Saturday, August 8, 2020

Bisnis yang tidak paradox.



Semua mahasiswa ekonomi sejak tahun pertama kuliah telah diajarkan bahwa I=C+S. Atau income ( pendapatan) itu sama dengan konsumsi ditambah saving ( tabungan ). Dengan teori ini maka pada setiap orang dibenamkan pemikirannya untuk bekerja keras agar bisa konsumsi, dan kalau lebih disuruh nabung di bank. Semakin besar orang punya penghasilan semakin besar konsumsinya dan tentu besar juga tabungannya. Akibatnya terjadi ketidak seimbangan ekonomi karena uang lebih banyak parkir di bank daripada masuk kedunia usaha. Gap antara yang kaya dan miskin semakin lebar. Ketika ekspansi perbankan lambat akibat ketatnya risk management maka bank bleeding. Paradox.

Saya tidak percaya dengan prinsip ekonomi seperti itu. Saya menyimpulkan itu bukan karena alasan subjectif tapi dari membaca semua teori ekonomi dari berbagai sumber pemikiran. Sehingga saya bisa berargumentasi secara terpelajar untuk meyakinkan bahwa teori atau prinsip I=C+ Saving itu tidak tepat. Yang benar adalah I=C+Sharing. Pemahaman ini berangkat dari ilmu dan juga keyakinan saya dalam beragama. Bahwa harta itu walau mendapatkannya menggunakan prinsip ekonomi namun fungsi utamanya adalah sosial. Sosial ini bukan berarti berbagi uang tunai tapi berbagi peluang dan kesempatan. Bisa sebagai venture business , atau kepemilikan saham melalui bursa atau surat utang berbasis revenue atau bagi hasil. 

Kalau pemerintah menyadari ini maka pemerintah harus memperbanyak instrument investasi di luar perbankan, yang berhubungan langsung dengan sektor real. Setidaknya PEMDA  seluruh Indonesia bisa ambil bagian menerbitkan beragam unit obgalisasi daerah sebagai sarana investasi publik dan sekaligus sebagai sumber pembiayaan bagi Pemda. Sehingga demokratisasi politik lebih konkrit karena terhubung langsung dengan rating Obligasi. Semakin tinggi rating, tentu semakin baik Pemda mengelola sumber dayanya.Sementara itu mindset masyarakat juga harus berubah. Kita butuh bank sebagai alat perantara dan mediasi sebelum kita bertransaksi. Tetapi kalau kita mengandalkan pasif income dari  deposito, secara tidak langsung kita menolak fungsi sosial dari harta yaitu berbagi. Secara spiritual kita sudah bangkrut. Dan pasti tidak bahagia. 

Kemarin saya chat dengan teman. 

“ Menurut data tingkat hutang China terhadap PDB lebih dari 300% atau tepatnya 317%. Saya mengkawatirkan tingkat hutang China yang begitu besar.  Kalau China kena jebakan utang, itu sangat serius dampaknya terhadap ekonomi Global. Maklum 15% ekonomi dunia tergantung China. Mengapa hutang China sangat besar. Bahkan rasio utang terbesar di dunia ? Kata teman.

“ Sebagian besar hutang itu dengan struktur semacam Revenue bond dari unit municipal bond. Di china karena mereka menerapkan desentralisasi ekonomi, maka 90% pembiayaan infrastrutkur di tanggung diluar APBN. Pemerintah pusat hanya menyediakan 10% saja. Karena skemanya revenue bond maka itu sebenarnya bukanlah hutang dalam pengertian kapitalis tetapi skema bagi hasil.  Ya sama dengan skema islamic fund atau SUKUK.” 

“ Bisa jelaskan skemanya.”

“ Contoh Pemerintah pusat punya program bangun jalan Toll.  Nah Pemda dapat tugas membangun itu. Pendanaannya berasal dari publik melalui penerbitan surat utang berbasis pendapatan. Di China istilah itu disebut dengan Kendaraan pembiayaan pemerintah lokal atau local government financing vehicles (LGFV).  Kenapa ada istilah Vehicle? karena Surat utang itu diterbikan oleh SPV ( special propose vehicle ) sebagai vehicle yang di back up Pemda secara politik, tetapi tidak secara hukum.  Artinya surat utang itu tidak terhubung langsung secara hukum dengan Pemda. Utang itu dari publik untuk publik” 

“ Darimana sumber pendapatannya ?

“ Sumber pendapatan SPV ada tiga. Pertama adalah dari Toll fee. Kedua, dari pajak  pembelian kendaraan. Tiga, dari pajak pembeliaan BBM. Perhatikan, dengan adanya tiga sumber pendapatan itu maka semakin tinggi kendaraan lewat toll, tentu semakin tinggi kebutuhan BBM.Pajak kendaraan dan BBM juga semakin tinggi. Pada gilirannya tarif tol juga turun. Pada awalnya ketika toll  baru selesai dibangun. Memang kendaraan tidak begitu banyak. Tarif tol tinggi. Namun sebagai dampak dari adanya tol, roda ekonomi wilayah bergerak naik. Traffic juga akan meningkat. Akhirnya tarif tol bisa turun. Lambat laun sesuai dengan usia konsesi itu akan jadi nol tarifnya. “

“ Wah, hebat ya. Karena SPV itu berkaitan langsung dengan proyek dan pendapatan berasal dari pengguna jasa secara langsung dan tidak langsung maka sebenarnya itu pembiayaan gotong royong. Dari rakyat untuk rakyat. Jadi itu bukan utang. Itu mudharabah. Bagi hasil ala syariah. Engga pusing soal hutang. “

“ Benar. Tepat sekali. Jadi kalau ingin mengetahui penerapan ekonomi syariah terbesar di dunia, itu bukan di negara islam tetapi justru ada di China, yang katanya menolak agama dalam politik.”

“ Tetapi mengapa tingkat hutang sampai 300 persen lebih dari PDB?.  Itu artinya jumlah PDB di bawah dari hutang.”

“ 300% lebih itu menurut perhitungan lembaga rating semacam Fitch. Mereka menghitung PDB China dan kemudian hitung jumlah penerbitan LGFV dalam konteks ekonomi kapitalis. Padahal kalau mau benar benar hitungan kapitalis, seharusnya proyek yang dibiayai dari utang itu di revaluasi. Kalau di revaluasi, pasti nilainya 10 kali dari hutang.  Jadi rasion utang China tidak lebih 10% dari PBD. Tetapi China engga lakukan revaluasi aset. Karena mereka memang tidak berhutang. Rakyat sebagai investor tidak peduli dengan nilai proyek. Toh proyek itu milik negara. Mereka hanya peduli pendapatannya. Paham ?

“ Paham. Masalahnya adalah bagaimana bisa jamin, uang dari peerbitan LGFV itu benar benar dipakai untuk proyek. Apa jadinya kalau uang itu disalahgunakan. “

“ Skemanya LGFV itu hanya bisa dicairkan setelah proyek selesai di bangun. Dana pembangunan berasal dari investor seperti BUMN atau asing. Mereka dapat jaminan pembayaran dari LGFV. Besaran margin  bagi investor ditentukan berdasarkan tender biding. Siapa yang paling kecil meminta margin, ya dia sebagai pemenang tender. “

“Wah hebat ya. Mereka menggabungkan kapitalisme dan komunisme dengan cara smart dan indah. “ Kata teman.

“ Ya, skema semacam itu juga diterapkan untuk bangun Bandara, pelabuhan laut dan Kereta api dan lain lain. Memang benar, pembiayaan pembangunan itu berasal dari rakyat sendiri. Tentu dengan skema pembiayaan ala China.”

“ Jadi semakin luas dan banyak proyek semakin besar rakyat mendapatkan peluang kemakmuran. Karena dari revenue bond yang mereka miliki, menghasilkan pasif income untuk meningkatkan penghasilan mereka yang ada. Semakin banyak mereka miliki bond semakin besar kontribusi berbagi mereka kepada negara, tentu semakin besar pendapatan mereka.  “ Kata teman.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.