Tuesday, May 5, 2020

Bisnis adalah soal persepsi

Suasana santai di cafe yang ada di hotel bintang lima itu membuat saya nyaman untuk bicara dengan direktur saya. Sebentar lagi biasanya akan ada peragaan busana dari pragawati cantik melenggok dengan gaun malam. Semua pengunjung cafe ini adalah members club yang berkelas. Bukan rahasia umum bila dalam bisik bisik transaksi terjadi antara menager model dengan pengunjung. Selanjutnya terserah mereka. Saya tidak ambil pusing. Yang jelas saya menikmati suasana cafe ini.
“ Kamu tahu Laron” kata saya kepadanya.
“ Ya Pak “
“ Walau dia tahu api sangat menyakitkan namun dia tidak pernah takut mengelilinginnya. Mungkin dia akan terbakar dan mati. Itulah kehidupan. Kita adalah komunitas laron. Kita sadar bahwa permainan kita beresiko terbakar oleh lingkungan kita. Entah kapan itu akan terjadi?. Tentu itu hanya masalah waktu. Ya kan. Nah kalau kamu terus berpikir tentang waktu belum terjadi maka kamu akan terbakar sebelum waktunya. Sebaiknya tidak usah dipikirkan yang belum terjadi. Yang penting nikmati hari ini dengan suka cita. Paham.”
“ Paham pak. Tapi…” Dikektur saya  tertunduk diam tak sanggup menatap mata saya.
“ Tapi apa ? Kata saya mengerutkan kening.
“ Mereka sudah mulai menuntut kapan janji uang itu akan kita penuhi. Waktu berjalan terus.” Katanya. Saya tahu, unit bisnis kami di Asia Tengah berhasil  ikut tender proyek infrastruktur.  Kami menggunakan perusahaan yang rating AA dan dekat dengan penguasa. Perusahaan itu kami akuisisi secara pre delivery.  Tentu kami belum bayar lunas. Tergantung exit strategi. Kalau tender menang, maka kami akan bayar lunas akuisisi itu. 
“ Proses tender sedang berlangsung. Belum ada keputusan panitia untuk memastikan kita benar benar masuk qualifikasi. Itu formalnya. Jadi jawab normatif aja. Tunggu sampai ada keputusan formal” Kata saya.
“ Ya saya sudah lakukan itu. Tetapi mereka terus mempertanyakan uangnya”
“ Tidak perlu dipikirkan.” 
“ Saya sudah berusaha untuk ignore tekanan dari dua group pemegang saham itu. Tetapi orang yang bapak percaya untuk meyakinkan mereka sekarang sudah mundur teratur dari komitmennya..”
“ Saya tahu itu.”
“ Jadi kita tidak punya kekuatan lagi untuk terus dipercaya mereka. “Kata direktur saya. Dia  orang Belgia sangat patuh  menjaga komitmen.
“ Apa untungnya mereka percaya? Apakah mereka bisa membatalkan proses tender yang sudah mereka setujui dimana kita sebagai nomine pemegang saham mewakili mereka.
“ Ya tentu tidak.”
“ Ya sudah. “ Kata saya cuek. Direktur saya nampak bingung menatap saya yang dengan tetap santai menyaksikan acara peraga busana dari wanita ukraina.

***
“ Pak Murad “ Seru seseorang menegur saya seraya menepuk pundak saya dari samping.S Saya segera menyalaminya dengan hangat.
“ Terimakasih sudah datang” kata saya seraya memperkenalkan direktur saya. “ Andrew, ini kenalkan Pak Wushin. “ Kata saya kepada direktur saya.
“ Wah ini loh yang namanya sudah mulai terkenal karena berhasil take over perusahaan yang punya reputasi untuk ikut tender bisnis konsesi. “ kata Wushin kepada direktur saya, langsung ambil tempat duduk di hadapan saya.
“ Langsung aja. “ Kata Wushin. “ Saya akan dukung proses tender sampai selesai. Saya tahu ini pertarungan yang tidak mungkin menang. Namun kemungkinan akan selalu ada. Resiko sebanding dari hasi yang akan didapat. “ Sambungnya.
“ Ok. Apa tawaran anda? Tanya saya.
“ Saya inginkan Procurement project itu berasal dari group perusahaan saya. Kalau engga salah hitungan saya nilainya dalam 5 tahun mencapai USD 60 miliar.” 
“ Apa yang saya dapat dari penawaran anda itu ? Kata saya.
“ Saya akan keluarkan 5% dari nilai itu didepan atau USD 3 miliar.”
“ Ada lagi ? kata saya dengan nada datar seakan saya tidak tertarik.
“ Hanya itu?
Saya terdiam sambil berpikir. Saya tahu sebetulnya tidak perlu berpikir. Karena ini deal bagus. Namun terlalu cepat mengambil keputusan akan menimbulkan suspect. “ OK saya setuju. Deal. Kapan saya terima uangnya ? Kata saya berselang beberapa menit kemudian.
“ Beri waktu tiga minggu.”
“ Saya tunggu. Selama menanti itu kita akan selesaikan kontrak. Tentu kontrak kerahasiaan harus ditandatangani. Karena saya tidak mau ada kesan bisnis ini saya melakukan ijon. “ Kata saya tenang.
“ OK senang bertemu dengan anda. Saya undur diri dulu. Masih ada meeting lagi tempat lain.” Katanya langsung berdiri. Saya menyalami hangat.

***
“ Pak, bagaimana mungkin Wushin mau memberi uang USD 3 miliar. Padahal dia tahu kita tidak mungkin menang.”
“ Wuhin tidak bodoh. Dia sama dengan kita. Namun dia punya akses kepada orang yang bisa membayar. Tentu itu keahlian dia menjual deal. Mungkin dia akan dapat USD 5 miliar. Nah kalau dia bayar kita USD 3 miliar, pasti ada dia untung atas deal ini.”
“ Terimakasih. Kalau begitu saya bisa bayar komitment kepada dua group pemegang saham sebesar USD 80 juta.”
“ Engga perlu. Terlalu besar mereka dapatkan itu. Dan lagi mereka tahu tender ini tidak akan mengjadikan kita pemenang.”
“ Tapi kita sudah janji…”
“ Dengar baik baik ya. Mereka itu sudah masuk dalam gengaman kita. Tugas kamu adalah membangun persepsi bahwa kita sebagai dewa penolong untuk memastikan kemenangan terjadi. Bagi mereka itu lebih penting dari uang.”
“ Jadi apa sebetulnya motivasi bapak ?
“ Create fiksi soal opportunity dan pride. ”
“ Dan karena fiksi itu kita dapat uang secara nyata.”
“ Ya. “
“ Kan ada yang dirugikan?
“ Rugi itu kan hanya soal persepsi kamu. Selagi putaran proses deal ini terus bergulir akan selalu ada yang akan menanggung kerugian pihak lainnya. Kalau sampai ini gagal, semua juga maklum. Karena resiko yang didapat jauh lebih kecil dari peluang yang ada.”
“ Dan kita bisa excuse dengan mudah. “
Saya mengangguk seraya tersenyum.
“ Kalau ternyata tiga minggu kemudian, Wushin tidak bisa penuhi janjinya. Gimana ?
“ Akan datang 10 dari wuhsin ke kita. “Kata saya enteng
“ Kenapa ?
“ Wushin telah jadi salesman untuk kita. Mungkin kita tidak dapatkan uang dari dia tapi dia telah mengendorsed kita untuk ketemu dengan ikan paus. Nanti cara deal kita akan berbeda dengan yang kita lakukan kepada Wushin"

Direktur saya memandang sekilas kearah saya dan akhirnya tertunduk. “ Saya paham pak. Semua hanya permainan emosi saja. Lantas dimana kebenaran itu?”

" Kamu tahu nilai marcap saham perusahaan blue chip seperti Apple, Microsoft, dan lain lain itu semua ratusan kali lipat  nilainya.  Orang membeli saham dan harga naik terus karena peran analis bursa. Para analis itu digerakan oleh pemain hedge fund. Dari sana persepsi terbentuk, valuasi terjadi. Orang keluar duit dan terus keluar. Sampai batas sulit untuk kembali secara rasional. Ternyata semua hanya fiksi. Bisnis itu bukan soal kebenaran. Tetapi kebenaran yang bisa disesuaikan oleh pasar dan pemerintah juga ikut melegitimasi penyesuaian itu lewat aturan dan bailout. Masalahnya apakah kamu bisa menerima atau tidak. Itu bukan masalah bagi pasar. Kamu ngeluh soal kebenaran, engga penting bagi mereka. " 

Dia terdiam. Setidaknya saya bisa memberikan pelajaran kepadanya, tentang know how dalam business. " Saya harus pergi. Kamu bisa nikmati fasilitas ini. " Kata saya. Direktur saya tersipu, dan dia baru saja merasakan ternyata dunia hedge fund menciptakan uang tetapi menjauh dari kesenangan. Yang menikmati kesenangan adalah para direktur dan broker.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.