Tahun 2018. Jam 7 malam saya datang ke Hong Kong Financial Club bertemu dengan John. Dia sahabat saya. Dia bekerja pada lembaga Think Thank di Washington. Dia juga menjabat special advisory global geostrategic pada Lembaga Keuangan Top 10 dunia. Dia memilih ruangan di Financial Club yang membolehkan wanita masuk. Malam itu memang cukup ramai wanita karir berkelas. Maklum jumat malam. Ketika melihat saya, dia bergegas menyambut saya dengan senyum cerah. Dia merangkul saya. “ B. selamat ya. Saya dengar kamu sukses selamatkan holding kamu dari hostile. “ Katanya. Saya hanya tersenyum.
Kami pilih table yang di pojok ruangan. Di arah jam 12 ada wanita Eropa nampak tersenyum kearah saya. Saya mengangguk. Ah semua di ruangan ini semua orang sok akrab.
“ Kami perlu sumber daya. Bukan hanya alam. Tetapi juga potensi pasar dan lingkungan strategis di kawasan yang paling cepat pertumbuhannya di Dunia. Masa depan dunia ada di ASIA, dan itu berpusat pada Asia Timur Jauh. Eropa dan Jepang sudah over capacity. China juga sudah mendekati over capacity. AS sedang sunset. Kami perlu pertumbuhan baru antara 2025-2050. Itu adalah Indonesia “ Kata Jhon memuali pembicaraan. Tapi saya suka diskusi dengan dia. Banyak informasi berharga yang saya dapatkan. Itu saya perlukan dalam membuat perencanaan international bisnis saya.
Saya hanya tersenyum, dengan satire saya katakan, kalau Indonesia bukan hal baru. Sejak abad 17 sudah begitu. Bangsa Eropa ketika menjajah Nusantara, silih berganti mengatakan bahwa Nusantara masa depan. Tetapi nyatanya Eropa yang bersinar. Indonesia tetap gelap. Jhon hanya tersenyum. Dia paham saya tidak begitu yakin akan minat group financial konglomerat dunia mau serius masuk ke Indonesia dan mensejahterakan rakyat. Ini hanya cara untuk menciptakan underlying agar sumber daya keuagan bisa keluar dari brankas offshore seraya mencari tempat landing baru.
“Dengar baik baik,” Kata Jhon dengah wajah serius. “ Saya dapat informasi ada kelompok Harvard di Jakarta jadi loby ke IDFC dan Whitehouse. Mereka sangat serius menjadikan Indonesia sebagai proxy untuk menjaga keseimbangan dengan China. Ada ribuan Supply Chain AS, Eropa, Korea, Jepang yang ada di China akan pindah ke Indonesia. Itu akan digerakan olehkan konsorsium 3Capital. Mereka adalah konsorsium dana multitrilion dollar. Namun…”
“Apa ? Kata saya penasaran ingin tahu ujungnya.
“ Mereka perlu presiden tahun 2024 sebagai proxy yang bisa melaksanakan grand strategy menuju tahun 2050.”
“ Boleh tahu, apa rencana mereka mencapai itu?
“ Di Indonesia, koalisi partai Islam adalah satu satunya yang bisa diandalkan memotong arus kekuatan partai nasionalis sosialis yang ada. Sementara barisan partai pragramatis akan jadi mesin politik untuk menggerakan bandul ke calon presiden pilihan mereka. Nah kalau koalisi partai Islam dan Partai pragmatis terbentuk, proses menempatkan proxy sebagai presiden tidak lagi sulit. “
“ Dalam sejarah di Indonesia sangat sulit terjadi persatuan dalam partai Islam. “ Kata saya.
“ Dengan uang, semua mudah. Pengalaman mereka tahun 1999 berhasil mempersatukan partai islam dalam barisan poros tengah. Dan menang. Tapi sayang. Presiden yang terpilih berkhianat terhadap 3capital, dia terpaksa dijatuhkan. Penggantinya juga sama. Namun proxy 3capital berhasil meloloskan Paket UUD berkaitan dengan Financial reform yang merupakan satu kesatuan dari program neolibaral. Tahun 2004 selesai.
Penggantinya walau bukan proxy tetapi loyal dengan 3Capital. Dua periode kekuasaanya berhasil membuat indonesia kembali dalam situasi debt trap. Sehingga siapapun penggantinya tidak lagi mudah untuk keluar dari debt trap”
“ Jadi siapa menurut mereka yang qualified untuk proxy 3Capital tahun 2024 di Indonesia “ Kata saya tersenyum. Namun lebih terkesan menyeringai.
Dia perlihatkan majalah ekonomi. “ Dia! katanya menunjuk photo yang ada dalam halaman majalah itu.
“ Dia! saya terkejut.
“ Ya. Dia diudang sebagai pembicara dalam global conference di LA yang diadakan Milken Institute. Makalahnya, ASEAN: Growth in the Next Ten Years". Katanya. Namun saya focus membaca majalah itu. Setelah itu saya tersenyum. Saya tahu MI didirikan oleh hedge Fund player legendaris. Dia yang menciptakan junk Bond. Karena ulahnya Robin Gobin, US treasury terlibat skandal Solomon dan Smith barney.
Tak berapa lama Steven datang bersama Son dan Richard. John minta undur diri. Kami berpisah. Sebelum berpisah dia janji akan kirim email ke saya seraya membisikan sesuatu. Saya mengangguk.
Saya bicara dengan Steven. Namun pandangan saya terus tergoda kepada wanita yang table nya ada di depan saya. Akhirnya saya mendekati wanita itu.
“ B..? Katanya langsung menyapa.
“ Bagaimana kamu kenal saya? kata saya berusaha mengingat.
Dia tersenyum namun mengisyaratkan saya duduk. Saya lirik Richard, Steven tersenyum seraya melambaikan tangan. Seakan memberikan ruang dan waktu bersama wanita itu.
“ Praha musim panas..Lupa ya, Art Nouveau Palace Hotel”
“ Hah..Karel. " Saya langsung ingat dia. " Wow, kenapa penampilan kamu beda” kata saya perhatikan dia mengenakan blaser hitam. Saya rentangkan kedua tangan. Dia tenggelamkan diri dalam pelukan saya. Aroma tubuhnya tidak pernah saya lupa “ Bukan beda. Kamu yang cepat melupakan wanita.” katanya berbisik..
“ Ada apa ke Hong Kong? kata saya melepaskan pelukan.
“ Hanya Business trip.” Katanya terus menatap saya. Jadi kikuk saya.
***
Setelah selesai proses penyelesaian hutang holding. Lyly datang ke Hong Kong. Dia senang dengan cara saya yang cepat membuat keputusan. Melepas sebagian saham kepada CIG untuk menyelesaikan hutang holding. Walau karena itu saya harus kehilangan bisnis ekosistem logistik berbasis IT di China sebagai kompensasi deal itu. Pertemuanya sangat kejutan. Kami bertemu malam hari di KTV atas undangan Esther. Pada saat itu ada juga Weny dan Yuni yang khusus datang dari Jakarta. Pesta itu sengaja diadakan Esther sebagai tanda sukuran akan sukses saya deal dengan CIG. Tapi saya tidak bisa sampai larut. Karena janji dengan istri jam 10 malam mau videoconference.
Keesokan harinya saya datang ke Hotel Lyly untuk sarapan pagi sama sama. Dia tersenyum cerah ketika melihat saya masuk restoran.
“ Wah muka kamu bersih. Sudah tercukur habis. Saya sempat kawatir, kalau deal penyelesaian hutang tidak terjadi mungkin saya tidak akan mengenal kamu lagi. Kumis, cambang, jenggot sudah penuh menutupi wajah kamu. “ katanya. Saya tersenyum. Memang satu bulan dalam proses negosiasi yang rumit dan melelahkan. Bergerak seperti roller coaster. Saya tidak pernah cukur. Tapi istri sempat ketawa waktu video call dengan saya. Dia lihat kumis saya. Sesuatu yang 35 tahun yang tidak pernah dia lihat. Terakhir dia lihat waktu saya bersanding dengannya di pelaminan. Setelah itu saya muka saya bersih.
Waktu sarapan pagi saya sempat cerita pertemuan dengan Jhon. Tentang keterlibatan IDFC dalam proses suksesi politik paska Jokowi di Indonesia. Dia hanya tersenyum. “ Orang AS itu terlalu banyak berpikir dan terlalu banyak rencana. Makanya mereka tidak bisa maju. Bahkan sudah maju, mundur lagi. Beda dengan generasi sebelum tahun 1970an. Penuh inovasi, dan para pioner bersaing mengembagkan wilayah dan sains. Era setelah 1970an, perubahan spirit dan budaya terus terjadi. AS besar karena kapitalis, namun akhirnya kapitalis jadi racun kebudayaan. Hilanglah spirit petarung. Nilai nilai lama terhalau, “ Kata Lyly.
“ Bagaimana caranya membendung kekuatan IDFC dengan agentnya di Indonesia.”
“ Kalian harus smart. Ingat. Intervensi mereka tidak melalui senjata atau militer. Tetapi lewat konsep neoliberal yang melahirkan persepsi tentang ekonomi kelas. Melawannya tidak bisa dengan narasi atau seminar. Lawan mereka dengan program kebersamaan. Budaya kebersamaan sebagai jatidiri Asia, harus diperkuat.
Lihatlah China. Kami menerima kapitalisme, setuju dengan neoliberal. Namun itu di cluster. Kelompok menengah dibiarkan berada di cluster neoliberal. Mereka paham bagaimana beradabtasi. Tetapi kelas bawah berada di cluster ekonomi gotong royong. Dua ruang ini dijaga ketat. Agar cluster kelas menengah tidak jadi predator terhadap cluster kelas bawah. Dengan cara ini, lambat laun, kelas bawah bisa mengubah paradigma ekonomi kapitalis kelas menengah. Itulah yang terjadi di China.”
“ Ya paham. Bagi China itu mudah seja. Karena sistem politik yang berbeda dengan indonesia yang menganut demokrasi. Dalam kontesk Indonesia bagaimana?
“ Perkuat persatuan. Caranya ? mulailah bangun kebersamaan. Belajarlah menerima perbedaan dan kemudian hilangkan dikotomi agama , suku atau apalah. Focus kepada ekonomi saja. Kalian perlu pemimpin yang bisa menginspirasi terjadinya persatuan. Seperti Jokowi itu pilihan tepat. Karakternya menginspirasi terjadinya persatuan. Tetapi secara politik dia tidak cukup kuat melakukan perubahan. Suka tidak suka dia tampil di puncak berkat dukungan kelas menengah yang masih lekat dengan kapitalisme. Maklum politik di Indonesia ongkosnya mahal sekali. “
Saya termenung. Lyly mengejutkan. “ Hallo, B. Are you Ok” katanya. Saya tersenyum. “Peta politik Indonesia mudah dibaca. Apalagi di era demokrasi. Islam itu adalah takdir kalian sebagai bangsa. Politisasi islam itu tidak bisa dihindari dalam konteks demokrasi. Tapi harus juga dicatat. Rakyat Indonesia sangat realistis dan pragmatis. Kalau ada orang yang bisa berbuat nyata memberikan kemakmuran. Mereka pasti jadi follower. Engga perlu se Indonesia. Buat aja pilot proyek satu kota. Ubahlah kota itu jadi hebat, seperti Jokowi di Solo. Pasti orang akan follow dia..Agama dan suku akan mereka punggungi” Kata lyly tersenyum.
Usai sarapan pagi. Lyly ajak saya ke kamar untuk lanjutkan ngobrol. Kamarnya panthouse tentu ada ruang nyaman untuk bicara. Ketika masuk kamar. Saya melirik ke ruang tempat tidur. Ada orang dibalik selimut. “ Kamu tidak sendiri? Kata saya ragu.
Dia tarik tangan saya ke kamar tidur. Nampak Weny dan Esther sedang tidur pulas. “ Kemarin malam di KTV mereka mabok. Hanya saya yang engga mabok. Ya terpaksa saya ajak mereka ke kamar saya. “
“ Yuni mana ?
“ Tuh dia..” Kata Lyly ke arah sofa. Duh liat Yuni tidur tengkurap. Saya geleng geleng kepala.
“ Ya udah. Kalau begitu saya kembali ke kantor aja. Nanti makan siang saya kembali lagi.” Kata saya.
Lyly tersenyum mengantar saya ke keluar dari kamar. “ B, kamu pernah bilang ke saya. Bahwa kekuasaan itu milik Tuhan dan Tuhan akan berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Apakah nasehat itu masih berlaku ?
“ Tentu.”
“ OK take care. Indonesia akan baik baik saja.” Kata Lyly tersenyum
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.