Sunday, July 31, 2022

Petronas vs Pertamina

 



Ada berita viral soal perbedaan laba Petronas dan Pertamina.  Petroliam Nasional Berhad (Petronas), membukukan laba bersih sebesar RM48,6 miliar atau sekitar Rp159,7 triliun (kurs Rp3.286,4 per ringgit Malaysia) pada tahun 2021. Tahun sebelumnya mencatatkan kerugian sebesar RM21,03 miliar atau setara Rp69,1 triliun. Bandingkan dengan Pertamina mencetak laba bersih senilai US$2,05 milliar atau Rp29,3 triliun pada 2021. Capaian laba bersih tersebut meningkat 95% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$1,05 miliar atau sekitar Rp15 triliun. Kalau anda tahu sedikit financial analis jelas paham. Dari segi kinerja  Pertamina jelas lebih baik walau dari size laba jauh lebih rendah dari Petronas. Tapi agar kita objektif melihat persoalan, akan lebih baik kalau kita lihat persoalannya secara jernih.


Pertama. Petronas beroperasi sebagai entity business murni dan independent. Semua SDA Migas Malaysia dimiliki Petronas. Investasi pemerintah di hulu di dalam dan luar negeri dikelola oleh Petronas. Visinya memang menjadi trader oil  berkelas dunia. Itu sangat memungkinkan. Sebagai negara konsumen dan juga produsen minyak, sangat diuntungkan dibandingkan negara lain seperti Thailand dan Singapore  yang tidak sebagai produsen. 


Kedua, Sementara Pertamina, Semua SDA migas dimiliki oleh Negara lewat SKK Migas. Pertamina sama dengan NOC lainnya, hanya operator saja. Sebagai NOC, Pertamina juga dibebani penugasan sebagi pusat logistik dan distribusi BBM dan bekerja seusai agenda negara untuk mengamankan pasokan BBM dalam negeri. Kalau SKK Migas diserahkan kepada Pertamina, jelas Petronas itu liliput dari segi laba atau asset dibandingkan dengan Pertamina. Jadi tidak apple to apple membandingkan Pertamina dan Petronas dari segi laba uang semata. 


Ketiga, Kapasitas kilang Petronas jelas lebih besar dari Pertamina. Indonesia terakhir membangun kilang 25 tahun lalu era Soeharto. Kemudian di era Jokowi barulah rencana pembangunan kilang dilaksanakan. Namun rencana itu molor terus. Di periode kedua ini baru dapat direalisasikan. Namun bagaimanapun investasi hilir, tetap Malaysia lebih tinggi. Mengapa ? karena Skema bisnis yang ditawarkan Petronas tidak ada penugasan pemerintah. Sementara Pertamina ada penugasan. Jadi sulit mencapai IRR komersial.


Saran saya kepada Pemerintah: Revisi Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas). Ini penting sekali. Karena peran SKK Migas sebagai pemilik SDA Migas namun tidak operasional harus dihentikan. Karena SKK MIgas dasarnya hanya Perpres Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Jadi sangat renta dipermainkan oleh pengusaha rente. Lemah unsur pengawasan konstitusi dari DPR.  Sebaknya UU No. 22 tahun 2001 itu direvisi dengan menempatkan Pertamina sebagai National Oil Company (NOC) Dominated model. Artinya SKK Migas di bawah Pertamina. Ini sumber daya raksasa. Engga percaya? Hitung aja bila semua Blok migas yang dikelola NOC seperti Chevron, CNOC,  share  SKK Migas diserahkan kepada Pertamina.


Apalagi sejak tahun 2020 kita sudah punya ndonesia Investment Authority (INA) yaitu Sovereign Wealth Fund (SWF). Lembaga ini bisa mengelola sumber daya migas untuk memberikan peluang besar bagi Pertamina untuk dapatkan dana investasi pembangunan downstream. Jadi dominated Pertamina sebagai entity business tidak mengurangi penugasannya sebagai logistik dan distribusi BBM dalam negeri.  Dengan revisi UU ini maka Asset Pertamina akan terbesar nomor 4 dunia dan laba juga hanya sebanding dengan Saudi Aramco. Petronas hanya liliput.

Thursday, July 21, 2022

Fenomena Citayam.

 



Citayam Fashion Week menjadi viral di media sosial. Tidak sedikit warganet yang memberikan komentar dan tanggapan terhadap keberadaan fenomena ini. Citayam Fashion Week adalah sebuah street fashion yang dilakukan oleh anak-anak remaja di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD).  Mengusung konsep Harajuku ala Jepang, Citayam Fashion Week dapat dijumpai di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di Stasiun MRT BNI Dukuh Atas dan Terowongan Kendal. Melihat fenomena ini, saya termenung. 


Dari dua hari lalu saya mau menulis. Tapi sekarang saya sempatkan menulis pendapat saya soal ini. Dulu, 15 tahun lalu saya pernah didatangi anak muda yang menawarkan teknologi IT. Mereka mencari mentor dan investor. Karena tekhnologi itu baru. Membutuhkan mentor enterpreneur untuk menjadikanya sebagai business model dan meyakinkan stakeholder. Butuh investor agar rencana bisnis jadi kenyataan. Saya berhasil gandeng lab tekhnologi di Zuhai, China dan sayang sekali dalam perjalanan anak muda itu lebih memilih menjual ide itu untuk kemudian jadi pekerja saja.


Orang Indonesia itu terkenal sangat creative. Mereka bisa jadi apa saja dan bisa membuat apa saja. Cobalah, perhatikan. Memang kita  doyan beli barang tekhnologi dari luar negeri. Tetapi kita jago untuk memperbaikinya. Apapun itu. Apa artinya? SDM kita mumpuni. Lantas mengapa tidak berkembang? itu karena negara tidak punya kreatifitas memberikan ruang bagi mereka untuk berkembang. Jadi kalau boleh disimpulkan. Rakyat Indonesia kreatif tapi pemerintah tidak kreatif. Daripada saya cerita panjang lebar soal bagaimana caranya kreatif mendukung rakyat. Sebaiknya saya ceritakan saja yang sudah terjadi di China.


Tahun 2010 berawal dari PonyMa dan teman temannya yang sekarang sudah jadi miliarder bidang IT, seperti WeChat dll. Mereka awalnya mengembangkan bisnis mereka di cafe. Di cafe itu mereka bertemu dan saling bertukar pikiran. Di cafe itu juga mereka bertemu dengan mentor. Kemudian di cafe itu juga kali pertama mereka gunakan untuk tempat presentasi kepada investor. Di cafe itu juga mereka bertemu dengan pihak lain yang punya ide  bisnis yang bisa bersinergi dengan mereka. Dari cafe itulah lahir enterprenuer besar di China sekarang 


“ Mengapa kita tidak buat tempat khusus untuk menampung kaum muda yang creative. Tempatnya nyaman untuk kerja dan bersantai. Kalau kita dukung tempat itu, kita tidak akan rugi. Karena kalau kita butuh SDM, tahu dimana mereka berada. Kalau kita  butuh tekhnologi mendukung supply chain, tahu dimana mereka. Setidaknya anak muda itu, punya ruang lebih baik daripada kita dulu” Kata mereka. Dari Ide sederhana itu berdirilah Makerspace. Ruang pembuat atau ruang kreatfitas di seluruh China. Dan setahun setelah itu pemerintah China memberikan dukungan. Sejak tahun 2010 ide itu dicanangakan. Kini sudah ada lebih dari 50 makerspace.


Di Shenzhen ada 6 makespace. Tempatnya di daerah downtown. Gedungnya terdiri dari ruang kerja bersama seperti cafe, ya memang cafe. Kemudian di gedung itu dilengkapi dengan kantor perwakilan dari semua industri yang butuh tekhnologi. Juga ada kantor lembaga keuangan dari bank sampai lembaga venture capital. Ada juga ruang agent trading dan pemasaran yang bisa menjadi mentor para inkubator. 


Para anak muda kelas milenial datang ke tempat ini. Dengan ide sederhana, bidang apapun, akan selalu ada teman diskusi.  Apabila buah karya itu mendapatkan kendala, selalu ada teman di makerspace datang dengan solusi. Dan lagi di tempat makerspace itu memang tersedia semua kebutuhan bagi kaum muda untuk berkembang dan sukses. Maklum Makerspace ini di dirikan oleh asosiasi pengusaha bidang real estat, keuangan, konstruksi, manufaktur, logistik, IT dan Telekomunikasi, inevestmet holdng. 


" Philosofi kami adalah Toleran, berpikir terbuka, kolaboratif. Di makerspace, mereka menemukan lingkungan di mana mereka dapat benar-benar berusaha dan mengembangkan idea. Menjadikan dream come true. Karena mendapatkan dukungan terbaik dari ekosistem bisnis. HIdup memang tidak ramah, namun dengan bersama kita jadikan hidup dengan spirit cinta bagi semua.  Kami ambil bagian  membina wirausahawan muda itu. Pemerintah juga menyediakan subsidi bagi kaum muda. Setidaknya kalau ide mereka sudah jadi start up bisnis, biaya tetap operasional ditanggung pemerintah sebesar 50%.  Sehingga mengurangi resiko bagi angel investor." Kata teman pengusaha di China. Sebagian besar kini yang jadi miliarder muda di China adalah alumni dari makerspace itu.


Andaikan gegap gempita Citayem itu dijadikan momentum bagi pemerintah dan perusahaan besar untuk menyediakan ruang creative bagi anak muda dan sekaligus tempat bertemunya semua mereka yang mendukung perkembangan creativitas anak muda, tentu akan sangat besar sekali bagi usaha memajukan industri kreatif di Indonesia, setidaknya keberadaan Menteri Kreatif ada manfaatnya.

Indonesia kena Prank Elon Musk

 



Kemungkinan besar Tesla akan gagal masuk ke Indonesia untuk bangun pabrik EV terpadu. “ Kata Yuni kemarin.”  Kenapa.? Padahal tahun ini sangat gencar sekali berita soal lobi pemerintah kepada Tesla” Lanjutnya. Saya senyum saja. Karena banyak orang tidak tahu. Elon Musk kaya, itu karena value dari marcap di bursa saja. Yang lebih besar  karena persepsi pasar, bukan karena faktor fundamental.  Sejak tahun 2021 Tesla sudah dikeluarkan dari Indeks S&P 500. Apa pasal? karna melanggar ESG. Itu sama saja menutup sumber daya keuangan bagi rencana investasinya.


Maklum apapun financial instrument kalau engga masuk daftar index S&P, tidak mungkin bisa mengakses financial resource.  Karena tidak ada satupun PE atau investor mau terlibat membiayai program bisnis. Sementara bagi perusahaan publik, Marcap besar tidak ada artinya kalau mereka tidak punya peluang melakukan leverage lewat pasar uang. Bagi Elon Musk, ESG itu hipokrit. “ Mengapa kepada TNC oil company sepeti Chevron dan Exxon, tidak juga dikeluarkan dari S&P.? Bukankah mereka juga jelas jelas melanggar ESG”.


Deposit nikel ada dua jenis: sulfida dan laterit. Sekitar 60% dari sumber daya nikel dunia yang diketahui adalah laterit, yang cenderung berada di belahan bumi selatan. Sisanya 40% adalah endapan sulfida. Pada Laterit, batuan harus benar-benar cair atau larut untuk memungkinkan ekstraksi nikel. Akibatnya, membutuhkan skala ekonomi dengan modal yang besar. Pada umumnya juga biaya produksi jauh lebih tinggi. Sementara bijih sulfida, prosesnya dapat dipekatkan dengan menggunakan teknik flotasi yang cukup sederhana. Biaya lebih murah. Namun, tambang sulfida yang ada semakin menipis.


Mau engga mau, penambang nikel harus beralih ke tambang nikel dengan kualitas lebih rendah, tetapi lebih mahal untuk diproses, serta lebih mencemari, seperti yang ditemukan di Filipina, Indonesia, dan Kaledonia Baru. Nah kalau untuk baterai, smelter nya menggunakan tekhnologi HPAL  ( High Pressure Acid Leach). yang sangat berpolusi.Dan ini jelas melanggar ESG. 


“Ale, Produsen nikel pig iron Cina di Indonesia sekarang sedang  mencari untuk membuat nikel matte ,  untuk baterai EV. Dua bulan lalu, CNGR Advanced Material Co dari China mengatakan akan berinvestasi di tiga proyek baru di Indonesia untuk memproduksi nikel matte di Sulawesi.  Mereka bermitra dengan Rigqueza International yang berbasis di Singapura.  Namun prosesnya butuh listrik besar dan sangat polusi, lebih dari HPAL dan sekitar empat kali lebih kotor dari pengolahan nikel sulfida tradisional. Jelas melanggar standar ESG. Tetapi China jalan terus. Kenapa ? “


“ Ya karena duit China engga pakai pasar uang dari AS. Mereka punya uang sendiri. Nah Elon berharap Pemerintah Indonesia jadi jomblang untuk dapatkan dana dari China bangun pabrik EV terpadu dengan baterai. China tidak berminat. Ya deadduck lah. Kena Prank Indonesia.” Kata saya.


Apa sih sebenarnya ESG itu. Kenapa ruwet banget. Padahal setiap negara sudah ada standar lingkungan hidup. “ Tanya Risa.

 

“ ESG itu ada tiga unsur. Yaitu Enviroment ( Lingkungan), Social ( sosial ) dan Governance. Sebenarnya kalau sekedar environment itu tidak sulit. Itu soal tekhnologi. Yang sulit itu adalah soal Social dan Governance. Dua hal itu menyatu. Artinya perusahaan harus melaksanakan praktek bisnis yang bermoral, seperti tidak menyuap untuk dapatkan izin, memastikan bisnis memberikan dampak kemakmuran di lokasi proyek, tidak diskriminasi atau tidak rasis. Nah ini kan soal akhlak. Akhlak itu mahal. Engga semua perusahaan mampu. Apalagi Tesla, si Elon itu reputasinya buruk soal ESG. " Kata saya tersenyum.



Sunday, July 17, 2022

Dia yang sederhana dan religius


Indonesia itu harus bersukur. Karena punya dua pengawal uang. Satu Perry Warjiyo sebagai Gubernur BI dan Satu lagi Srimulyani sebagai Menteri keuangan. Keduanya pernah jadi Direktur IMF. Jadi mereka bukan kaleng kaleng. Keahliannya sudah berkelas dunia. Engga seperti pengamat ekonomi. Saya ingin cerita sedikit tentang  Perry Warjiyo. Saya tidak kenal secara pribadi dengan beliau. Tetapi saya tahu sedikit dari teman yang kenal dia. 


Perry, lulusan UGM. Jadi paham ya orientasi idiologinya. UGM itu lebih kepada sosialis. Beda dengan UI. Perry melanjutkan pendidikan di Iowa State University hingga meraih gelar Master pada tahun 1989 dan meraih gelar Ph.D di tahun 1991. Karirnya berkembang di BI sejak tahun 1984, khususnya di area riset ekonomi dan kebijakan moneter, isu-isu internasional, transformasi organisasi dan strategi kebijakan moneter, pendidikan dan riset kebanksentralan, pengelolaan devisa dan utang luar negeri, serta Biro Gubernur. 


Mungkin sejak Indonesia merdeka, hanya Perry Gubernur BI karir yang tidak berpolitik. Sama dengan SMI. Jokowi memilihnya tentu tidak mudah. Harus berhadapan dengan kepentingan politik di DPR. Maklum peran BI sangat penting dan BI ada dibawah UU secara independent dari pemerintah. Kalau Jokowi tidak bisa tentukan orang baik di BI, maka Indonesia akan bernasip sama dengan BI sebelumnya seperti skandal Century dan lainnya. Tahun 2018, Perry lolos dalam fit and proper test di DPR dan terpilih sebagai Gubernur BI.


Pesan Jokowi hanya sederhana “ Amankan rupiah dan jaga stabilitas moneter. Lakukan sesuai UU” Pesan singkat. Tetapi bagi Perry itu jelas bahwa Jokowi tidak akan intervensi BI dan akan mendukung fungsi BI sesuai UU. Setelah terpilih sebagai Gubernur BI, Perry tahu bahwa pasar uang rupiah di kendalikan Singapore melalui kontrak berjangka ( Non-Deliverable Forward ). Pernah tahun 2013 terjadi skandal di pasar uang Singapore melalui manipulasi kontrak berjangka valas. Rupiah termasuk mata uang yang dimanipulasi bersama baht Thailand, dong Vietnam, dan ringgit Malaysia dalam kontrak Non-Deliverable Forward (NDF). 


Pada bulan september 2018, atau 5 bulan setelah Perry terpilih sebagai Gubernur BI. Bank Indonesia (BI) mengeluarkan aturan baru mengenai transaksi pasar Non-Deliverable Forward (NDF) di dalam negeri atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Keluarnya aturan ini untuk  memperluas pasar uang  dan  mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.  Ada tiga latar belakang keluarnya aturan tersebut. Pertama adanya ketidakpastian global. Meningkatnya ketidakpastian kondisi ekonomi global, negara emerging market mengalami capital outflow yang cukup besar. Akibatnya, fluktuasi nilai tukar menjadi sangat tinggi, termasuk di dalamnya adalah rupiah. Kedua adalah untuk lindung nilai. Ketiga adalah bisa dimonitor. 


Dengan transaksi Domestic Non Deliverable Forward , pelaku pasar memiliki alternatif dalam melakukan transaksi hedging. Di samping itu, BI dapat memonitor pelaksanaan transaksi, baik di sisi mekanisme, volume maupun harga. Atas dasar ini, BI dapat melakukan intervensi di pasar forward domestik dengan penyelesaian transaksi dalam mata uang rupiah, sehingga tidak berpengaruh terhadap posisi cadangan devisa. 


Perry sangat konsisten menjaga fungsi BI sesuai UU. Dan Jokowi juga senang. Bahkan disaat pendemi kemarin setelah keluarnya UU No. 1/2020. BI tidak mau mendukung pasar SBN untuk pembiayaan PEN-Covid. Menolak wacana DPR untuk cetak uang. Jokowi diam saja. Tapi akhirnya BI setuju membeli SBN dengan  sarat. Apa itu? skema burden Sharing. Artinya Pemerintah harus transfarance penggunaannya dan pembelian SBN sesuai dengan progress realisasi program Pemulihan Ekonomi. BI benar benar bertindak sebagai lender daripada kasir pemerintah “ Engga becus kelola duit yang gua kasih, ya sorry aja. “ Kira kira itu kata Perry kepada Pemerintah.


Perry terlahir sebagai anak kampung. Putera seorang petani yang hidup sederhana. Oleh salah seorang anggota DPR, kisah perjalanan hidupnya bahkan disamakan dengan Presiden Jokowi. Di depan puluhan jamaah, Masjid Nurul Ama, Perry menceritakan bagaimana dirinya yang hanya orang desa dan anak petani miskin bisa meraih posisi strategis di bank sentral. "Saya sering katakan segala sesuatu itu adalah kekuasaan dari Allah. Kalau kita dekat dengan Allah, Insya Allah ikhtiar kita akan disempurnakan," kata Perry.


Berangkat dari desa dan dari keluarga sederhana, taat beragama dan rendah hati. Saya yakin, negeri ini akan kuat menghadapi badai global crisis selagi Gubernur BI dan menteri keuangan orang yang amanah. Dan tentu karena presiden nya amanah. Andaikan semua menteri dan pembantu presiden kelas SMI dan Perry, saya yakin Indonesia bisa menjadi negara besar dan kuat secara ekonomi dan orang hebat seperti SMI dan Perry tidak mengejar jabatan Presiden.

Tuesday, July 5, 2022

Kolaborasi adalah keniscayaan.

 




Tahun 1780an ditemukan mesin uap oleh james watt. Ini menandai berakhirnya era rempah rempah perekonomian dunia. Selanjutnya dunia masuk era Industri. Penemuan mesin uap ini mengubah peradaban dunia dengan cepat. Terjadi gelombang industri untuk much product. Peristiwa ini dikenal sebagai Revolusi Industri 1.0. Dari mesin uap itu berkembang penemuan tekhnologi modern seperti kapal uap, mesin giling, hingga kereta api. Sehingga membuat sektor-sektor industri baru terbuka meluas dan kemakmuran umat manusia meningkat. Pada era ini Inggris lead.


Menjelang awal abad ke-20, ditemukannya listrik.  Keberadaan listrik memungkinkan motor digunakan untuk menggerakan conveyor belt. Pabrik-pabrik mampu memproduksi barang secara massal dengan skala jauh lebih besar. Gelombang ini disebut sebagai Revolusi Industri 2.0. Pada era ini, AS leading dalam industri dan menggeser kekuatan ekonomi negara-negara Eropa. 


Pada periode 1970-an lahirlah komputerisasi. Ini awal lahirnya Revolusi Industri 3.0. Komputer dan robot-robot mekatronis membantu pabri-pabrik menghasilkan produk-produk yang lebih kompleks lagi. Pada era ini, pabrik elektronik tumbuh pesat dan negara-negara Macan Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong memainkan peran penting di perekonomian dunia. AS dan Eropa berlomba lomba mengembangkan komputerisasi. Mereka mulai meninggalkan industri jadul, berupah murah.  Tekhnologi berupah murah itu pindah ke China dan ASEAN. 


Tahun 90an pembangunan fibre optik (FO) dan satelit berkembang pesat untuk mendukung tekhnologi multimedia dari komputer yang  berkecepatan tinggi dan berkapasitas badwith terrabit. Dari kemajuan tekhnologi komputer ini lahirlah revolusi industri 4. yang ditandai oleh digitalisasi. Tidak hanya sekedar komputer namun lebih jauh daripada itu, yaitu kekuatan internet. Teknologi melalui internet of things, artificial intelligence, dan big data analysis mampu mendorong mesin-mesin industri untuk melakukan analisa dan pengambilan keputusan dengan lebih cepat, tepat, dan akurat.


AS dan Eropa masuk dalam revulusi Industri 4. Bahkan AS lead dalam hal design dan riset tekhnologi. Namun manufaktur  semikonduktor didominasi oleh China dan Taiwan, Korea. Kemajuan sangat pesat. Karena adanya IT, terjadi social engingeering.  Tidak ada manusia yang bisa jauh dari teknologi digital; budaya kerja jarak jauh, pembelajaran virtual, game online dan e-commerce, perangkat seluler dan komputer pribadi dll.


Satu hal yang perlu diperhatikan adalah pada setiap Revolusi Industri, senantiasa terjadi pergeseran pola kekuatan ekonomi. Dari dominasi Inggris di Revolusi Industri 1.0, hegemoni Amerika Serikat di Revolusi Industri 2.0, hingga munculnya Macan-Macan Asia di Revolusi Industri 3.0. Nah…Pada Revolusi Industri 4.0 dan 5.0, keliatan  tidak bisa satupun negara jadi hegemoni. Mengapa? Baik saya jelaskan alasan beberapa secara sederhana. 


Pertama. Untuk membuat semikonduktor memerlukan material dari unsur logam tanah jarang ( rare earth ). Material itu 90% berasal dari China.  China bisa saja lead rantai pasokan industri samikonduktor namun  AS dan Eropa lead  dalam hal design aplikasi sebagian besar beragam fiture elektronik dihampir semua industri, seperti selular, kendaraan, pesawat, senjata, server dan lain lain.


Kedua, Untuk membuat semikonduktor memang diperlukan magnit kuat  ( magnet neodymium) dari unsur logam tanah jarang,  yang  dikuasai China. Tetapi elektronik juga membutuhkan Chip memori. Bahannya adalah gas neon, argon, xenon, dan lainnya. Gas khusus digunakan di empat aplikasi berbeda dalam proses pembuatan chip semikonduktor.  Memang China punya logam tanah jarang yang salah satu unsurnya adalah neon gas. Namun proses pembuatannya sangat mahal. Semetara Neon Gas yang dihasilkan Rusia dan Ukrania itu sangat murah. Karena ia produk sampingan dari industri baja jadul. 


Dua perusahaan Ukraina, Ingas dan Cryoin, telah menghentikan produksi setelah invasi Rusia ke negara itu. Ingas dan Cryoin memasok antara 45 persen dan 54 persen dari total produksi neon gas dunia, menurut perhitungan Reuters. Akibat perang itu, sejak dua bulan lalu terjadi krisis chip, yang berdampak pada segala hal mulai dari elektronik pribadi hingga manufaktur mobil.


Ketiga. lahirnya industri elektronik mendukung era digital terkait dengan IoT, Artificial intelligent, 5G, seperti smartphone, Data center, EV, Avionik, network telekomunikasi,  yang membutuhkan energy listrik  sangat besar baik untuk pemurnian logam tanah jarang, manufaktur, sampai kepada menggerakan server data center. Ini tidak terbayangkan sebelumnya. Apa jadinya kalau tidak cukup energi ? semua industri elektronik tidak bisa berproduksi. Yang jelas sekarang dunia sudah masuk krisis energi akibat peradaban 5 G yang rakus listrik


Nah dengan tiga hal itu tanpa kolaborasi antar negara tidak mungkin 4 G dan kemudian 5 G dapat sustain. AS memang hebat dalam hal design,  tapi tidak akan tercipta barang  modern tanpa manufaktur dari Taiwan dan China, Korea, Jepang. Manufaktur tidak akan terjadi tanpa material semikonduktor yang efisien dari Rusia dan Ukrania. Semua itu tidak akan terjadi tanpa energi listrik yang fuelnya ada di Timur Tengah, Venezuela, Afrika, Indonesia. Era hegemoni seperti era kolonial udah tidak bisa diterapkan lagi untuk menguasai sumber daya. Ya berkat 4 G dan 5 G, kerjasama adalah keniscayaan.

Monday, July 4, 2022

BRICS, ancaman dominasi Dollar AS



Sekian decade lembaga multilateral seperti IMF, Worldbank, AD, WTO, Bank international for Settlement, OECD dan lainnya, tidak bisa menutupi fakta bahwa mereka penyebab terjadinya economy imbalance. Walau dengan jargon untuk perdamaian dunia, namun faktanya lembaga itu jadi mesin efektif memaksakan kepentingan AS dan Barat kepada dunia. Termasuk caranya mengembargo Iran dari sistem keuangan Dunia, dan terakhir diterapkan juga kepada Rusia.


China dan Rusia  tahu pasti bahwa sistem keuangan dunia dikendalikan oleh AS dan Barat. Ini tidak adil. Apalagi ketika crisis 1998, tidak ada dampak positif dari keberadaan IMF dan Worldbank mengatasi krisis. Bahkan negara yang ikut dalam program recovery IMF semakin terpuruk semakin dalam. Justru Negara yang selamat dari krisis karena mereka menolak program recovery Ekonomi dari IMF.  Tapi mereka dalam keadaan lemah, ya diam saja dan focus kerja aja.


Tetapi masuk awal tahun 2000, China dan Rusia menginisiasi terbentuknya aliansi multilateral diantara negara yang tingkat pertumbuhannya tinggi. Tahun 2001 dibentuk BRICS. Yang anggotanya terdiri dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Yang jelas mereka mewakili sekitar 40% dari populasi dunia dan sekitar sepertiga dari output ekonomi global. “ Ibarat kata, Brazil itu toko kelontongan dunia. Rusia itu pompa besin dunia. China mesin produksi Dunia. India, penyedia layanan dunia. Afsel  marcu suar kebangkitan Afrika. “ Kata teman. Memang aliansi itu dibayangi oleh adanya krisis perbatasan  antara  China dan India, namun kedua negara itu bisa memisahkan masalah politik dan Ekonomi. 


Rencana itu memang tidak mudah. Namun momentum kejatuhan wallstreet tahun 2008, dimanfaatkan oleh China dan Rusia. Tahun 2009 berhasil diadakan KTT BRICS yang pertama. Berlangsung di Yekaterinburg. BRICS lebih focus kepada reformasi sistem keuangan dan perdagangan dunia. Awalnya keberadaan BRICS dipandang sebalah mata oleh AS. Bukan ancaman serius. Tapi semakin besar porsi ekonomi China dalam perdagangan dunia, semakin mengkawatirkan AS. Apalagi China sudah mengalahkan AS. Era Trump memang AS berusaha mematikan langkah BRICS ini lewat perang dagang antara China dan AS. Namun justru membuat reputasi AS jatuh di dunia international.


Semua tahu bahwa motor dari BRICS ini adalah China. Xijinpingn selalu mengingatkan agar negara anggota belajar dari kegagalan sistem keuangan dunia.  Harus focus kepada perdamaian, economic balance, tranformasi ekonomi digital, ekonomi pasar yang regulated. Selain itu juga BRIC mendorong PBB agar ditingkatkannya  Dana Perwalian Perdamaian dan Pembangunan, menerbitkan Laporan Pembangunan Global, dan mendirikan Pusat Promosi Pembangunan Global dan Jaringan Pengetahuan Global untuk Pembangunan.


Tahun ini BRICS akan membuka keanggotaan baru. Indonesia, Turki, Saudi, Mesir, Argentina, dan lainnya mungkin akan gabung. Mengapa ? Belakangan ini volume perdagangan China dengan negara anggota BRICS, sudah mengalahkan perdagangan dengan AS dan Eropa. Artinya masa depan bukan lagi pada Eropa dan AS.  Pada KTT BRICS tanggal 25 juni kemarin. Jokowi dapat kesempatan menyampaikan gagasannya dalam High-level Dialogue on Global Development. Gagasan Indonesia sebenarnya sejalan dengan program BRICS, yaitu solution terhadap dampak dari economic imbalance yang ditimbulkan oleh sikap AS dan Eropa.


Artinya, Indonesia lebih focus kepada masalah esensi. Apa itu? keseriusan mengatasi krisis energi, pangan dan keuangan. Jadi harus ada niat baik bagi semua untuk memperkuat kemitraan secara global sesuai dengan program dunia tentang Sustainable Development Goals. Itu satire kepada AS. Sebaiknya AS dan Eropa cepatlah sadar. Kalau engga,  Indonesia  akan bergabung dalam BRICS, dan kemudian diikuti oleh Arab, Iran, Argentina, Turki maka dominasi dollar AS dalam perdagangan dunia akan tumbang. Keberadaan IMF akan mudah diakusisi oleh BRICS.