BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, atau Mining Industry Indonesia, yang beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero) dan PT Timah Tbk. Kalau dilihat kinerja portfolio saham holding MIND ID, berdasarkan angka ( 2020) pendapatan sebesar Rp66,6 triliun, terdiri dari tiga kontributor berasal dari komoditas emas sebesar 29,1%, batubara 25,9%, dan timah 21,5%. Sedangkan aluminium berkontribusi 9,8%, feronikel 7%, bijih nikel 2,9% dan lain-lain sebesar 3,7%.
Rencana Mind ID adalah memisahkan PT Inalum sebagai holding opertion menjadi anak perusahaan tersendiri. Sehingga MIND ID akan menjadi holding murni. Rencana tahun ini pemisahan itu selesai. Selanjutnya di tahun depan IPO Inalum Operating ditargetkan bisa tercapai. Kemudian setahun setelahnya MIND ID bakal melakukan IPO. Walau DPR mempertanyakan rencana IPO MIND ID, khususnya untuk apa uang IPO itu? Namun apa yang sudah direncanakan itu sudah tepat. Mengapa ? value portfolio MIND di neraca atas saham Inalum akan meningkat dan giliranya akan meningkatkan value saham Mind ketika IPO. Smart.
Untuk apa uang IPO MIND ID? sebetulnya kalau anggota DPR paham struktur permodal korporat, pertanyaan itu tidak perlu ada. Mengapa? Anak perusahaan dibebani hutang besar. Cobalah lihat Hutang Inalum dalam bentuk global bond untuk pembelian saham Freeport. Itu besar sekali. Dengan holding melakukan IPO, uang hasil IPO itu bisa memperbaiki struktur keuangan anak perusahaan, seperti meningkatkan modal Anak perusahaan untuk membayar hutang. Otomasti saham pemerintah lewat MIND ID akan meningkat di anak perusahaan. Sehingga neraca anak perusahaan jadi sehat. Setelah itu anak perusahaa bisa menarik dana lagi dari pasar untuk melakukan ekspansi bisnis sesuai dengan strategi pertumbuhan usaha.
Ya, daripada bunga masuk ke kreditur, kan lebih baik holding lunasi sehingga laba Inalum akan meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan Deviden bagi Mind ID. Dan lagi pelusan hutang itu didapat dari peningkatan nilai saham Mind ID. Artinya secara tidak langsung yang bayar hutang Inalum adalah market sendiri.
Langkah strategis pemerintah mendorong IPO terhadap BUMN strategis adalah langkah tepat. Kementerian BUMN menargetkan setidaknya ada 14 BUMN yang dapat melantai di bursa dalam kurun beberapa tahun ke depan. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain, Pertamina International Shipping, Pertamina Geothermal Energy (PGE), Pertamina Hulu, Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Pertamina Hilir, Indonesia Healthcare Corporation, dan Bio Farma Vaksin. Selanjutnya, EDC and Payment Gateway Himbara, Pupuk Kalimantan Timur, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), Telkom Data Center, Inalum Operating, MIND ID, dan Logam Mulia.
Saya tidak bisa membayangkan betapa raksasanya value Super Holding BUMN kalau terjadi dibentuk. Karena akumulasi nilai saham pada BUMN strategis yang sudah IPO itu sangat tinggi. Marcap pasti besar sekali. Ini akan jadi sumber daya keuangan raksasa bagi negara dalam mengeskalasi pertumbuhan ekonomi mendatang. Apalagi dengan adanya IPO maka spread ownership BUMN terjadi. Otomatis transparansi pasti tercipta. Demokratisasi ekonomi terjadi sesuai hukum pasar dan ekosistem bisnis.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.