“ Mengapa pemerintah sangat buruk sekali menangani COVID-19. Menurut saya dalam hal ini Jokowi gagal. Jadi kalau oposisi bilang Jokowi patut dilengserkan, itu juga wajar. “ kata nitizen via WA kemarin pagi.
“ Darimana kamu bisa simpulkan itu ?Tanya saya.
“ Ya dari media massa. “
“ Itu tidak tepat. “ Kata saya singkat.
“ Mengapa ? anda bela pemerintah ?
“ Saya engga ada urusan. Saya bukan politisi. Saya hanya rakyat biasa. Saya orang bisnis. Saya melihat dari sisi bisnis. “
“ Ok apa pendapat anda ?
“ Sebelum saya jawab pertanyaan anda. Saya ingin luruskan dulu persepsi kita tentang informasi. Dalam dunia yang serba terbuka di era digital saat ini, Anda akan dapat informasi seperti yang anda inginkan. Kalau anda butuh informasi yang negatif, maka itulah yang anda dapat. Sebaliknya kalau anda butuh informasi yang positif, itu juga yang akan anda dapat. Dalam kehidupan yang lebih luas secara psikologi, apa yang anda pikirkan, itulah yang akan terjadi. Kalau anda berpikir negatif atas setiap masalah, maka hasilnya jangankan solusi malah yang dikuatirkan itu akan terjadi. Para ahli tasauf bahkan punya pendapat lebih romantis. Tuhan berbuat sesuai pikiran kamu. Sampai di sini paham ya. “
“ Tentu bagaimanapun kita harus tahu hal yang negatif agar kita bisa berpikir positip.”
“ Benar. Tetapi jangan dibalik, pikiran positif terhalang karena adanya informasi negatif. “
“ Okelah. Apa kaitannya dengan COVID-19?
“ Dalam hal COVID-19, banyak sekali informasi negatif seputar kebijakan pemerintah. Tentu ini datang bukan karena tanpa alasan. Maklumi saja. Media massa butuh rating, dan berita negatif memang laku untuk menaikan rating. Itu hanya bisnis. Misal, memberitakan kehebatan Vietnam, dengan tujuan menjatuhkan Indonesia. Padahal semua tahu, kebebasan media massa di Vietnam tidak sama dengan di Indonesia. Artinya berita media massa di Vietnam belum tentu menginformasikan hal yang benar. Namun karena sangat efektif menyudutkan pemerintah Indonesia, maka berita dari Vietnam itu dianggap benar, dan Indonesia salah. Itu berita seksi dan menguntungkan menaikan rating dan tentu menaikan harga iklan. “
“ Jadi bagaimana cara mengetahui objectifitas berita terhadap kemampuan Indonesia menghadapi COVID-19? tanyanya lagi.
“ Saya lebih percaya survey melalui pendekatan bisnis.”
“ Mengapa ?
“ Ini paling rasional dan tidak ada unsur politik. Semua yang berhubungan dengan bisnis, membutuhkan kepastian dan keamanan serta kenyamanan. “
“ Bisnis apa itu ?
“ Wisata. Sebagaimana diketahui bahwa bisnis wisata itu berhubungan dengan jasa yang sangat sensitif. Ini berkaitan langsung dengan kenyamanan. Dan ancaman resiko COVID-19 sangat significant membuat bisnis wisata jatuh. Sebaliknya kalau ada penilaian positif terhadap penanganan COVID1-19, bisnis wisata akan lebih dulu bangkit.
Nah, CEO Magazine Online, telah melakukan survey 80 negara dan menganalisinya terhadap lingkungan bisnis dan investasi, khusunya paska COVID 19. Hasilnya skor indonesia 82.978. Dengan skor ini menempatkan Indonesia di posisi keempat setelah Singapura, Inggris, dan Polandia. Indonesia masuk daftar "Negara Terbaik untuk Berinvestasi Pasca-COVID-19, sebagai salah satu tujuan liburan terkemuka di dunia.
“ Apa artinya?
“ Berdasarkan survey bahwa kebijakan berkaitan dengan pandemic COVID-19 sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan baik dan benar. Itu dianggap terbaik bila dibandingkan dengan 80 negara lain.” Kata saya.
“ Itu kan pendapat dari sisi bisnis. Gimana survey dari sisi sosial ? Katanya lagi penasaran.
“ Lembaga riset di Singapora, Blackbox Research dan digital market research company Toluna, juga melakukan survey. Survei ini dilakukan secara online dan melibatkan lebih dari 12.500 responden berusia 18 hingga 80 di 23 negara. Hasilnya, indeks Indonesia adalah 48 poin. Sementara rata rata Global dalam COVID-19 crisis performance adalah 45. Artinya kita lebih tinggi sedikit dari rata rata global. Skor tersebut menempatkan Indonesia di peringkat kesembilan secara global dan ketujuh di kawasan Asia.”
“ Jadi cara pemerintah menangani pandemic COVID-19 lumayan juga. Engga seburuk berita di media massa dan apalagi di sosial media. Kenapa engga rangking 4 dari segi sosial ?
" Indonesia menerapkan kebijakan seimbang dalam penanganan COVID-19, yaitu kesehatan dan ekonomi. Jadi perang terhadap COVID-19 tetap dilakukan namun upaya agar Indonesai tidak masuk jurang resesi juga dilakukan. Makanya survey dari Politico, Indonesia masuk 5 negara terbaik di dunia dalam hal better economic outcome dan better public Health outcome dalam menghadapi pendemi COVID-19."
" Apalagi itu Politico? Baru dengar saya. " Katanya.
" Politico adalah media jurnalis Amerika yang berbasis di Arlington County, Virginia. Kontennya mencakup politik dan kebijakan di Amerika Serikat dan internasional. Mereka mendistribusikan konten melalui situs web, televisi, surat kabar cetak, radio, dan podcast. Liputannya di Washington, D.C. mencakup Kongres AS, lobi, media, dan kepresidenan. Dalam aktifitasnya juga mereka sering melakukan survey berkaitan dengan kebijakan publik. "
" Jadi cukup representative sebagai pelaksana survey. "
" Ya kita akan baik baik saja. Patuhlah dengan protokol pemerintah. Karena semua untuk kebaikan kita dan lagi mereka kita bayar untuk menjaga kita. Kalau kita tidak patuh, kan yang rugi kita sendiri. Paham ya.” Kata saya hendak mengakiri chat.
" Indonesia menerapkan kebijakan seimbang dalam penanganan COVID-19, yaitu kesehatan dan ekonomi. Jadi perang terhadap COVID-19 tetap dilakukan namun upaya agar Indonesai tidak masuk jurang resesi juga dilakukan. Makanya survey dari Politico, Indonesia masuk 5 negara terbaik di dunia dalam hal better economic outcome dan better public Health outcome dalam menghadapi pendemi COVID-19."
" Apalagi itu Politico? Baru dengar saya. " Katanya.
" Politico adalah media jurnalis Amerika yang berbasis di Arlington County, Virginia. Kontennya mencakup politik dan kebijakan di Amerika Serikat dan internasional. Mereka mendistribusikan konten melalui situs web, televisi, surat kabar cetak, radio, dan podcast. Liputannya di Washington, D.C. mencakup Kongres AS, lobi, media, dan kepresidenan. Dalam aktifitasnya juga mereka sering melakukan survey berkaitan dengan kebijakan publik. "
" Jadi cukup representative sebagai pelaksana survey. "
" Ya kita akan baik baik saja. Patuhlah dengan protokol pemerintah. Karena semua untuk kebaikan kita dan lagi mereka kita bayar untuk menjaga kita. Kalau kita tidak patuh, kan yang rugi kita sendiri. Paham ya.” Kata saya hendak mengakiri chat.
“ Terimakasih”
No comments:
Post a Comment