Pernah waktu di Bar, teman saya menghindari makan kacang yang ada mangkok. Saya asik saja makan sambil minum bir. Waktu keluar dari Bar, teman saya bilang “ Kamu engga tahu. Itu kacang, kalau engga habis di mangkok akan ditambahkan untuk orang lain. Kacang yang kamu makan tadi, bukan tidak mungkin pernah disentuh orang lain. Gimana kalau tangannya engga cuci setelah dari toilet? Atau tangannya bersentuhan dengan kotoran?.
“ Saya tidak berpikir sejauh itu.” Jawab saya.
“ Kamu engga takut penyakit ?
“ Saya risk taker. Saya tahu resiko ada di mana mana, tetapi saya juga tahu bagaimana menghadapinya. “
Waktu kecil saya selalu stress kalau datang ke rumah paman ibu saya. Karena dia pelihara anjing, yang entah mengapa engga suka saya. Kalau saya datang, dia lihat, dia kejar saya. Sayapun lari. Lama lama saya selalu takut ke rumah kakek saya. Padahal saya kangen. Akhirnya saya putuskan bahwa saya akan hadapi anjing itu. Benarlah! ketika saya datang masuk pagar, anjing menggonggong seraya mengejar saya. Saya tetap diam di tempat. Setelah dekat, saya sepak kepalanya. Anjing itu melanting sambil teriak. Diapun kembali ke tempatnya. Sejak itu kalau saya datang ke rumah kakek saya, anjing itu mingkem. Tetapi saya dekati, dan saya belai kepalanya. Ekornya dikibas kibas.
“ Kamu terlalu meremehkan C-19. “ kata teman saya via WA. Itu karena saya tidak pernah mau membahas soal COVID-19. Kalau ada share berita COVID-19 pasti saya ignore. Itu bukan saya meremehkan dan tidak peduli C-19. Tetapi saya tidak mau kebahagiaan saya terganggu karena rasa takut akibat berita media massa. Saya membaca tentang Covid-19 melalui jurnal ilmiah bidang riset. Pengetahuan saya cukup soal COVID-19. Jadi saya bisa melewati pandemi itu tanpa terprovokasi dengan media massa.
Sikap hati hati saya focus kepada menjaga kesehatan diri. Makan dan istirahat yang cukup. Kurangi makan gula. Konsumsi madu dan vitamin C. Cuci tangan sesering mungkin. Yang lebih penting adalah menjaga tidak stress. Harus berpkir positip. Itu sebabnya segala berita hal negatif tentang COVID-19 di media massa atau sosial media pasti saya abaikan. Kalau ke luar rumah, saya pakai masker, dan berusaha menjaga jarak secara simetris kalau berhadapan dengan orang.
Mungkin anda tahu semua apa yang disebut dengan sepsis. Nah, sepsis membunuh lebih dari 10 juta orang per tahun. Kematian bukan karena virus atau bakteri tetapi oleh reaksi berlebihan tubuh kita melawan kehadiran virus atau bakteri itu. Hebatnya, pandemi Covid-19 seperti suatu sepsis dalam konteks sosial dan ekonomi. Reaksi oleh media dan pemerintah kemungkinan akan menghasilkan lebih banyak bahaya bagi masyarakat di seluruh dunia daripada virusnya, mungkin dampaknya secara ekonomi dan sosial akan lama sekali.
Jadi waspada itu bukan melihat keluar tetapi ke dalam. Jaga kesehatan diri dengan baik. Ingat, selagi vaksin belum ditemukan, siapapun anda berpotensi kena covid-19. Yang bisa menyelamatkan dampak buruk dari COVID-19 itu adalah daya tahan tubuh anda sendiri, bukan obat. Kalau tubuh anda sehat, anda bisa melewati waktu 3 minggu sejak proses positif, inkubasi, infeksi dan recovery. Setelah itu, anda sudah punya kekebalan terhadap COVID-19. Karena Tuhan sudah vaksin anda untuk melanjutkan hidup secara normal.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.