Sebetulnya merger Tokopedia dan Gojek dilakukan karena kedua perusahaan ini investornya saling terkait atau sama. Awalnya sudah tersebar issue bahwa mereka akan IPO tetapi ternyata yang dilakukan adalah merger. Mungkin investor strategis tidak sabar menanti keduanya bisa mencapai Hectocorn. Atau ambisinya, mereka hanya akan lepas saham di publik setelah ekosistem bisnis yang dibangun sudah mencapai status Hectocorn. Dengan merger tersebut maka ekosistem kedua Decacorn itu semakin mantap menuju Hectocorn. Memang keduanya dari awal berjuang berdarah darah untuk setiap putaran. Dar Unicorn, decacorn. Itu memang tidak mudah dan mahal sekali.
Mengapa ?
Untuk memperkuat ekosistem ecommerce, Gojek juga sudah invest di PT Bank Jago Tbk (ARTO). Proses dari unicorn menjadi Decacorn memang tidak mudah. Butuh investasi besar dalam setiap putaran. USD 3 miliar dana yang sudah ditarik Gojek dar investor untuk mencapai status decacorn. Investor yang masuk dari dalam dan luar negeri. Mereka adalah Tencent Holdings, JD.com, New World Strategic Invesment dari China, Google dari AS, Temasek Holdings dan Hera Capital dari Singapura dan Astra International dan GDP Ventures dari Indonesia.
Sementara Traveloka untuk mengukuhkan dirinya sebagai decacorn juga melakukan penggalangan dana sebesar USD 2,5 miliar. investor yang terlibat antara lain adalah Alibaba Group dari China, Softbank Grup dari Jepang, Sequoia Capital dari India. Makanya investor hedge fund khusus IT muncul dalam merger Gojek dan Tokopedia ( GoTo) yaitu BlackRock, Provident, Warburg Pincus , Softbank yang juga sebagai investor dari Google dan facebook, Alibaba, Tencent.
Bagaimana prospek GoTo ini? secara bisnis bagus. Tapi kalau tekadnya mencapai status Hectocorn tidak mudah. Butuh sesuatu yang sangat kuat dan mengikat terhadap ekosistem bisnis yang ada. Apa itu yang dimaksud kuat ? Apabila ekosistem bisnis itu menyatu dalam sistem keuangan yang berkaitan dengan saving and loan. Dan semua tahu Alipay gagal melantai di Bursa karena Ant Financial tidak bisa memenuhi standar kepatuhan sistem keuangan China. Dan lagi dengan semakin kokohnya ekosistem bisnis semakin cenderung melakukan praktek monopoli. Ini jelas melanggar ketentuan Good Governance.
Itu sebabnnya investor bursa tidak terlihat antusias membeli saham Telkom dan Astra walau keduanya adalah investor dari GoTo. Harga saham mereka tidak terdongkrak naik. Apalagi GoTo tidak berjalan di ruang kosong. Ada juga Grab yang siap menjadi pesaing di ruang yang sama: sama platform, sama pasar dengan GoTo. Ini akan membuat upaya panetrasi pasar tidak lagi mudah. Ongkos kompetisi itu mahal sekali. Bisa kejebak bakar uang. Apalagi sifat orang Indonesia itu tidak loyal kepada brand. Easy come easy go. Memang solusi yang paling bagus dan efisien meningkatkan value berkelas Hectocorn adalah merger antara Grab dan Gojek.
***
Teman saya bertanya kepada saya. “ Gimana pendapat kamu dengan IPO GoTo? ada minat masuk ? Saya hanya senyum saja dengar pertanyaannya itu. Yang saya tahu. GoTo IPO untuk exit atas rugi bersih sebesar Rp11,58 Triliun. Harga nominal Rp 1 / lembar saham, Dijual dengan harga Rp 316-346. Hitung aja berapa kali lipat valuenya? Lebih dari 300 kali. Hebat saya! Mau? silahkan. Yang jelas mereka lepas 4,35% saham, proyeksi perolehan dana Rp 17,99 triliun.
Agar sahamnya tidak cepat jatuh seperti BUKA, maka OJK beri izin opsi greenshoe untuk menjaga stabilisasi harga saham pasca-IPO. Artinya dalam waktu 30 hari kalau harga jatuh, mereka bisa terbikan lagi 15% dari total awal IPO. Uang itu dipakai untuk stabilkan harga saham. Memang niatnya hanya focus jaga value market dan arahkan investor kepada market price bukan fundamental. Karena saya penganut fundamental, ya saya jelas ogah beli saham GoTo.
Dari prospektus, daftar pemegang saham, saya pelototi adalah nama pemegang saham non-SDHSM ( . Saham Dengan Hak Suara Multiple / multiple voting shares). Ini sebenarnya real investor. Kalau SDHSM itu hanya proxy yang tugasnya menjag visi misi saja. Siapa pemegang saham non SDHSM?
Taobao China Holding Limited dan SVF GT Subco (Singapore) Pte. Ltd, yang sebenarnya dua perusahaan ini miliknya sama, yaitu dibawah Softbank group. Menurut Nikkei Asia, Soft bank group menguasai 27,9% GoTo atau setara 333,6 miliar lembar. Selain itu, ada Goto Peopleverse Fund (GPF) juga memiliki 8,94% saham perusahaan. Ini perusahaan cangkang bebas pajak yang ada di Vistra (Cayman) Limited, Kepulauan Cayman.
Menurut saya, Softbank group yang dikomandani Masayoshi Son itu cerdas. Saham nominal Rp. 1 bisa jual diatas Rp. 300. Selama bleeding ada Telkomsel yang setia membantu beri pinjaman sebesar Rp. 4,2 triliun. Entar bayar pakai saham ( convertible). Enak banget begoin bumn. Masih percaya Masayoshi Son mau biayai IKN, kecuali Indonesia mau gadaikan SDA strategis agar dia bisa leverage untuk bisnis groupnya. Dia pemain hedge fund. Mindset nya mana pernah mau keluar uang kecuali korbankan orang lain agar dia bisa terus bertambah kaya.
***
Anda punya agenda menggabungkan dua perusahaan dalam satu perusahaan. Katakanlah perusahaan target itu A dan B. Tujuannya jelas agar kedua perusahaan itu bisa saling sinergi untuk melakukan panetrasi pasar. Maklum dua perusahaan itu saling melengkapi sehingga potensi pasar akan semakin luas. Konsep itu disusun. Hitungannya nilainya sudah tidak sama waktu mereka terpisah. Tetapi nilai meningkat berlipat saat merger. Katakanlah nilai buku Rp. 1 menjadi Rp. 300. Maklum konsepsi melahirkan persepsi baru. Wajar toh.
Nah dengan nilai persepsi baru itu, anda yakinkan investor untuk memberikan pinjaman. Untuk apa? membayar utang. Biar neraca cantek sebelum IPO. Apa skemanya? hutang konversi atau Convertible bond (CB). Kalau engga bisa bayar ya tukar saham saat IPO. Investor setuju memberikan pinjaman dengan valuasi saham dibawah hitungan valuasi anda. Katakanlah Rp. 290. Wajar dong. Mana ada investor percaya 100% cerita anda. Selesai.
Setelah IPO, persepsi tinggal persepsi. Saham terus turun. Bahkan turun jauh sampai diatas 50% dari hitungan sebelum IPO. Tapi anda sudah aman. Resiko ada pada investor. Anda tinggal suruh investor berdoa aja agar saham naik. Kalau terus turun ya tinggal bilang itu derita elo.
Skema itu mudah. Ya jelas mudah. Mengapa?
Perusahaan A dan B itu sebenarnya saling memiliki. Pemegang sahamnya saling terhubung. Begitu juga hutang bukan kepada orang lain tetapi kepada pemegang saham sendiri. Nah wajar dong kalau semua bisa diatur. Misal pemegang saham GoJek , juga adalah pemegang saham Tokopedia. Utangnya kepada Telkomsel. Salah satu pemegang saham Telkomsel adalah Temasek, yang juga pemegang saham Tokopedia dan Gojek. Paham ya.
Kehebatan pengetahuan Financial engineering adalah mampu merekayasa transaksi bisa comply by law. Semua pejabat bertitit S3, dari OJK, BEI, Menteri BUMN, dirut BUMN dibegoin kabeh. Mengapa bisa dibegoin? Ya karena sistem yang dibuat DPR lemah, mudah dijebol. Ditambah lagi kompetensi mereka low class semua.
“ Yang hebat ya Singapore. Cost output terbesar bisnis Unicorn itu ada pada biaya sewa gateway dan data Center ( Cloud Big data). Itu biaya tetap. Gateway GoTo ada di Jurong, singapore. Mau untung atau rugi, Singapore udah dapat cuan dari bisnis Data center. Jadi sebenarnya dari awal ini dagang data center doang. Keren ya.” Kata teman.
“ Sementara pemegang saham pendiri dan investor awal sudah return gede. Senyum di dalam jet pribagi sambil membayangkan indahnya hidup dan berguman, enaknya cari duit dari begoin orang” Lanjut teman. Saya tersenyum masam. Di luar negeri ini mainan gua. Begoin orang asing. Eh di dalam negeri orang asing mainin negara gua. Karma barang kali. ya. Kadang gua mau bikin Akademi Seni Ngakali bursa. Biar orang terhindar dari predator. z Tapi mana ada yang mau jadi rektor. Ah sudah lah.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.