Untuk menutupi kemarahan akan ulahmu kunyanyikan lagu yang ketika kecil ibuku sering mendendangkannya, ” Release me”. Aku sangat menyukai lagu itu. Kini diusia mendekati 50 aku jadi suka lagu itu, Terutama bila mengingat kamu.“ Kenapa dulu kamu nyeberang kerelasiku dan meninggalkanku begitu saja. Akibatnya semua effort ku jadi sia sia. Kita kan mitra.” Itulah barisan kata kata yang hendak aku katakan bila bertemu dengan kamu. Tetapi entah mengapa aku bisa melupaka marahku, bila menyanyikan lagu itu. Sebetulnya bukanlah hal yang luar biasa. Aku perlakukan kamu sebagaimana cara aku berbisnis. Tidak ada yang istimewa. Sama dengan aku perlakukan mereka pada umumnya.
Dulu kamu datang kepadaku dengan proposal bisnis akuisisi tambang. Sebetulnya itu tidak menarik bagiku. Banyak tawaran datang kepadaku soal akuisisi itu. Tetapi yang membuat aku tertarik adalah jaringanmu yang luas dengan pihak pemerintah pusat dan daerah. Bagiku itu sesuatu banget. Ada wanita cantik yang tak menjual dirinya namun menggunakan kecerdasan dan kecantikannya membangun network bisnis. Wanita itu cantik saja sudah hebat, apalagi kalau cerdas. “ Aku akan beri uang muka kepada pemilik tambang agar bisa diikat di notaris dalam akta Pre settlement. Atas dasar akta ini aku punya alasan kuat untuk melakukan transfer right ke perusahaan PIC di Singapore. Rencanaya aku akan menarik limited investor untuk pembiayaan konsesi tambang itu. “Kataku berterus terang.
" Tetapi syaratnya, aku harus dapatkan off taker market. Aku ada relasi di Shanghai yang bisa bantu. Mereka punya power plant. Juga di Jepang. Tanpa off taker sulit bisa jalankan skema pembiayaan dan dapatkan investor. " Kataku, dan kamu dengan antusias mendengarnya.
" Terus kalau sudah dapat off take market apa lagi step nya? Katamu.
" Aku harus deal dengan sophisticated investor, dan mereka akan diatur oleh fund manager. Aku punya relasi di Hong Kong. Tenang saja. Semua proses itu, aku yang tanggung biayanya. "
" Tentu besar. "
" Engga apa apa. Kalau berhasil kan bagus. Kalau gagal ya kita hanya hilang uang muka dan biaya wara wiri termasuk biaya lawyer dan tenaga konsultan" Kataku. Berharap kamu tertarik. Karena aku tidak menawar harga, asalkan skema bisa dilaksanakan. Kamu senang. Senang sekali akan sikapku.
Proses ini sangat melelalahkan. Kita harus mondar mandiri Tokio, Shanghai untuk dapatkan offtake market dari pemilik pembangkit listrik. Kita juga harus mondar mandir Singapore - Hong Kong untuk dapatkan dukungan pembiayaan dari beberapa group investor. Selama proses itu kamu selalu ada disampingku sebagai mitra.
Namun ketika akan melakukan purchase agreement konsesi tambang itu, kamu malah ngilang. Pemilik tambang juga tidak nongol. Aku tunggu sampai seminggu tidak ada respons dari pemilik tambang. Terpaksa aku kirim somasi kepemilik tambang karena kuanggap mereka dispute.
Akhirnya pemilik tambang datang menemuiku. Dia datang bersama kamu. Dengan tenang dia membayar uang muka dua kali lipat sesuai somasiku. Perjanjian jual beli batal. Aku anggap selesai. Selesai dalam kekalahan. Hubungan kita putus. Tetapi belakangan aku dapat kabar, bahwa kamu duduk sebagai komisaris dari perusahaan tambang itu. Relasiku di Hong Kong dan Singapore bergabung dengan kamu. Termasuk relasiku di Jepang dan China juga bergabung dengan kamu. Aku tahu aku telah dikhianati dengan cara sangat kuno, oleh wanita yang kuanggap lemah, ternyata predator berdarah dingin. Aku tidak mengutuki kemitraan kita. Aku hanya tersenyum, dan sadar aku tidak begitu hebat seperti aku kira.
Entah darimana asalnya, tiada kusangka. Tiba-tiba saja datang wanita berpakaian menggoda menghampiri tableku di sebuah cafe di kawasan Jakarta Selatan. Wanita itu nampak tersenyum kearahku. Yohana! Ingatanku langsung kepada wanita yang 10 tahun lalu pernah mempecundangiku.
“ Bang, apa kabar? Katanya.
“ Baik. “ Kataku sekenanya.
“ Boleh aku duduk di sini” Katanya menunjuk korsi didepanku.
“ Duduklah.”
“ Sudah sejak kemarin aku belum dapat tamu. “
“ Kamu datang sendirian?
“ Engga. Sama teman” Katanya melirik dua orang wanita yang duduk di table lain.”
“ Maafkan aku ya bang.”
“ Udah dimaafkan dari dulu. Tetapi kenapa? Dia tampak agak salah tingkah. Padahal sebetulnya aku engga perlu jawabannya. Itu udah engga penting lagi.
“ Waktu itu..” Katanya seraya menatap langit langit. “ Aku kehilangan harapan dengan kamu. Kita urus pendanaan tambang itu sudah hampir setengah tahun. Tetapi tidak juga ada titik terangnya. Sementara aku tahu, syarat pendanaan itu mengharuskan adanya financial clossing atas pengambil alihan konsesi tambang itu. Nah karena itu aku coba menghubungi mitra lain, dan dia memang teman kamu juga. Aku cerita soal skema pembiayaan itu dan kepastian sumber dana proyek. Dan dia menyanggupi dengan syarat kamu keluar.”
“ Dan kamu tega mengkhiantaiku karena kamu jatuh cinta dengan dia?
“ Bukan cinta. Aku engga punya pilihan. Aku butuh cepat menyelesaikan masalahku. Waktu aku ketemu kamu kan aku sedang bangkrut. Dan memang dia sangat agresif mendekatiku, dan akhirnya aku juga jatuh cinta walau aku tahu dia sudah beristri. “
“ Kenapa kamu percaya dia? Dan mau saja dinikahi secara tidak resmi"
“ Katanya dia butuh anak laki laki. Dari istri yang pertama dia menikah 15 tahun engga dapat anak laki laki. Dua kali istrinya melahirkan secara cecar, semua anak yang lahir perempuan. Dan lagi dia membuktikan cintanya itu dengan membelikan aku rumah mewah di PI dan kendaraan mewah dan tabungan. Siapa yang engga percaya. "
" Oh i see "
“ Setelah aku hamil, ternyata anak yang lahir perempuan. Dia sudah mulai cuek denganku. Belakangan jabatan komisaris dia ganti dengan ponakannya. Aku disuruh di rumah aja. Aku dapat kabar dia menikah dengan mantan asistenku di kantor dulu. Dan wanita itu sangat disayanginya karena melahirkan anak laki laki. Sakit sekali rasanya. Tapi apa dayaku. Memang dia manjakan aku dengan membelikan aku rumah mewah. Semua fasilitas dia beri termasuk jutaan dollar tabungan di bank. Tetapi tidak ada respect apapun. Kadang tiga bulan baru datang nginap di rumah. Itupun dia tidak berminat menyentuhku.
“ Oh..”
“ Kadang aku ingin bunuh diri. Tetapi aku tidak sanggup bila membayangkan nasip putriku.”
Aku hanya menghela napas.
“ Tahun 2013 suamiku menawarkan perusahaan tambangnya ke temanya, dan aku tahu di belakang pengambil alihan itu adalah kamu. Dia kecewa sekali karena pembelian saham itu tidak seperti harapannya. Karena kamu gantung urusan pembelian itu sampai harga tambang jatuh di pasar dan sahampun jatuh di bursa. Dan ketika dia bertahan, dia harus top up sahamnya sebagai jaminan di Bank, dan akhirnya tidak ada lagi tersisa. Kamupun pergi begitu saja. Dia semakin marah ke aku. Dia bilang aku berteman dengan predator jahat. Karena itu dia bangkrut dengan beban utang tak tertanggungkan. Ketika dia surrender, kamu ambil beli sahamnya dengan harga murah. Dan setelah itu kamu jual dengan paket izin pembangkit listrik mulut tambang ke perusahaan Singapore. Kamu untung besar. Mengapa kamu tega lakukan itu semua?
“ Aku tidak datang ke suami kamu, tetapi dia sendiri yang menawarkan diri. Salah saya dimana. ?
“ Kenapa kamu jebak dia sampai akhirnya dia terpaksa top up collateral saham di bank?
“ Engga ada niat aku jebak. Harga tambang memang turun terus. Jadi itu resiko bisnis. Biasa saja. Dulu juga aku tersingkir , aku tidak menyalahkan siapa siapa. Aku santai aja. Biasa saja. “
Dia terdiam lama. Ada genangan air mata mengembun di pelupuk matanya. “ Setidaknya kamu punya rumah mewah, kendaraan, dan tabungan. Tutup masa lalu dan buka lembaran baru. Sebentar lagi usia kamu 50 tahun. Focus ajalah ke putri kamu. “
" Masalahnya dua tahun lalu, aku bermitra dengan anak muda di bidang property. Uang aku habis ditipunya. Tanah yang direncanakan untuk proyek ternyata bermasalah hukum. Padahal kita udah bayar. Aku malah balik digugat sama pemilik tanah lain yang merasa udah beli lebih dulu. Terus, ada teman ajak trading forex. Aku gadaikan rumahku untuk modal. Tapi hanya 48 hari uang habis dan rumah disita bank. Sekarang aku sewa apartement kecil. Tinggal bersama putriku. Tanpa penghasilan. Mau kerja sudah sulit. Udah lama menjauh dari bisnis kalangan atas dan kehilangan network. Ketemunya malah sama srigala berbulu domba..
“ Sekarang usiaku sudah diatas 40. Entah pantas atau tidak. Aku terpaksa hidup seperti sekarang. Berharap ketemu bule mau ajak kencan. Sekedar menyambung hidup. “ Katanya.
Aku hanya terdiam, dan berusaha berempati. Dia menggenggam jemariku. Hampir setengah tahun kita selalu bersama sama, bahkan sampai keluar negeri. Mengapa kamu tidak nampak keinginan meniduriku.? Padahal aku ingin sekali. Apakah sekarang harapan itu masih ada, diusiaku diatas 40 ? Katanya dengan airmata mengambang. Aku dengan halus melepas jemarinya dari tangaku, dan memanggil waitress untuk tutup bill. Ketika hendak pergi , aku mengambil uang dari tas selempang. Uang dollar satu ikat, USD 10,000 yang tadi sore direksiku beri aku untuk uang tunai keseharianku “ Terimalah ini, untuk putri kamu. “ Kataku. Dia sudah membayar kesalahannya dan akupun tak perlu mengingat dia lagi.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.