten. Engga tahu gimana kelanjutan kasus ini.
Apakah setelah mengambil alih bank Pundi, Bank Banten bisa untung? Memang sebelumnya Pada 2016, Bank Banten membukukan rugi senilai Rp414,940 miliar. Satu tahun kemudian atau setelah mengakuisisi bank Pundi, jumlah kerugian bisa ditekan menjadi Rp76,22 miliar. Namun, pada akhir 2018, jumlah kerugian kembali meningkat menjadi Rp94,960 miliar. Pada posisi akhir 2019, nilai kerugian Bank Banten adalah Rp143,865 miliar. Teranyar, Bank Banten membukukan kerugian senilai Rp31,866 miliar pada kuartal I/2020 atau menurun 42,9% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Keadaan semakin rumit. Bila tadinya Bank Banten dapat fasilitas dari Pemda Banten sebagai bank kas daerah. Namun belakangan Pemda Banten menarik dana mereka di bank Banten. Apa pasal ? Tanggal 17 April 2020, Bendahara Umum Daerah (BUD) Banten memerintahkan agar Bank Banten segera menyalurkan dana bagi hasil pajak sebesar Rp. 181 miliar ke seluruh kabupaten/kota di Banten, serta percepatan penyaluran dana jaring pengaman sosial bagi masyarakat terdampak Covid-19. sebesar Rp 709.217.700.000. Namun Bank Banten engga ada duit. Maka Pemda Banten anggap Bank Banten gagal bayar. Sampai kini gagal bayar ini belum tuntas. Solusinya itu akan dikonversi jadi saham.
Apa solusinya bagi Bank Banten agar bisa sehat dan normal kembali? Pemegang saham sudah mencoba menggandeng Bank Jabar ( BJB). Berharap dengan masuknya BJB akan menjadi solusi ideal. Karena kas daerah yang ada di BJB sangat besar. Ini sangat penting menjamin likuiditas. Tetapi keliatannya Emil ( Ridwal Kamil) Gubernur Jabar tidak berminat untuk terjadi merger antara bank Jabar dan Bank Banten. Solusi ini tidak jalan. Jalan lain adalah konversi kas daerah jadi saham sebesar Rp. 1,5 triliun. Itu juga tidak akan membantu likuiditas dari Bank Banten. Sementara harga saham Bank Banten per tanggal 10 juli tinggal gocap ( Rp. 50).
Keliatan jalan terakhir adalah berharap dana stimulus berupa relaksasi perbankan dari Pemerintan pusat ke Bank Banten seperti yang dilakukan pemerintah pusat ke pada Bank BUMN. Itu sangat kecil kemungkinan bisa dapat.
“ Babo, di Bank Banten itu ada Sandi, Rosan, Hari Tanoe. Mereka kan konglomerat. Tadinya kehadiran mereka di Bank Banten sebagai angin segar bagi masyarakat Banten yang berharap bisa menjadi lokomotif UMKM. Tetapi malah sejak mereka masuk bank Banten semakin terpuruk. Kan mereka punya relasi banyak untuk bantu likuiditas Bank Banten. Atau kalau mereka engga ada uang ya mereka keluar dan ganti dengan yang benar benar punya uang” Tanya nitizen via WA. Saya hanya tersenyum. Dan saya jawab dalam bentuk tulisan ini.
Yang jelas Bank Banten tak ubahnya dengan Bank Bukopin setelah diambil alih oleh Bosowa. Tidak ada perbaikan malah tambah sulit. Problem sama, yaitu kredit macet. Walau harga saham Bank Banten tinggal gocap, tapi nendang Rosan, Sandi, dan Hari Tanoe engga mudah. Justru situasi sekarang ini mereka sedang giring pemerintah ke sudut ring. Keluar duit atau jadi masalah politik.! Dampaknya bisa sistemik. Ya gaya hedge fund player. Mereka sih happy saja. Yang stress Pemda Banten.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.