Saya berkunjung ke Pabrik Iphone di Zhengzhou, provinsi Henan. Jarak pabrik sekitar 20 mill dari pusat kota. Dalam kunjungan itu saya didampingi oleh sahabat saya. Usaha dia adalah supply chain dari Apple. Jadi tidak sulit bagi saya untuk melihat dari dekat pabrik Iphone. Komplek Pabrik sangat luas. Di sini bekerja sekitar 350.000 orang. Sama dengan jumlah penduduk kota di Sumatera. Setiap pekera itu mampu memproduksi 1,5 unit Iphone perhari. Artinya kapasitas produksi Iphone per hari mencapai 500.000 unit.
Di komplek pabrik yang disebut taman sain itu berdiri bukan hanya pabrik tetapi juga perumahan karyawan berlantai 10 dan 12. Kebayang kan berapa unit bangunan perumahan untuk menampung 350.000 karyawan. Itu belum termasuk bisnis supply chain yang terlibat dalam proses produksi Iphone. Keadaan karyawan yang begitu besar mendatangkan peluang bagi bisnis restoran, hotel, perdagangan retail dan hiburan. Yang jadilah kota yang hidup dari Iphone. Mereka menyebut Iphone City. Pabrik Iphone semacam ini ada 12 di China. Kebayang kan berapa juta orang bekerja di pabrik apple itu, dan berapa juta orang mendapatkan kemakmuran dari adanya multiplier effect atas berdirinya pabrik itu.
Memang Iphone adalah produksi dari inovasi tekhnologi. Namun ia diproduksi tidak sepenuhnya otomatis. Sebagian besar membutuhkan ketelitian dan ketekunan pekerja untuk menghasilkan produk berkualitas sesuai standar Apple. Contoh, Seorang pekerjaan mengelap cat khusus ke layar LCD. Dia kerjakan untuk 1.700 iPhone sehari, atau sekitar tiga layar setiap menit selama 12 jam sehari. Itu dilakukan berulang ulang setiap hari, sepanjang tahun. Begitu juga dengan pekerja pengencang chipboard, harus menyelesaikan 1 Iphone per menit, dengan output 700 unit iphone per hari. Orang AS dan Jepang tidak mungkin mau mengerjakan pekerjaan yang membosankan ini. Walau ada vietnam sebagai saingan, namun produktifitas masih di bawah China.
Yang jadi masalah sekarang adalah tidak mudah lagi mendapatkan karyawan untuk ekspansi pabrik. Karena tumbuh berkembangnya desa, memberikan imbal hasil yang lebih baik daripada kota. Para pekerja migran berkurang drastis. Bahkan banyak pekerja kota pindah ke desa. Karena pendapatan dikurangi biaya masih lebih besar di Desa daripada di kota. Namun tahun 2016 pemerintah China membantu dengan memindahkan karyawan tambang batubara yang bangkrut ke Pabrik Apple. Juga pemerintah daerah mewajibkan anak lulusan SMK bekerja di Apple untuk mendapatkan pengalaman kerja.
“ Tapi mengapa banyak orang harus bekerja lembur diluar batas kemanusiaan? tanya saya kepada teman.
“ Itu dulu pada awal awal pabrik di berdiri. Tetapi sekarang sudah ada aturan yang ketat. Mulai kerja jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore. Overtime berlangsung sampai jam 11. Tentu ada jeda makan malam. Pemerintah larang overtime sampai pagi. Jam 11 malam semua harus istirahat.”
“ Apakah mereka happy dengan pekerjaan mereka ? Tanya saya.
“ Sulit kita tahu perasaan mereka. Karena hal yang tabu dan memalukan dibahas oleh orang CHina adalah mengeluhkan keadaan pribadinya dan pekerjaannya. “
“ Mengapa ?
“ Karena semakin dia mengeluh semakin nampak kebodohannya. Orang china sadar bahwa pengeluh itu tak lebih adalah kemalasan dan ingin hidup dibayar seperti budak, bukan atas dasar mutual simbiosis antara pekerja dan majikan. Kalau dia mengeluh atas pilihannya itu artinya dia secara spiritual memang tidak cerdas, atau mendekati kelainan jiwa. Seburuk apapun perlakuan pemerintah atau orang lain, mereka tetap menyalahkan diri sendiri kalau tidak bisa menghidupi dirinya sendiri.
Bahwa ini pilihan hidup mereka dan mereka harus lalui hidup ini walau tidak ramah dan harus survive. Pemahaman seperti inilah yang membuat pekerja China sangat menghargai pekerjaannya. Passion mereka berkerja adalah kehormatan, dan jauh lebih baik bekerka keras sekarang daripada besok berusaha keras mencari kerja. Artinya mereka sukuri yang ada dan terus meningkatkan martabatnya lewat kerja keras agar orang merasakan manfaat atas kehadirannya.
Para buruh China sadar bahwa mereka tidak bisa menuntut upah besar kepada pemilik pabrik namun mereka bekerja keras dan terus meningkatkan produktifitas agar mereka bisa dihormati sebagai bagian dari proses produksi dengan imbalan upah yang lebih baik. Dan hukum bisnis selalu sama ; perusahaan tidak bayar orang tapi bayar kerjaan. Kalau memang produktifitas tinggi tentu akan tinggi pula bayaran. Jadi demo itu pekerjaan terbelakang secara spiritual. “Kata teman saya.
Saya termenung. Kesuksesan China dalam perdagangan dan industri lebih karena budaya rakyat China yang gemar bekerja keras dan tahu menjaga martabatnya tanpa berkeluh kesah. Walau Apple adalah perusahaan AS dan markas nya ada di Taiwan, namun secara bisnis Apple lebih memilih produksi di China. Itu alasan bisnis, alasan rasional, bukan karena politik.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.