Lohia, yang mungkin terdengar asing, tetapi dia orang Indonesia loh. Tentu bukan pribumi. Nama lengkapnya, Sri Prakash Lohia. Kekayaan Lohia, menurut Forbes, mencapai US$6,6 miliar atau setara Rp94,05 triliun (Rp14.250 per dolar AS) pada Rabu (8/9). Kekayaannya berhasil menandingi Prajogo Pangestu yang saat ini mencapai US$5,9 miliar. Memungkinkan dia masuk urutan ke empat terkaya di Indonesia. Apa bisnis Lohia? Semua tahu kan, Indorama? ya perusahaan tekstil terpadu dan petrokimia.
Siapa Lohia? Ia lahir pada tanggal 11 Agustus 1952 di India. Ayahnya bernama Mohan Lal Lohia seorang pengusaha garmen. Ia lahir dari keluarga kelas menengah. Ia lulusan dari Universitas New Delhi dengan gelar Bachelor of Commerce. Praktis masa remajanya dihabiskan berbisnis membantu ayahnya. Pada tahun 1974, keluarganya memutuskan hijrah ke Indonesia dan mendirikan pabrik benang untuk tekstil di kota Purwakarta, Indonesia.
Diusia yang sangat muda, 22 tahun, ia meminta mandiri kepada Ayahnya untuk mendirikan pabrik garment. Investasi awalnya sebesar US$10 juta, dengan karyawan 2000 orang. Kerja keras yang luar biasa, usahanya berkembang pesat. Kelebihan dia dari ayahnya adalah soal pendidikan dia yang lebih tinggi. Visinya bukan sekesar garment dan tekstil, tetapi juga industri yang terkait dengan supply chain. Tahun 1990 melalui Indorama Ventures, dia membangun pabrik polyethylene terephthalate (PET). Bahan baku untuk membuat produk plastik seperti botol plastik. Kini menjadi salah satu pabrik resin terbesar di dunia.
Tahun 2006 dia mengakuisisi BUMN Nigeria, National Petroleum Corporation, yang selalu merugi dan nyaris bangkrut. Setelah dia akuisisi, mampu berproduksi dengan kapasitas penuh yaitu 350.000 poliolefin per tahun. Hasil produksinya pun tidak hanya dijual di Afrika, namun juga diekspor ke seluruh dunia. Bahkan PMA milik Amerika di Nigeria, Old World Industries Inc, tahun 2012, dia akuisisi. Itu juga tadinya nyaris bangkrut, tetapi dibawah kelola tangan dingin Lohia, bisa mencetak laba.
Sulit dibayangkan sebuah perusahaan bermodal awal US$10 juta kini melonjak jadi perusahaan bernilai US$7 miliar atau Rp67,3 triliun. Bisnisnya menyebar di seluruh dunia dimana Indorama Group atau Indorama Corporation telah memiliki 39 pabrik yang tersebar di 19 negara. Sangat berbeda dengan Industri teksti yang legendaris seperti Pardedetex dan Sritex, yang justru meredum dan akhirnya tenggelam ditelan kompetisi.
Apa yang bisa ditarik dari kisah sukses Lohia ini? pertama, dia masuk ke bisnis supply chain untuk industri. Artinya dia menguasai bahan penolong ( linked product ) untuk proses produksi orang lain. Tentulah aman dari segi market. Namun dia tidak gunakan keunggulannya untuk memeras konsumen. Tetapi menjadikan mereka sebagai stakeholder. Dia berusaha memberikan harga yang kompetitif lewat riset dan efisiensi. Dalam hal industri yang langsung ke konsumen seperti garmen dan tekstil, dia membangun secara terintegrasi. Sehingga efisien dan mudah bersaing di pasar retail. Kedua, dia berusaha menguasai akses terhadap bahan baku. Makanya dia tidak takut akuisisi BUMN yang merugi karena dia tahu BUMN itu punya akses kepada bahan baku.
Ketiga, dia membangun pabrik dekat kepada bahan baku atau pasar. Jadi lebih efisien soal logistik. Keempat, semua pembiayaan sudah menerapkan financial engineering, artinya dia membangun ekosistem financial dalam bisnis yang dia ciptakan, sehingga dia tidak pernah kesulitan keuangan untuk ekspansi. Keempat, sangat peduli kepada SDM, lewat pendidikan yang bersandar kepada passion. Kelima, rendah hati.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.