Membeli mesin perang, apakah itu senjata mesin, pesawat tempur, roket, rudal, kapal perang, tidak seperti membeli perangkat yang ada di pasar. Mengapa? karena industri mesin perang itu pasarnya hanya pemerintah. Dan Industri berdiri dengan izin ketat dari pemerintah. Bukan sekedar izin, tetapi juga menentukan jenis tekhologi, produk sampai kepada pasar. Jadi wajar saja, kalau pengadaan mesin perang itu berkaitan dengan politik, dan kalau kita bicara politik maka di dunia sekarang ini yang menguasai tekhnologi mesin perang adalah AS dan Eropa Barat, Rusia, China, India.
Kalau kita bagi dua zona penguasaan tekhologi mesin perang maka itu hanya ada zona Barat dan AS, Zone Rusia dan China. Setiap negara berusaha untuk mendapatkan tekhnologi dari tiga zona. Apakah bertujuan mengembangkan sendiri terkhologi atau membangun sendiri industri atau membeli jadi. Tetap saja harus punya jaringan politik ke salah satu zona itu. Misal, Iran sukses membangun industri mesin perang. Itu berkat tekhnologi dari Rusia dan China. India berhasil membangun industri mesin perang, itu berkat dukungan tekhnologi dari Rusia dan Eropa. Negara manapun yang mendapatkan dukungan membuat mesin perang dari prinsipal, tidak bisa jual tanpa izin dari prinsipal ( pemilik tehknologi)
***
Saya mengikuti perkembangan issue seputar pengadaan Alutsista TNI, yang sampai ada istilah “ mafia”. Saya tidak mau sembarangan ikut dalam polemik soal Alutsista. Karena tidak semua rumor itu seperti kenyataan. Mengapa ? pengadaan alutsista itu tidak semudah mendapatkan barang pada umumnya. Dimanapun industri alat perang seperti senjata mesin, pesawat tempur, roket, rudal, kapal perang, dll adalah special business dan terkait politik.
Mengapa? karena industri mesin perang itu pasarnya hanya pemerintah. Dan Industri berdiri dengan izin ketat dari pemerintah. Bukan sekedar izin, tetapi juga menentukan jenis tekhologi, produk sampai kepada pasar. Jadi wajar saja, kalau pengadaan mesin perang itu berkaitan dengan politik, dan kalau kita bicara politik maka di dunia sekarang ini yang menguasai tekhnologi mesin perang adalah AS dan Eropa Barat, Rusia, China, India. Tanpa keberpihakan dengan salah satu negara tersebut, sulit untuk dapatkan alutsista.
Tentu tidak mudah bagi TNI membuat persiapan dan perencanaan pengadaan alutsista. Setiap rencana terbentur dengan kebijakan politik luar negeri yang tak memihak kepada negara manapun dan anggaran yang terbatas. Itu sebabnya, kalau anda ikut tender alutsista, yang diutamakan adalah dukungan dari vendor. Dukungan ini tidak mudah. Tidak ada jaminan perusahaan besar dapat dukungan. Lobi kepada vendor lebih kepada lobi personal. Lobi ini benar benar kerja intelijen. Rumit. Anda harus melewati banyak channel untuk sampai bisa deal dengan vendor. Anda mungkin kaget kok pemerintah beli kapal perang bekas dari Italia? kan rugi. Itu bukan soal untung rugi tetapi akses mendapatkan sparepart. Italia itu adalah anggota NATO, dan NATO merupakan produsen alutsista terbesar di dunia. Jadi pertimbangan beli kapal bekas itu adalah bagian dari lobi mendapatkan alutsista, termasuk sparepart. Artinya, untuk apa beli baru tetapi tidak bisa dapat akses sparepart. Tidak bisa akses ke vendor.
Kebanyakan tidak bisa deal langsung tetapi melalui beberapa perantara yang punya special connection dengan vendor. Dalam proses ini ada berbagai fee yang harus dibayar, yang tidak mungkin resmi. Mengapa ? baik pemerintah dari pihak vendor dan pemerintah kita seakan tidak tahu menahu. Itu sebabnya rekanan yang ketangkap KPK, tidak bisa diusut jadi terpidana. Kasusnya hilang begitu saja. Karena tidak ada satupun pihak yang mau jadi saksi. Megapa ? Mau mati? Ya takutlah. Bisnis senjata itu antara mati dan hidup setipis rambut dibelah tujuh.
Jadi kalau ingin pengadaan alutsista itu transparans yang pertama kali dilakukan adalah tentukan arah politik luar negeri. Tentukan kita berpihak kepada siapa ? China atau Rusia atau AS ( NATO). Pilih aja salah satu. Nah selanjutnya pemerintah bisa beli alat perang seperti beli mobil di showroom. Semua transparan dan kebetulan sekarang alutsista memang overproduction. Murah. Kalau engga mau mengubah UUD 45 politik luar negeri bebas aktif , maka terima sajalah situasi pengadaan alutsista yang ada. Atau perkuat riset alat perang agar kita mandiri? Mungkinkah? Lah peniti aja masih impor dari China. Dah gitu saja.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.