Saya dapat membayangkan. Mungkin ini kali pertama Jokowi sangat sedih ketika mendengar berita situasi lockdown Wuhan. Dia tidak akan sanggup melakukan apa yang dilakukan di China. Situasi politik tidak mendukung. Anggaran negara juga tidak tersedia. Tahun 2019, keadaan negara sedang berjuang menghadapi tekanan neraca pembayaran yang terus melebar. Ruang fiskal terus menyempit akibat beban hutang. Satu satu harapan adalah sektor real. Namun dengan pandemi, semua harapan itu seperti runtuh di hadapannya.
“Tuhan, inikah kehendakMu”. Dia tidak memita kepada Tuhan agar Corona itu berlalu. Karena itu adalah takdir. Dia tak ingin meratap dalam doa. Dia hanya berharap agar Tuhan memberinya kekuatan disaat lemah dan kesabaran disaat batas tak tertanggungkan. Dia harus membuat keputusan rumit. Apakah rem ekonomi atau diperlambat namun dengan resiko korban kematian akibat pandemi. Dia putuskan rem ekonomi. Korban UMKM tak bisa dihindari. Namun bisa minimalkan dengan stimulus. Hutang ditambah tanpa memperhitungkan rasio ekonomi terhadap PDB. Tidak lagi memperhitungkan rasio defisit APBN. Kepentingan rakyat adalah hukum utama.
Di saat dia berjuang mengatasi pandemi, dan pada waktu bersamaan tetap memberikan inspirasi positif kepada team ekonomi agar terus menjaga stabilitas ekonomi di tengah guyuran stimulus berskala gigantik, tekanan dari oposisi datang bertubi tubi. Di negara lain, ketika pandemi datang semua elite bersatu. Melupakan barang sejenak perbedaan. Tapi di Indonesia, justru disaat pandemi, mereka berusaha ingin menjatuhkan Jokowi. Program stimulus digugat di MK. Demo mahasiswa dan buruh berkembang dipicu oleh UU Cipta kerja.
Pada waktu bersamaan Jerman sebagai pemimpin Uni Eropa semakin brutal tekanannya terhadap sengketa dagang dengan Indonesia. Menlu AS datang ke Indonesia dengan berani memprovokasi issue PKI memancing perpecahaan. Sepertinya mereka sangat yakin bahwa kondisi Jokowi terjepit. Kader PDIP di kabinet tersangkut korupsi Bansos, Teman koalisi juga tersangkut KPK. Setelah itu, MRS yang sudah nyaman di tanah suci diprovokasi pulang oleh oposisi agar ambil bagian dalam pressure politik. Masuk desember di tengah upaya sulit negosiasi mendapatkan vaksi di Eropa dan AS yang halal, dapat kabar bahwa uji klinis tahap tiga Vaksin China ditunda sampai bulan maret 2021.
Jokowi tetap tenang. Dia tidak mengeluh. Pada akhirnya dia hanya berserah diri kepada Tuhan. Hidup harus terus berjalan walau di tengah badai sekalipun. Tentang pengadaan vaksin, banyak pihak nyinyir dengan alasan sains lah, agama lah atau macam macamlah. Tatapi apakah anda pernah bayangkan nasip negeri ini apabila pandemi terus berlangsung. Korban paramedis akan terus terjadi. Ingat, angka korban paramedis kita terbesar di Asia. Padahal mereka adalah sumber daya yang terbatas. Melahirkan satu orang dokter itu sangat sulit dan mahal. Gugurnya mereka adalah pukulan yang sangat telak kepada Jokowi. Apa jadinya kalau pandemi terus berlangsung tanpa ada tanda kemenangan melawannya? UMKM sebagai tulang punggung ekonomi nasional akan runtuh. Ekonomi chaos. Proxy asing tampil di panggung merebut kekuasaan. Rakyat akan masuk ladang pembantaian para konspirator jahat.
Negara besar melibatkan team ilmuwan hebatnya untuk berusaha menemukan vaksin. Mereka bagaikan pasukan elite yang berjuang memenangkan perang. Tapi indonesia tidak punya team elite yang mumpuni menemukan vaksin. Negeri dengan penduduk ratusan juta memang sangat renta keamanannya terhadap serangan pandemi. Sementara mendapatkan vaksin tidak mudah. Soal vaksin bukan hanya soal kesehatan, tetapi sudah bercampur politik dan bisnis. Bagi negara penemu vaksin tentu punya posisi tawar geopolitik dan geostrategis terhadap negara lain.
Saya tahu tidak mudah bagi Jokowi mendapatkan vaksin dari negara lain. Walau tawaran berdatangan dari CHina, Eropa dan AS namun itu bukan tawaran gratis. Itu tawaran bernuansa politik, yang tentu sulit bagi Jokowi terima. Karena soal politik sangat sensitif dan UUD 45 memastikan negara bebas dari tekanan asing. Itu sebabnya team kecil yang dibentuk Jokowi untuk mendapatkan vaksin bekerja tidak mudah. Saya tahu sejak bulan maret mereka sudah terbang ke China, ERopa dan AS untuk mendapatkan vaksin. Lobi bukan hanya kepada pemerintah atau politisi tetapi juga kepada konglomerat financial yang punya pengaruh kepada produsen Vaksin.
Awalnya China setuju memberi vaksin kepada Indonesia lewat kerjasama bisnis antara Biopharma dan Sinovac. Namun kerjasama itu tidak mulus. China tidak sepenuhnya terbuka terhadap risetnya. Korea juga ada kerjasama dengan Indonesia tetapi gagal mendapatkan sample virus. Maklum sample virus itu dikuasai AS dan China. Waktu berjalan terus, korban terus berjatuhan. Sementara tanda tanda akan dapatkan virus belum juga ada. Sementara dalam negeri para ulama sibuk mempersoalkan halal haram virus. Di tengah pandemi, situasi politik dalam negeri memanas akibat demo mahasiswa, buruh.
Akhirnya sepulang pak LBP dari AS dalam rangka negosiasi mendapaktan dukungan keberadaan LPI , dia juga dapat lampu hijau bahwa AS dan Eropa akan bantu vaksin untuk indonesia. Walau belum pasti tetapi kemesraan LBP dengan Trumps dalam photo di Gedung Putih sudah cukup membuat China beraksi. China memutuskan untuk total support vaksin kepada Indonesia. Itupun secara informal. China barulah resmi menjamin vaksin untuk indonesia di penghujung november 2020. Dukungan resmi itu disertai dengan komimen menerbangkan vaksin untuk emergency sebanyak 1 juta lebih. Kemudian diikuti oleh AS dan Eropa.
Sehingga secara nasional, Indonesia sudah aman soal vaksin. Ini logistik perang menentukan guna mendukung prajurit berani mati nakes yang ada digarda terdepan dalam perang melawan pandemi. Ini juga angin segar bagi ibu SMI untuk kembali menggerakan mesin APBN agar ekonomi kembali melesat. Tanpa perjuangan keras para mereka yang tak ingin disebut namanya sebagai pahlawan mendapatkan vaksin, entah apa yang akan terjadi pada republik ini. Kini, satu demi satu masalah selesai diatasi. Walau ekonomi sempat kotraksi pada semester pertama, kini sudah positip dan trendnya kepada perbaikan di tahun 2021. Para oposisi kehilangan reputasi akibat ulah pressure grup mereka sendri. Bahkan ada yang kena virus corona. Selanjutnya, kita akan baik baik saja.
Hikmah cerita: Di saat pemimpin sedang berjuang untuk rakyat dan dia bekerja dengan tulus, maka Tuhan bersamanya, sangat dekat. Siapapun yang berniat buruk terhadapnya akan jatuh dan dipermalukan. Itu bukan karena Jokowi tetapi karena Tuhan. Orang yang diam disaat dikhianati dan dihujat itu lebih bahaya. Karena dia lapor ke Tuhan. Apakah ada kekuatan yang lebih hebat dibandingkan Tuhan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.