Friday, June 5, 2020

Rupiah menguat?



“ Babo, mengapa rupiah menguat terhadap dollar AS ? padahal ekspor kita engga bagus. Malah kita terus nambah utang ? Tanya nitizen.

“ Itu penilaian pasar. “

“ Ya kenapa ?

“ Pertama faktor makro ekonomi Indonesia yang walau tidak terlalu bagus, namun jauh lebih bagus dari negara lain. Cadangan devisa saat ini US$120 miliar, kebutuhan intervensi sedikit dan nilai tukar bergerak sesuai perkembangan mekanisme pasar. Kedua, tren jual dollar memang sedang terjadi. Terutama sejak tiga hari lalu Goldman Sachs bank investasi terbesar di dunia melakukan aksi jual terhadap dollar. Dampaknya sangat luas di pasar. Ketiga, adanya kebijakan New Normal terhadap COVID-19. Ada 9 bidang usaha yang kembali dibuka yaitu pertambangan, perminyakan, industri, konstruksi, perkebunan, pertanian dan peternakan, perikanan, logistik dan transportasi barang. Itu membuat pasar sangat yakin bahwa ekonomi Indonesia akan bangkit lagi.”

“ OK. Artinya banyak aliran dollar masuk ke Indonesia. Kemana masuknya ?

“ Kebanyakan dana asing berupa dollar masuk melalui lelang surat utang. Contoh hari selasa lalu diadakan lelang Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp. 105,27 triliun. Ada 7 seri SBN yang dilelang. Semua diborong oleh investor.  Bahkan melebihih penawaran. Dampaknya hari rabu yield SBN tenor 10 tahun turun 22,1 basis poin (bps) menjadi 7,005%, yang menjadi level terendah sejak 12 Maret.”

“ Apa maksudnya berdampak terhadap Yield SBN?

“ Ya, Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Minat investor terhadap SBN tinggi di pasar, dan ini mendorong harga naik. Hukum pasar. “

“ Terus selain surat utang, kemana lagi dollar masuk ?

“ Investor masuk ke Bursa. Tercatat pada hari selasa net buying investor sebesar Rp 872,35 miliar di all market, berlanjut pada hari Rabu sebesar Rp 1,5 triliun, dan kemarin nyaris Rp Rp 1 triliun.”

“ Kalau begitu kenapa sih investor sampai segitunya yakin dengan rupiah ? tanyanya lagi.

“ Kalau dihitung Real Effective Exchange Rate (REER) memang mata uang rupiah undervalue. Makanya ketika kondisi ekonomi AS menurun dan zona Eropa melemah, investor akan keluar dari bunker dan memburu mata uang yang undervalue. Tujuan mereka mencari tempat aman berlindung dari volatile market.”

“ Terus darimana investor besar itu dapat duitnya ?

“ Sebagian berasal dari reposisi asset dari dollar ke rupiah dan sebagian lagi memang karena adanya QE yang dilancarkan oleh AS untuk melonggarkan likuiditas dollar di pasar.”

“ Jadi dollar memang banjir di pasar. Wajar saja investor jual dollar dan beli Rupiah.  Apakah ini bagus bagi Indonesia ?

“ Kalau rupiah terlalu kuat jelas engga sehat. Gimana kita bisa bersaing di pasar eksport? Apalagi komoditas utama kita adalah hasil SDA. Justru yang dikawatirkan apabila rupiah menguat terus adalah barang impor akan banjir dan ini tidak sehat bagi industri dalam negeri yang mengandalkan pasar domestik. Tapi saya yakin, BI akan terus ada di pasar menjaga stabilitas rupiah. Bagi kita bukan soal berapa kurs rupiah tetapi bagaimana menjadikan kurs rupiah itu bisa mendorong sektor real, terutama minat orang untuk produksi dan investasi. Apalagi dalam kondisi COVID-19 dan new normal, kita butuh industri dalam negeri perkasa.”

“ Menurut bank dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi bisa 0% tahun ini. Apakah itu bukan indikasi kita masuk ke jurang resesi ? Katanya.

“ Resesi itu kalau pertumbuhan dibawah 0%. Dan lagi, saya engga yakin  0%. Lihat aja data kwartal pertama kita masih tumbuh 2,7%, Kalau kwartal kedua memang jelas terpuruk karena periode PSBB.  Nanti kwartal ketiga naik lagi. Setidaknya sama dengan kwartal pertama atau kurang sedikit. Kita akan baik baik saja "

" Bagaimana bisa tahu ekonomi kita baik baik saja.?

" Ya lihat aja sektor perbankan kita. Walau pemerintah sudah memberikan QE sebesar Rp. 520 triliun dalam bentuk Repo SBN, nyatanya yang diserap perbankan hanya Rp.43,5 triliun. Kecil kan?, itu artinya likuiditas perbankan sehat. Kalau likuiditas perbankan sehat maka itu artinya bisnis masih oke. Liat saja kondisi pasar modal udah mulai bergerak naik. Jadi beda sekali dengan tahun 1998, dimana keadaan perbankan memang kering likuiditas, dan terpaksa BI keluarkan Kredit likuiditas (KLBI dan BLBI).”

“ Oh itu sebabnya banyak yang anti Jokowi ingin agar PSBB diperpanjang dan mereka menolak program new normal. Biar ekonomi kita terpuruk dan bisa chaos untuk ganti presiden.”

“ No Comment."

“ Bagaimana dengan Yuan ?

“ Ya, China justru melemahkan mata uangnya ketika mereka membuka lagi bisnisnya setelah lockdown. Tentu mereka berharap agar tidak terlalu besar stimulus kepada dunia usaha. Dengan Yuan melemah, daya saing tetap tinggi, untuk memicu orang berproduksi.” kata saya.

“ Apakah ada indikasi rupiah akan melemah lagi ? Tanyanya lagi.

" Kemungkinan itu ada. Terutama kalau sikap kepala daerah sebagian besar menolak New Normal atau keberatan dengan adanya Normal. Jelas akan berdampak buruk terhadap Rupiah. Akan melemah lagi. Kita liat aja nanti. Udahan ya."

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.