Lebih dari sebulan setelah Elon Musk mengumumkan akan memangkas setidaknya 10% tenaga kerja perusahaan. Setiap bangun pagi karyawan dengan cemas membaca email masuk. Berharap tidak ada lagi PHK. Pemutusan hubungan kerja kemungkinan akan berlanjut hingga setidaknya bulan Juni. Padahal tadinya mereka bangga dengan visi gila-gilaan Elon Musk mengenai energi ramah lingkungan. Lantas mengapa sampai PHK? walau alasan Musk katanya mau transformasi ke robotik dan AI, namun sebenarnya karena kalah bersaing dengan produk sejenis dan kendaraan hybrid.
Penjualan Tesla turun tajam pada kuartal terakhir tahun ini. Karena persaingan di pasar kendaraan listrik meningkat di seluruh dunia. Diskon harga pada EV produksi Tesla beberapa bulan lalu gagal menarik lebih banyak pembeli. Strategi yang sama dilakukan Elon Musk jual internet Starlink dengan banting harga. Akan gagal lagi. Tahun kemarin merugi. Karenanya Marcap Tesla drop USD 250 miliar sejak kerugian itu. Pasti dibawah tekanan likuiditas yang ketat. Panik lah. Pada April tahun ini Saham Tesla di bursa jatuh 60%.
Sekian banyak pertanyaan teman teman kepada saya terhadap masa depan bisnis Elon Musk, selama ini saya diam saja. Ogah jawabnya. Karena sulit menjelaskannya. Sama halnya sulit menjelaskan bahwa Bitcoin itu bukan bisnis yang ada barangnya. Harga hanya ada dalam persepsi dan konsensus semua pihak. Yang pasti untuk dapatkan bitcoin harus pakai uang beneran. Sementara Bitcoin bukanlah barang dan bukan pula komoditi real. Itu hanya persepsi. Mari kita lanjut bahas bisnis Elon Musk.
Ambil contoh Unit bisnis EV, “Tesla”. Setelah kejatuhan harga saham di bursa. Value Tesla sekitar $525 miliar. Sementara itu, General Motors bernilai $50 miliar, Ford senilai $49 miliar, dan Toyota senilai $332 miliar. Digabung ketiganya masih lebih besar Tesla. Padahal output produksi Tesla 1,81 juta kendaraan pada tahun 2023, sementara Toyota lebih dari 10 juta. Nah pakai logika anda. Tidak perlu sekolah tinggi. Bahwa valuasi ini memang dibentuk oleh persepsi ilusi. Bahwa Tesla punya visi futuristik yang tidak dimiliki produsen kendaraan lain. Alasan ilusi hanya dipercaya orang idiot.
Mengapa? kalau benar dia punya visi futuristik, seperti perangkat lunak smart car, robot taxi dan spaceX. Tentu dia harus fokus ke visi itu seperti Huawei lakukan. Apapun ongkosnya. Tetapi dia malah banting harga jual. Artinya dia memang pedagang. Bukan industriawan yang visioner. Visi itu hanya alat jualan ilusi saja. Bukti lagi. Pada akhir tahun 2023, Tesla memiliki sekitar $29 miliar uang tunai. Kalau memang ada itu uang. Kan bisa gunakan uang itu untuk kembangkan visinya. Mengapa PHK besar-besaran. Kan mudah untuk paham permainannya. Bahwa dia memang tidak ada visi. Semua yang nampak hanyalah permainan klasik akuntasi wall street yaitu window dressing untuk memperkuat persepsi.
Kisah yang telah mendorong saham Tesla ke tingkat yang luar biasa sebelumnya, itu berkat gorengan hedge fund player. Nah dengan valuasi Tesla sekarang yang masih bear pada level yang buruk, sangat risiko beli. Walk away. Kini membuka mata. Sehebat apapun cerita tentang visi Elon Musk dalam hal EV, SpaceX, dia tidak menghasilkan laba dari bisnisnya itu. Tidak bisa lagi minta investor terus onani dengan visinya. Ketahuan mainnya membegokan. Dia boleh saja punya mimpi besar dengan visi hebatnya, tetapi lakukan itu dengan uangnya sendiri. Jangan minta investor bursa untuk bertaruh atas mimpinya itu. Enough is enough.
Kalau sampai Tesla jatuh ya Wall Street biasa saja. Investor ? ya derita elo. Free entry free fall. Sama halnya dengan jatuhnya Enron yang dikenal saham bluechip. Sama halnya dengan jatuhnya Lehman, investment banker bereputasi AAA, tumbangnya AIG, asuransi paling bergengsi. Di Indonesia. GoTo, Unicorn yang dibanggakan Jokowi, kini sahamnya jatuh mendekati gocap. Biasa saja. Mengapa ? Tesla dibesarkan oleh bursa, dan di bursa itu yang diperdagangkan dan dipermainkan adalah persepsi terhadap valuasi. Dan itu dibangun bersama sama oleh pemain untuk mengorbankan investor tradisional. Ya sama dengan republik, yang menjadikan Pemilu ajang membangun persepsi lewat survey abal abal dan manipulasi suara. Bisnis dan poltik kalau culas, tujuannya sama. Cari uang mudah dari orang bego.
***
Walau sebagian besar teknologi Starlink dipasok oleh China namun, CEO SpaceX Elon Musk dalam wawancara dengan Financial Time, mengungkapkan bahwa pemerintah Tiongkok bukanlah penggemar Starlink. China telah menegaskan bahwa Elon Musk tidak akan pernah menjual Starlink di Tiongkok. Mengapa ? Ada tiga alasan yang mendasar mengapa China melarang Starlink.
Pertama. Starlink itu satelit low orbit yang menyediakan Internet 50-500 Mbps sedangkan Viasat dan HughesNet hanya menyediakan 12-100 Mbps. Yang untuk mengakses tidak perlu perangkat lain seperti telp atau switching. Starlink punya device yang bisa disetel sendiri tanpa perlu keahlian khusus. Dia bisa lakukan secara direct dari satelite ke user. Ini memungkinkan negara tidak bisa kontrol informasi yang keluar maupun masuk. Dan juga tidak bisa mengontrol penggunaan internet itu untuk tujuan teror atau politik separate. Bagi China ini soal princip. No way!
Kedua. China sendiri sedang mengembangkan infrastruktur internet satelit LEO dalam skala besar, lebih canggih dari Starlink. Chins Satelite Network Group Co. Ltd ( CSNG-BUMN China) dapat tugas mekakukan pengembangan. CSNG akan pengoperasian “Guowang”, jaringan sub-rasi bintang yang mencakup sebanyak 12.992 satelit di LEO. Mega Konstelasi ini akan berkembang menjadi konstelasi satelit komunikasi Hongyun dan Hongyan, masing-masing milik China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC) dan China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC). Jadi ngapain pakai starlink punya. Punya sendiri dan bisa kontrol sendiri.
Ketiga. Saat ini Starlink masih dalam tahap beta dan hanya sebagian kecil dari satelitnya yang diluncurkan. Sebagian besar sistem satelit kehilangan sinyal saat hujan lebat. Kelemahan ini belum bisa diantisipasi Starlink. Sementara China mampu menutupi kelemahan Starlink untuk kepentingan domestiknya, terutama daerah pedesaan yang butuh akses internet.
Kalau China menolak internet Starlink, karena visi kesatuan dan persatuan bangsa mereka sangat kuat. Tidak bisa ditawar. Dan mereka punya teknologi untuk melindungi kepentingan domestiknya. Sementara kita, karena pejabat low class dan mental broker tanpa peduli visi NKRI. Starlink ini akan jadi solusi bagi Menkoinfo untuk mengadakan internet di daerah pedesaan sebagaimana program Internet Desa. Dan Telkom sebagai salah satu mitra proyek internet desa ini akan bermitra dengan Starlink jual internet ke pemerintah lewat BAKTI KOMINFO.
***
“ Apa yang kamu ketahui tentang Elon Musk ? Tanya Dewi.
“ Yang pasti dia kutu buku. Pada setiap kesempatan yang luang, dia gunakan waktunya membaca. Walau dia punya wawasan sampai ke ruang angkasa, tetapi secara personal dia orang yang pragmatis. Dia punya prinsip masa depan itu urusan para insinyur menjalankan visinya. Dia hanya fokus hari ini untuk menghasilkan uang. Entah bagaimana caranya. Uang harus dikuasai lebih dulu. Karena itu dia mau kerja keras dan mengorbankan apa saja, termasuk rumah tangganya.“ Kata saya.
“ Visi ruang angkasanya hebat ya.”
“ SpaceX bukanlah satu satunya pemain. Bukan pula inovator teknologi angkasa. Ada United Launch Alliance (ULA). Sebelum Elon Musk bicara tentang visi ruang angkasa, ULA sudah berdiri. SpaceX masih mengerjakan prototipe, ULA sudah produksi. China juga sudah punya. Belum lagi lainnya seperi Blue origini di AS. “
“ Kenapa akhirnya dia memilih China sebagai supply Chain Industri ruang angkasanya, sepeti roket dan satelit? Tanya Dewi.
“ Saya katakan tadi. Dia itu orang yang pragmatis atau tepatnya pedagang. Dia tahu bahwa engga mungkin dia bisa dapat untung dari industri ruang angkasa, kalau tekhnologi dan ketergantungan supply chain masih dari AS. Semua industri ruang angkasa di AS dan Eropa seperti Boeing, Hughes, Locked dan lain lain, tidak ada yang untung. Padahal mereka sudah lebih dulu dari Elon. Makanya dia pakai supply chain dari China yang murah. Engga ada urusan soal nasionalisme AS. Nah dia banting harga bandwidth satelit untuk layanan data. Harga jatuh 77%. Ini termurah selama 5 tahun belakangan ini. “
“ Jadi bisnis ruang angkasa sudah seperti bisnis angkot dong” Kata Andi tertawa. Saya senyum aja. “ Lantas dari mana investasi untuk riset kalau margin laba kecil ? Tanya Dewi.
“ Elon mana mikir sejauh itu. Dia hanya tahu soal riset teknologi ya China. Dia hanya dagang merek aja. “
“ Oh pantas saya baca di surat kabar. Pentagon dan senat AS bersuara keras. Kawatir SpaceX dijadikan alat mata mata dari China untuk mengetahui sistem pertahanan AS. Apalagi ketergantungan SpaceX akan diikuti oleh provider satelit lainnya. Hancur dah kedaulatan AS. “ Kata Dewi. Saya senyum aja.
“ Terus kenapa China melarang Starlink di pasarkan di China?
“ Ya kamu kan tahu. Itu teknologi starlink sebagian besar dari China. Ngapain China beli dari Elon. China punya lebih canggih dari Starlink “ kata saya. “China hanya memanfaatkan Elon menguasai pasar bandwith via satelit dan pada waktu bersamaan melancarkan grand strategi China menguasai orang perorang di dunia. Kalau AS hegemoni nya focus ke negara lewat militer dan politik, tetapi china ke orang lewat layanan data ke rumah rumah. ”
“ Apa jadinya kalau akhirnya Starlink bernasib sama dengan Tesla, yang tumbuh besar berkat dukungan teknologi dari China dan terpuruk juga karena kompetisi China ? Tanya Dewi.
“ Ya dia akan datang dengan visi baru lagi, dan akan selalu ada pemain pasar uang yang memanfaatkan visinya itu untuk menarik uang lewat bursa. Begitu aja terus. Gimanapun juga uang beredar di dunia udah bubble dan itu perlu cangkang besar. Perlu semakin banyak orang miskin agar orang kaya selalu aman. Elon punya segala galanya untuk menjadi aktor agar persepsi pasar terbentuk bahwa dia orang hebat dan dipercaya. Sama halnya persepsi terhdap USD sebagai mata uang dunia.” Kata saya tersenyum.
***
Di tahun 2022 lalu, Telkom mulai merintis kerja sama dengan Starlink untuk layanan backhaul. Dengan layanan backhaul, starlink tidak melayani konsumen secara langsung tetapi sebagai penyedia jaringan yang mendukung para operator-operator telekomunikasi. Contoh, untuk menghubungkan BTS dengan network atau backbone, bisa gunakan Starlink. Jadi Starlink akan lebih cocok digunakan di daerah terpencil, yaitu ketika jaringan fibre optic dirasa lebih sulit, mahal, dan mungkin tidak akan digunakan oleh banyak orang.
Yang jadi masalah, kini Telkom meradang. Karena Starlink menolak kerjasama B2B. Maunya C2C, yaitu mereka maunya langsung ke konsumen. Dan konyolnya yang dikhawatirkan Telkom adalah dalam waktu dekat ini, Starlink sudah bisa diakses lewat Hape. Sehingga fitur hape bertambah dengan adanya network satellite. Kebayang kan. Nasib operator seluler akan terancam. Dan semakin borderless negara ini dari sistem komunikasi global.
Yang saya tidak mengerti adalah sampai sekarang Pemerintah tidak peduli. Tetap saja memberikan karpet merah kepada Starlink. Padahal Pemerintah dan BUMN saat ini punya sejumlah layanan internet dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, yaitu Satelit Satria-1, dan Palapa Ring, Satelit Merah Putih-2 yang punya misi pemerataan digital dan mengurangi kebergantungan kapasitas satelit asing. Sasaran penggunanya adalah perusahaan. Itu semua pakai uang negara. Apa harus dikorbankan demi seorang Elon Musk? Janganlah keterlaluan jadi pemerintah. Culas boleh tapi jangan keterlaluan begonya.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.