Friday, October 27, 2023

Ekonomi sedang tidak baik baik saja.


 

Pada tahun lalu kita menikmati durian runtuh akibat Harga komoditas terbang sebagai imbas dari perang Rusia-Ukraina.  Pada waktu itu pemerintah sepertinya euforia. Kita akan jadi negara maju pada tahun 2045. Kita sangat yakin akan masa depan karena faktor ekternal itu. Namun kemudian, harga komoditas andalan Indonesia seperti batu bara, minyark sawit, hingga nikel perlahan-lahan melandai tahun ini. Sementara windfall yang membuat surplus neraca perdagangan tahun tahun lalu, malah DHE lebih banyak parkir di luar negeri. Pelemahan harga komoditas terus terjadi.


Merujuk data Refinitiv, harga batu bara pada penutupan perdagangan Rabu (25/10/2023) ditutup di posisi US$ 133,25 per ton, anjlok 64,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) juga jatuh. Harga CPO ditutup di posisi MYR 3,679 per ton, 10,7% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bila dirata-rata, harga batu bara pada Oktober 2023 tercatat US$ 144,75 per ton, jauh lebih rendah dibandingkan Oktober 2022 di angka US$ 389,78 per ton.  Harga CPO mencapai MYR 3.690,67 per ton pada Oktober 2023, lebih rendah dibandingkan Oktober tahun lalu di angka MYR 3.892,1 per ton. Harga komoditas andalan Indonesia lainnya yakni nikel juga terus turun. Harga nikel kini berada di kisaran US$ 18.000 per ton, jauh dibandingkan pada level tertingginya pada Maret 2022 yang tercatat US$ 48.241 per ton.


Teori ekonomi. N = Px/Pm. N, merupakan TOT ( term of trade ), indeks harga ekspor (Px) berbanding terbalik dengan indeks harga impor (Pm). Dengan rumus itu artinya kenaikan N, karena perubahan harga ekspor yang lebih besar relatif terhadap harga impor. Indonesia, ekspor kita didominasi SDA, memiliki volatilitas TOT yang 3 kali lebih volatil dibandingkan negara-negara yang mengekspor barang manufaktur. Selain besaran pergerakan TOT, volatilitas ini juga mempengaruhi nilai tukar riil suatu negara. Makanya secara belahan mulai nilai tukar rupiah melemah. Apalagi the Fed bertekad akan tetap mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi. Ini membuat imbal hasil SBN semakin tipis terhadap T-bill AS. Capital outflow terjadi sepanjang bulan ini dan diperkirakan akan terus berlanjut sampai 6 bulan kedepan. 


Upaya BI menahan pelemahan rupiah lewat operasi pasar, seperti Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), sebelumnya juga udah keluarkan SBRi. Tetap tetap saja tidak mampu menahan pelemahan rupiah. Akhirnya BI terpaksa menaikan suku bunga acuan. Namun tidak juga efektif saat the Fed naikan juga suku bunga. Apalagi serangan AS terhadap Iran memberikan sinyal harga minyak akan naik, tentu akan menguras devisa untuk impor BBM. Belum lagi ancaman perubahan iklim  dan bencana elNino telah membuat produksi pangan turun. Harga pangan dunia naik dan konyolnya kita masih impor pangan. Lengkap sudah sentimen negatif terhadap  rupiah. Support apapun tidak banyak membantu, apalagi  MK tidak lagi dipercaya sebagai penganwal konstitusi, tidak ada jaminan stabilitas politik. Kapanpun bisa chaos.


Saya sudah menulis meragukan jargon kita akan jadi negra maju tahun 2045. Tapi banyak orang tuduh saya membenci Jokowi. Bulan ini, Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengingatkan potensi Indonesia gagal menjadi negara maju pada 2045. Potensi itu diungkapkan dalam White Paper bertajuk Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029. Dalam White Paper tersebut terungkap bahwa Indonesia belum memenuhi syarat cukup dan syarat perlu untuk menuju negara berpendapatan tinggi layaknya China, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Brazil, ketika mereka pertama kali masuk dalam kelompok negara berpendapatan tinggi. 


Artinya kita hanya maju karena omongan doang. Data sengaja disembunyikan untuk memperkuat persepsi bahwa rezim ini sukses. Padahal kita tidak bergerak selangkahpun, bahwa kalau mengacu sumbangan Industri terhadap PDB malah  kita mundur. Jadi sebenarnya kita sedang tidak baik baik saja. Namun hebatnya kita tidak pernah mengakui bahwa semua itu karena kepemimpinan   yang tidak visioner melakukan tranformasi ekonomi. Kita masih saja sibuk menyalahkan faktor ekternal. Memang kita pantas disebut bangsa yang gemar mencari kambing hitam daripada  jenial menemukan solusi yang efektif dan melakukannya secara komprehensif dengan berani…

Thursday, October 5, 2023

Transformasi ekonomi

 



Pak Jokowi berkata  bahwa masyarakat Indonesia sekarang ini sebenarnya sudah terjajah secara ekonomi. Namun katanya, penjajahan itu tidak disadari. Jokowi mengatakan ada beberapa indikator yang menunjukkan penjajahan itu.  Salah satunya adalah banjirnya produk impor berharga murah yang terjadi di era digital belakangan ini. Apa pasal ? menurut Jokowi lagi, berdasarkan data yang dimilikinya, 90 persen barang murah di ecommerce berasal dari produk impor. 


Apa solusinya ? menyiapkan talenta digital. Talenta itu disiapkan untuk melindungi kedaulatan digital Indonesia. Talenta ini diperlukan karena menurut data Jokowi ada data 123 juta konsumen di Indonesia yang terekam di aplikasi buatan negara lain. Kemudian, menyiapkan dan mengeluarkan sejumlah aturan terkait penggunaan produk dalam negeri. Demikian berita yang saya baca lewat media massa.


Apa yang dikatakan Jokowi adalah juga sikapnya terhadap fenomena tumbangnya produksi dalam negeri akibat banjirnya produk impor lewat e-niaga. Lagi lagi solusinya adalah proyek digital. Kembali kepada rente. Masalah substansi tidak disentuh. Saya yakin Jokowi tidak paham apa yang terjadi sebenarnya. Tentu apa yang dia katakan bukanlah solusi. Karena dia hanya melihat dipermukaan saja. Padahal masalahnya sederhana. Engga rumit amat dan tentu solusinya juga sederhana. 


Ambil contoh solusi yang ada. Berkaca kepada retail modern seperti Indomaret, alfamart yang sudah menerapkan database inventory online, cashless. Retail modern itu punya ekosistem bisnis yang terhubung dengan Produsen, distributur, secara database online. Dari ekosistem ini kemudian terhubungan dengan supply chain financial. Sehingga efisien dan efektif. Terbukti tidak sedikit bisnis kelontongan rumahan yang dilakukan secara tradisional jatuh bangkrut karenanya.


IT yang lahir dari 4G menuntut perubahan, dan ini keniscayaan. Tidak ada manusia bisa menahan perubahan. Jadi bukan e-niaga yang salah. Yang salah itu karena kita tidak memahami fungsi dan bisnis model dari adanya 4G. Walau kita sudah punya Unicorn, decacorn dan jaringan infrastruktur IT, namun terhubungnya konsumen dan pedagang tidak mengubah tata niaga bisnis yang ada. Masih bersifat tradisional dan cenderung rente.  Inilah yang harus diubah. Harusnya karena adanya IT terjadi transformasi ekonomi dan sosial. Paham ya.


Yang harus dilakukan pemerintah adalah membangun ekosistem bisnis lewat tata niaga berbasis IT. Pemerintah sediakan gudang lewat sistem stokis berbasis IT, ya semacam warehousing ecommerce marketplace and logistic. Nah lewat aturan tata niaga, maka setiap pabrik atau produsen akan nyaman menempatkan barangnya di warehousing. Karena lewat ekosistem financial dari warehousing, likuiditas mereka terjamin. Dan pedagang secara B2B lewat ecommerce bisa dengan mudah mengakses barang di gudang tersebut untuk dijual lewat market place.


Dengan adanya warehousing ecommerce marketplace and logistic itu,  otomatis terjadi transformasi ekonomi dan sosial. Karena adanya efisiensi dari segi distribusi  dan  financial. Industri akan tumbuh berkembang pesat dan peluang berdagang terbuka luas bagi siapa saja untuk menjangkau 123 juta konsumen indonesia. Kalau bisa dibuat berdasarkan cluster sesuai type produk ( barang kebutuhan umum dan komoditas pertanian) dan segmentasi pasar ( industri, pemerintah maupun rumah tangga) secara B2B. Setiap pemda minimal punya satu warehousing ini. Buatnya engga semahal bangun kereta cepat dan tidak sesulit buat satelit. Itu kalau tahu arti perubahan dan punya niat baik untuk bangsa dan negara. Itu aja.