Friday, August 7, 2020

COVID-19 dan Kapitalisme



Agustina datang ke saya. Kami bertemu di cafe di Grand Hyatt. Dia mengajukan proposal investasi di Pasar modal. Dia bilang bahwa sekarang saat yang tempat profit taking di saat bursa jatuh.  Untuk dapatkan untung 5-10 % per bulan tidak sulit. Saya hanya tersenyum. Suka tidak suka, Agustina sudah masuk dalam lingkaran sales para pemain Hedge fund di bursa.  Kekuatan sales para pemain Hedge fund lah yang membuat value saham naik. Kenaikan bukan karena faktor fundamental emiten tetapi lebih karena persepsi pasar yang didukung data analis. Itu hanya teori kemungkinan. Saya sangat paham soal teori ini. Sama dengan orang berdalil soal agama. Sebetulnya mereka sedang menjual idea dengan tujuan sesuai agendanya. Bukanlah kebenaran. Tetapi pada hari ini anda diminta bertaruh atas ide tersebut dengan menjadi follower-nya dan tentu keluar uang. 

Sebagai contoh Saham Amazon saat ini dijual 112 kali lipat dari pendapatan per saham tahun lalu. Tahu artinya ?  Anda membayar $ 112 untuk setiap dolar dari laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan tahun lalu. Jadi, seseorang yang membeli saham Amazon di sini tidak hanya bertaruh bahwa Amazon akan hebat hari ini, tetapi akan lebih baik lagi besok. Itu hanya persepsi. Sementara pemain  hedge fund hanya tersenyum ketika orang membeli dan menentukan harga saham naik. Mengapa ? anda membayar untuk hari esok sementara hari ini anda mengorbankan uang anda untuk meningkatkan harta pemain hedge fund terus bertambah di brankas.

Makanya saya engga terkejut ketika orang meradang ketika saham atas 10 Emiten yang terbesar dunia berjatuhan di bursa. Saham pun menyusut dengan nilai gigantik. Seperti halnya saham Amazon, yang jatuh sehingga membuat kekayaan dari Jeff Bezos  menyusut sebesar 11,9 miliar dollar AS atau setara Rp 169,7 triliun. Begitu juga dengan Bill Gates dari Microsoft, Cascade Investment telah susut sebesar 10 miliar dollar AS atau setara Rp 142,6 triliun. Christian Dior, LVMH, yan memangkas kekayaan dari Bernard Arnault sebesar 9,1 miliar dollar AS atau setara Rp 129,8 triliun. Tak ketinggalan dari Tesla, SpaceX, yang menyusutkan kekayaan dari Elon Musk  sebesar  9 miliar dollar AS atau setara Rp 128,3 triliun. 

Bahkan investment long term legendaris, Warren Buffett pemilik dari Berkshire Hathaway, juga menyusut hartanya sebesar  8,8 miliar dollar AS atau setara Rp 125,5 triliun. Dari deretan di belakangnya menyusul nama nama yang berjatuhan nilai sahamnya seperti Amancio Ortega (Inditex): 6,8 miliar dollar AS atau setara Rp 97 triliun. Mark Zuckerberg (Facebook): 6,6 miliar dollar AS atau stara Rp 94,1 triliun. Larry Page (Alphabet) : 6,4 miliar dollar AS atau setara Rp 91,2 triliun. Carlos Slim (America Movil): 6,3 miliar dollar AS atau setara Rp 89,8 triliun. Sergey Brin (Alphabet): 6,2 miliar dollar AS atau setara Rp 88,4 triliun.

COVID-19 seperti mematahkan teori investasi tentang value and growth, yang punya harga dibeli saat sekarang untuk future value. COVID-19 memaksa orang kembali kepada hakikat kehidupan, bahwa future itu bukan kemewahan, tetapi adalah kematian. Tidak ada yang pasti di masa depan kecuali kematian. Anehnya selama ini , orang tidak percaya akan sebuah kepastian. Mereka bertaruh untuk ketidak pastian masa depan. Paradox. Kalau mereka berinvestasi untuk hal yang pasti dan ingat yang pasti itu adalah mati, mereka akan jadi investor cerdas. Hasilnya adalah semangat berbagi bagi semua lewat bisnis.

COVID-19 mengingatkan akan kematian, membuat orang menahan untuk belanja, karena patuh tidak keluar rumah atau pembatasan jarak.  Output produksi yang membuat saham melambung dengan angka masa depan, kehilangan likuiditas real.  Orang baru sadar. Bahwa secara fundamental korporat itu tidak mencerminkan nilai kuat untuk bertahan jangka panjang. Terbukti hanya sekian bulan Pandemi COVID-19 telah membuat mereka oleng dan terbuka boroknya. Mereka memang rentan sekali. Selama ini mereka membangun istana diatas pasir.  Sekali sapu ombak, hancurlah.

Lantas apakah selesai? belum. Perhatikan, bahwa investing atas value and growth itu juga menciptakan leverage perusahaan untuk menggali uang lewat pasar uang. Pasar uang hidup. Modus sama dengan saham. Jual persepsi.  Sebuah rangkaian  risko yang di cover dari nilai premium CDS. Lahirlah pasar Repo, obligasi dari yang secure sampai yang unsecure. Dari yang real sampai denga yang sintetik. Bertaburan di busa. Para lender dan investor mengemas berbagai portfolio investasi itu dalam satu holding company private equity, untuk menarik pinjaman ke bank dengan alasan pembiayaan proyek dalam rangka akuisisi atau ekspansi. 

Ketika nilai saham jatuh karena COVID-19, yang jadi korban adalah perbankan dan investment banker. Jantung kapitalis negara yang menyokong kebebasan pasar terhentak. Stroke. Stimulus dan bailout lewat QE dan pelonggaran moneter sebagai solusi. Kalau tidak, dana publik yang dikelola oleh dana pensiun, asuransi,  uang deposan bank akan lenyap. Kalau itu yang terjadi, maka by system, yang bankrut bukan hanya negara tetapi kapitalisme itu sendiri yang runtuh. Keyness menyebut ini invisible hand. Padahal keculasan pasar yang merampok uang publik pembayar pajak. 

Mengapa ? Dana stimulus itu lahir dari langit. Create by system monetary. Ia tidak lahir dari hukum demand and supply. Lahir dari kebijakan pasar. Siapa yang bayar ? hari ini tidak ada yang bayar. Tetapi dalam jangka panjang itu akan merampas pendapatan rakyat, lewat penghapusan subsidi dan kenaikan pajak. Meningkatnya iuran dana jaminan sosial untuk kesehatan dan perumahan.

“ Ajarkan saya bagaimana berbisnis seperti pengusaha hedge fund. Apa prinsipil dari pengusaha hedge fund ” Kata Agustina.

“ Prinsip mereka, setiap orang adalah umpan, yang bisa kapan  saja dikorbankan.” 

“ Setiap orang ? Katanya mengerutkan kening.

“ Ya setiap orang, termasuk lembaga dan negara.”

“ Apakah ada pengecualian ?

“ Ada. “

“ Siapa ?

“  Kecuali istri dan anak anaknya. Namun mereka tidak hidup glamor seperti para follower di bursa dan perbankan. Mereka hidup sederhana. Tidak dikenal di publik sebagai orang kaya. Mereka dikenal sebagai filantropi dan pendakwah, menulis buku”

“ Mengapa ?

“ Karena mereka sangat sadar. Bahwa kehidupan ini sudah dari sononya brengsek. Merasa sadar, penyebabnya adalah uang. Mereka tidak mau hidupnya dikuasai uang. Mereka mengendalikan uang dan menikmati kebebasan financial resource tanpa diperbudak oleh uang. Pahamkan sayang.”

“ Lantas kemana saja uang mereka itu ?

“Sebelum bursa jatuh atau sejak tahun 2013 mereka sudah memindahkan portfolio kesektor baru, sektor masa depan untuk memastikan yang lama jadi ladang pembantaian. Secara tidak langsung setiap krisis dan resesi dan depresi adalah proses adjustment market atau penyesuaian pasar dan penyesuaian bisnis baru dan era baru. Tentu permainan baru lagi. Inilah peluang bagi yang paham. Cepatlah restruktur bisnis dan berdamain dengan kenyataan. Itu lebih baik daripada mengutuki krisis dan resesi..” 

“ Negara mana yang paling menyadari perubahan ini?

“ China. “

“ Mengapa ?

“ Karena sistem kekuasaan terpusat, memang sangat mudah melakukan perubahan tanpa gejolak politik walau berdampak suffering luas di tengah masyarakat. Namun setelah itu akan lahir kekuatan baru, era baru. “ 

Ketika saya minta izin pulang. Agustina berkata kepada saya “ Apa usul kamu untuk saya.”

“ Cari suami dan jadilah angel bagi suami dan anak anak kamu. Itulah real investment for a better future. “ Kata saya tersenyum. Dia mengacungkan kedua jempol jari seraya tersenyum. " terimakasih udah undang saya makan malam. Kapan kapan kita dating ya" 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.