Tuesday, July 5, 2022

Kolaborasi adalah keniscayaan.

 




Tahun 1780an ditemukan mesin uap oleh james watt. Ini menandai berakhirnya era rempah rempah perekonomian dunia. Selanjutnya dunia masuk era Industri. Penemuan mesin uap ini mengubah peradaban dunia dengan cepat. Terjadi gelombang industri untuk much product. Peristiwa ini dikenal sebagai Revolusi Industri 1.0. Dari mesin uap itu berkembang penemuan tekhnologi modern seperti kapal uap, mesin giling, hingga kereta api. Sehingga membuat sektor-sektor industri baru terbuka meluas dan kemakmuran umat manusia meningkat. Pada era ini Inggris lead.


Menjelang awal abad ke-20, ditemukannya listrik.  Keberadaan listrik memungkinkan motor digunakan untuk menggerakan conveyor belt. Pabrik-pabrik mampu memproduksi barang secara massal dengan skala jauh lebih besar. Gelombang ini disebut sebagai Revolusi Industri 2.0. Pada era ini, AS leading dalam industri dan menggeser kekuatan ekonomi negara-negara Eropa. 


Pada periode 1970-an lahirlah komputerisasi. Ini awal lahirnya Revolusi Industri 3.0. Komputer dan robot-robot mekatronis membantu pabri-pabrik menghasilkan produk-produk yang lebih kompleks lagi. Pada era ini, pabrik elektronik tumbuh pesat dan negara-negara Macan Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong memainkan peran penting di perekonomian dunia. AS dan Eropa berlomba lomba mengembangkan komputerisasi. Mereka mulai meninggalkan industri jadul, berupah murah.  Tekhnologi berupah murah itu pindah ke China dan ASEAN. 


Tahun 90an pembangunan fibre optik (FO) dan satelit berkembang pesat untuk mendukung tekhnologi multimedia dari komputer yang  berkecepatan tinggi dan berkapasitas badwith terrabit. Dari kemajuan tekhnologi komputer ini lahirlah revolusi industri 4. yang ditandai oleh digitalisasi. Tidak hanya sekedar komputer namun lebih jauh daripada itu, yaitu kekuatan internet. Teknologi melalui internet of things, artificial intelligence, dan big data analysis mampu mendorong mesin-mesin industri untuk melakukan analisa dan pengambilan keputusan dengan lebih cepat, tepat, dan akurat.


AS dan Eropa masuk dalam revulusi Industri 4. Bahkan AS lead dalam hal design dan riset tekhnologi. Namun manufaktur  semikonduktor didominasi oleh China dan Taiwan, Korea. Kemajuan sangat pesat. Karena adanya IT, terjadi social engingeering.  Tidak ada manusia yang bisa jauh dari teknologi digital; budaya kerja jarak jauh, pembelajaran virtual, game online dan e-commerce, perangkat seluler dan komputer pribadi dll.


Satu hal yang perlu diperhatikan adalah pada setiap Revolusi Industri, senantiasa terjadi pergeseran pola kekuatan ekonomi. Dari dominasi Inggris di Revolusi Industri 1.0, hegemoni Amerika Serikat di Revolusi Industri 2.0, hingga munculnya Macan-Macan Asia di Revolusi Industri 3.0. Nah…Pada Revolusi Industri 4.0 dan 5.0, keliatan  tidak bisa satupun negara jadi hegemoni. Mengapa? Baik saya jelaskan alasan beberapa secara sederhana. 


Pertama. Untuk membuat semikonduktor memerlukan material dari unsur logam tanah jarang ( rare earth ). Material itu 90% berasal dari China.  China bisa saja lead rantai pasokan industri samikonduktor namun  AS dan Eropa lead  dalam hal design aplikasi sebagian besar beragam fiture elektronik dihampir semua industri, seperti selular, kendaraan, pesawat, senjata, server dan lain lain.


Kedua, Untuk membuat semikonduktor memang diperlukan magnit kuat  ( magnet neodymium) dari unsur logam tanah jarang,  yang  dikuasai China. Tetapi elektronik juga membutuhkan Chip memori. Bahannya adalah gas neon, argon, xenon, dan lainnya. Gas khusus digunakan di empat aplikasi berbeda dalam proses pembuatan chip semikonduktor.  Memang China punya logam tanah jarang yang salah satu unsurnya adalah neon gas. Namun proses pembuatannya sangat mahal. Semetara Neon Gas yang dihasilkan Rusia dan Ukrania itu sangat murah. Karena ia produk sampingan dari industri baja jadul. 


Dua perusahaan Ukraina, Ingas dan Cryoin, telah menghentikan produksi setelah invasi Rusia ke negara itu. Ingas dan Cryoin memasok antara 45 persen dan 54 persen dari total produksi neon gas dunia, menurut perhitungan Reuters. Akibat perang itu, sejak dua bulan lalu terjadi krisis chip, yang berdampak pada segala hal mulai dari elektronik pribadi hingga manufaktur mobil.


Ketiga. lahirnya industri elektronik mendukung era digital terkait dengan IoT, Artificial intelligent, 5G, seperti smartphone, Data center, EV, Avionik, network telekomunikasi,  yang membutuhkan energy listrik  sangat besar baik untuk pemurnian logam tanah jarang, manufaktur, sampai kepada menggerakan server data center. Ini tidak terbayangkan sebelumnya. Apa jadinya kalau tidak cukup energi ? semua industri elektronik tidak bisa berproduksi. Yang jelas sekarang dunia sudah masuk krisis energi akibat peradaban 5 G yang rakus listrik


Nah dengan tiga hal itu tanpa kolaborasi antar negara tidak mungkin 4 G dan kemudian 5 G dapat sustain. AS memang hebat dalam hal design,  tapi tidak akan tercipta barang  modern tanpa manufaktur dari Taiwan dan China, Korea, Jepang. Manufaktur tidak akan terjadi tanpa material semikonduktor yang efisien dari Rusia dan Ukrania. Semua itu tidak akan terjadi tanpa energi listrik yang fuelnya ada di Timur Tengah, Venezuela, Afrika, Indonesia. Era hegemoni seperti era kolonial udah tidak bisa diterapkan lagi untuk menguasai sumber daya. Ya berkat 4 G dan 5 G, kerjasama adalah keniscayaan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.