Tahun 1985, usia saya 22 tahun. Pemerintah Soeharto sedang giat giatnya mengkampanyekan ekspor non miigas. Mungkin kalau nonton TV, hampir setiap hari ada berita seminar tentang Ekspor. Saya dapat informasi bahwa pemerintah memberikan kursus perdagangan international. Itu ditujukan hanya kepada Direktur perusahaan yang bergerak dalam bidang eksport dan import. Kebetulan perusahaan saya memang bergerak bidang general trading ekspor dan import. Saya daftarkan diri sebagai peserta kursus di Departement Perdagangan. Waktu datang saya sempat heran. Karena yang daftar sepi. Ya bodoamat.
Pada hari kursus. Ternyata perserta hanya 5 orang. Yang ngajar orang bule. Semua materi/ modul kursus pakai bahasa inggris. Kursus berlangsung dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Makan siang gratis. Mungkin karena bule nya ngajar dengan cara memotivasi, membuat saya tertarik. Bahkan saya langsung terbang ke atas langit. Dia memotivasi bahwa dunia itu kecil. Siapapun bisa jadi pedagang. Bisa menjangkau belahan dunia manapun untuk dapatkan akses pasar.
Dia ceritakan terjadinya interaksi budaya dalam peradaban dunia, itu berkat pedagang yang melintasi 5 samudera luas. Menyusuri daratan, sabana dan gurun terluas. Kemudian saya dapat paparan sejarah jalur sutera, jalur perdangan kuno. Berkat pedagang lah proses modernisasi terjadi. Berkat pedagang terjadi asimilasi antar suku dan bangsa. Berkat kaum pedagang sejarah zaman dicatat oleh beragam perubahan. Negara kuat karena kaum pedagang. Dia perlihatkan photo slide orang jepang, China, Korea ada di Amerika latin, Afrika, Timur Tengah.
“ Kalian tidak sekedar menjual, tetapi kalian harus menjadi agent terjadi transformasi untuk tumbuhnya industriliasasi. Karenaya perlu pahami product knowledge. Kaiau kalian tidak paham product knowledge kalian tidak akan menjadi pedagang international. Tidak mungkin bersaing secara international. Dengan produk knowledge kalian bisa berinteraksi dalam pasar yang berubah dan menantang. Peluang terbuka luas“ Kata pengajar.
Kami diajarkan tentang pohon industri. Saya jadi tahu, satu komoditi itu ternyata punya ranting produk yang luas sekali. Saya jadi tahu apa saja produk turunan ( Downstream) dari komoditas alam seperti, Singkong, jahe, karet, crude oil dan lain lain. Kami juga diajarkan proses produksi dari setiap perubahan dari satu produk ke produk lain. “ Oh Tuhan ini semua jalan saya kemata air untuk saya hidup dan menghidupi. Usai khursus itu, saya gemar baca buku tentang process produksi. Kalau saya keluar negeri pasti saya beli buku tentang itu.
Tahun 2003 ketika saya hijrah ke China, Memang china sedang menggeliat. Ekonominya tumbuh 2 digit. Tetapi mereka lemah dalam hal marketing international. Mereka juga tidak paham rantai produksi dan supply. Maklum pemerintah China hanya focus kepada pertumbuhan industri dan manufaktur saja. Sementara orang indonesia, Jepang, Korea, Taiwan, Eropa dan AS sudah sangat paham soal rantai produksi dan supply. Mereka datang ke China. Merekalah yang sebenarnya sebagai agent periubahan hebat di China.
Dan itu juga karena pemerintah China juga merespon dengan baik dengan memberikan peluang bagi pedagang agar industri dan manufaktur tumbuh. Response China sangat luar biasa. Para pedagang asing itu dapat fasilitas kredit eksport. Dapat kemudahan pabean, Bahkan kami dimanjakan biaya hidup sangat murah. Sehingga biaya produksi jadi murah. Tahun 2003 sampai 2007 setiap jengkal jalan pasti ada PSK berkeliaran. Tarif hanya 150 yuan atau rp. 140.000. Pasti ada gembel dimana mana. Dari 10 orang China, 9 tidak bisa bahasa inggris. Saya dari Indonesia merasa sangat kaya dan makmur kalau lihat kehidupan mereka saat itu.
Tetapi setelah tahun 2008, mereka berubah cepat. Mereka belajar cepat dari asing. Tahun 2009 saya tidak lagi pedagang komoiditi tetapi pedagang perusahaan, Private Equity khusus M&A. Karena sudah sulit bersaing dengan kaum muda China yang bersemangat menguasai apa saja. Tahun 2020, 800 juta rakyat China terangkat dari kubangan kemiskinan. Semua tempat pelacuran ditutup. Gembel sudah tidak nampak lagi. Tahun 2015, kaum muda sudah masuk jadi pendekar M&A secara global Terjadi glombang akuisisi perusahaan di AS, Eropa oleh anak muda China. Kini mereka jadi penguasa dunia bidang ekonomi.
***
George Soros mengatakan dalam satu seminar. Bahwa krisis ekonomi China akan sulit diatasi apapun. Soros hanya melihat dari data kajatuhan satu dua konglomerat bidang properti yang collapse. Bagi saya dan lainnya yang puluhan tahun bisnis di China, pasti tertawa mendengar ungkapan Soros itu. Mengapa? He know nothing about China.
Pertumbuhan business property sebelumnya, itu karena pelonggaran hutang yang diberikan pemerintah sejak tahun 2008. Begitu besarnya pasar China akan perumahan dan ruang kantor. Setelah pasar perumahan AS jatuh. Terjadi skandal Lehman Broder. Investor dari AS dan Eropa berdatangan ke China. Surat utang dari Developer itu pasti dilahap oleh investor asing. Pengusaha China tidak peduli berapa suku bunga dan skema. Selagi ada yang beri uang, mereka terima saja. Saya tentu manfaatkan peluang ini. Saya bangun bisnis property di Guangxie dan Beijing.
Dampaknya harga property dari waktu ke waktu cepat sekali naik. Bubble price sektor property sudah tidak masuk akal. Tahun 2014 saya sudah tebak, ini pasti akan meledak, Makanya tahun 2014 saya jual semua bisnis property. Saya pindah ke bisnis kawasan Industri. Benarlah. Tahun 2017 China meningkatkan pajak progresive atas perumahan. Itu cara menghindari motive investasi atas rumah. Artinya hanya yang perlu rumah saja sebagai pembeli. Pasar masih cuek saja. Orang China banyak akal menghindari pajak progressive itu. Kemudian tahun 2019, China penggal LTV kredit perumahan. Itu sama saja rem mendadak. Orang engga bisa beli rumah lewat KPR. Investor asing panik “ B, pemerintah China gila. Mereka bunuh kami. Ini akan jadi killing field. “ Kata George di NY salah satu fund manager teman saya.
Benarlah. Hanya dua tahun setelah itu. Developer besar yang dapat utang dari Asing mulai kesulitan Cash flow. Tahun 2021 mulai berjatuhan dan terancam bangkrut. Pemerintah tawarkan solusi. Bagi investor lokal dalam skema Unit Obligasi Real Estate ( semacam SUKUK), di-bailout negara. Otomatis asset itu disita negara. Sementara utang kepada asing, silahkan lakukan restrukturisasi sendiri. Solusi hanya satu, turunkan harga property atau matilah. Pemerintah engga peduli. Sudah cukup kerakusan selama ini. Its enough. !
Bagaimana keadaan ekonomi China sekarang? Tahun 2021, setelah COVID 2019, Ekonomi China rebound. Bahkan China berhasil menciptakan lapangan kerja baru bagi lebih dari 12 juta pada setiap provinsi. Perdagangan luar negeri China memperoleh momentum yang kuat. Eksport mencatatkan rekor tertinggi dalam perdagangan global. Itu fakta bahwa sistem ekonomi china unggul dari sistem apa saja yang ada di Dunia. Dan lentur terhadap goncangan apapun. Data terbaru dari kementerian perdagangan menunjukkan bahwa total impor dan ekspor barang China mencapai kurang lebih 6 triliun dolar AS pada tahun 2021, dengan pertumbuhan tahun-ke-tahun sekitar 1,3 triliun dolar.
Langkah-langkah pengendalian pandemi yang ketat di China juga telah meletakkan dasar yang kuat untuk melindungi kehidupan masyarakat sambil menjamin berfungsinya kegiatan ekonomi secara normal. Dengan secara ketat membatasi kasus impor dan mencegah kebangkitan kasus lokal, China telah berhasil mengendalikan pandemi. Lebih dari 1,21 miliar orang telah divaksinasi tahun 2021. “ Bagi kami, setiap prahara adalah peluang baru untuk kami naik kelas, naik lebih tinggi dan menjadi pemenang dalam persaingan global. Mengapa? Setiap masalah tidak dikeluhkan. Selalu ada peluang dari setiap masalah. “ Kata teman di China.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.