Thursday, October 14, 2010

Kemitraan dengan China hanya bisnis.


Setelah sibuk dengann acara pertemuan tingkat tinggi di Jakarta, sebelum kembali ke Beijing, Lyly sempatkan ingin bertemu dengan saya.  “ Jemput aku di Loby Mall aja ya.” Pesannya waktu telp. Saya paham  bahwa dia berusaha menghidari publikasi yang tidak perlu karena dijemput oleh pria di Loby hotel. Malam itu Lyly mengenakan pakaian santai. Terkesan penampilannya lebih muda dari usianya. Kami bersahabat. Saya mengajaknya makan di restoran China di Kawasan Pangeran Jayakarta. 

“ Saya tidak melihat di sini ada orang asli Indonesia. Semua Chiness. “ Katanya seraya melirik pengunjung restoran.
“ KIta makan di kawasan China town. Jadi wajar semua orang China”
“ Ya kamu benar. Di mana matahari bersinar pasti ada orang China” Katanya tersenyum. 
“  Ini kali pertama ke Jakarta kan. Gimana kesan kamu tentang Jakarta?
“ Kesan saya Indonesia itu unik. Wajah mereka tidak ada rasa takut. Makanya saya ingat waktu beberapa tahun lalu, aksi teroris  di jalan Thamrin. Bukannya ditakuti malah jadi tontonan orang banyak. Benar benar bangsa yang tak pernah takut dengan resiko. “ katanya dengan tersenyum “ Itu sebabnya beberapa kali berita media massa dari Barat soal aksi teroris yang menakutkan di Indonesia, saya anggap angin lalu. Saya simpulkan orang Barat tidak memahami Indonesia.” Sambungnya. Dan sekarang saya yang tersenyum.

“ Mengapa Negara Timur tengah semua mendukung China di PBB soal Etnis Uighur? Tanya saya. Saya yakin dia bisa menjawab dengan rasional. Karena dia memang ahli geostrategi global bidang investasi.

“ B, kamu tahu kalau pada akhirnya China bisa merangkul negara di Afrika dan Timur Tengah, itu bukan karena politik hegemoni. Itu murni pertimbangan ekonomi. Business as usual. Sejak Arab Spring tahun 2011, rezim Timur Tengah sadar bahwa popularitas  dan legitimasi pemerintah berdasarkan emosi agama tidak lagi efektif untuk mempertahankan kekuasaan. Sekarang issue ekonomi lebih menentukan. Tida ada kekuasaan yang bisa selamat bila ekonomi collapse. Itu sebabnya tawaran kerjasama dengan China dianggap mereka lebih menguntungkan daripada bermitra secara politik dengan AS. Itu bisa diliat Visi Arab Saudi 2030 dan Visi Kuwait 2035. Rekam jejak keberhasilan pembangunan ekonomi tanpa reformasi politik yang dilakukan China memiliki daya tarik besar bagi para otokrat Arab.”

“ Apakah hanya karena faktor ekonomi ? 

“ Ya semua karena faktor ekonomi. Yang tentu di dalamnya ada soal kompetisi Arab- Iran.”

“ Ada apa dengan Iran?

“ Loh sejak dulu China sudah berteman dengan Iran walau Iran di Embargo oleh AS. Dari tahun ketahun hubungan China dan Iran semakin mesra dan sangat significant mempengaruh geopolitik China di Timur Tengah. Walau Iran di embargo AS dan Barat , tetapi ekonomi Iran tumbuh berkat China lewat kerjasama dibidang oil dan Gas. Sebentar lagi jalur darat Xinjiang - Kyrgistan - Turkemenistan - Iran-Irak akan tersambung 100%. China juga telah selesai membangun Koridor ekonomi Xinjiang ke Gwadar, Pakistan. Itu akan semakin memudahkan jalur logistik minyak dari Iran ke China.  Apalagi China punya pangkalan militer di Gwadar. Lengkaplah keamanan geostrategis China. “

“ Tapi China juga membangun pangkalan militer di Djibouti sebuah negara di Afrika timur yang letaknya di Teluk Aden. Untuk apa ? tanya saya.

“ Anda tahu kan Teluk Aden itu pintu gerbang masuk ke Timur Tengah, melalui  selatan Laut Merah menuju Terusan Suez.  Minyak dari Iran akan bisa melintasi ini tanpa ada kawatir apapun. “

“ Oh jadi kesimpulannya, China sudah persiapkan dengan matang andai rezim Arab menolak kerjasama dengan China karena AS tidak setuju.  Dan ini disikapi oleh negara Timur Tengah untuk memilih meninggalkan AS dan bergabung ke China.  Tapi bagaimana dengan Iran yang syiah, bersama China? 

“ Ah Sunny -Syiah itu hanya politik jadul AS yang ingin membuat situasi selalu genting di Timur Tengah agar negara Arab terus tergantung kepada AS dan Israel. Tetapi kini issue Sunni - syiah itu udah engga laku lagi. Negara Arab semua melupakan konplik soal agama dan focus kepada perbaikan ekonomi bersama China. Itu sebabnya, mereka melihat kasus Uighur sama seperti mereka melihat diri mereka sendiri berpuluh tahun di permainkan AS. Cara China menyelesaikan gerakan teroris dan separatis karena issue agama justru menjadi inspirasi bagi negara Timur Tengah untuk menghadapi kelompok radikal dalam negerinya.” 

“ Oh jadi, semua karena alasan rasional dan business as usual.” 

“ Ya. Sama dengan alasan Pemerintah Indonesia yang bulan April tahun lalu menanda tangani proyek OBOR dengan China setelah lima tahun tertunda. Itu juga alasan rasioal. Pemerintah Jokowi butuh investasi untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi diatas 5%. Di tengah likuiditas global yang seret, tawaran China untuk proyek OBOR bukanlah hal yang salah. Apalagi keberadaan selat malaka berpuluh tahun di bawah kendali AS, Indonesia tidak mendapatkan apa apa. Yang dapat untung besar justru Singapore. Rencana proyek OBOR menghidupkan jalur Selat Sunda (ALKI I), Selat Lombok (ALKI II). itu langkah strategis  Jokowi untuk menciptakan pemerataan pembangunan di luar Jawa. Sumatera, Lombok, Kalimantan, Sulawesi akan berkembang pesat akibat adanya proyek OBOR."

“ Dan itu sangat penting bagi China. 82% jalur logistik China melintasi selat Malaka. Kalau ada konplik antara China dan AS, dan selat malaka di blokade, China tetap punya jalur alternatif yaitu Selat sunda dan Lombok. Logistik tetap aman, ya kan” Kata saya tersenyum. 

“ Ya Win to Win lah. Berteman itu lebih baik daripada musuhan.  Sejarah panjang hubungan China dan Indonesia itu tidak bisa dihapus begitu saja. Sejarah membuktikan ada hubungan emosional antara China dan Indonesia. Kita bangsa berasal dari rumpun yang sama. “ Katanya.


“ Dengan keadaan ekonomi sekarang. Ada wacana untuk kembali kepada Gold Standar mata uang. Apa pendapat kamu?

“ Sekarang menurut McKinsey Global Institute nilai cadangan emas di Bank Central kurang lebih $ 1,3 trilion, sedangkan simpanan global dari sistem perbankan sekitar $ 61.trilion. Bayangkan saja. Kalau mata uang kembali ke Emas. Harga emas akan melambung untuk menyesuaikan dengan uang beredar.  “
“ Ya engga ada masalah” Kata saya.

“ Memang sekilas engga ada masalah. Tetapi apa jadinya, kalau orang ramai ramai menukar uangnya dengan emas ke bank central? Sekali bank central tidak bisa layani. Harga akan melambung. Kepercayaan kepada negara juga runtuh. Singkatnya, kita tidak bisa dan tidak akan kembali ke standar emas. Masa lalu ada di belakang. Ia sesuatu sangat yang berbeda dengan era sekarang. Kita tidak bisa hidup di abad ke-19. KIta harus move forward ” Saya mengangguk. Tanda setuju. 

Dia berdiri mendekat ke kepala saya. “ ada apa ? Terasa dia meyentuh rambut saya dengan lembut. “ Uban kamu udah banyak. Tapi kamu engga berbeda dengan pria yang kali pertama saya kenal 12 tahun lalu. Jalan kamu masih cepat dan tegap. Dari rambut kamu menua tapi penampilan engga berubah”
Saya hanya tersenyum. “ Yang tidak pernah tua itu kamu. Engga berubah sama sekali dari 12 tahun lalu saya kenal.” kata saya seraya menyentuh pipinya dengan kedua telapak tangan saya.  Wajahnya bersemu merah. " you are my man" 

Edited Agustus 2020.


No comments: