Tuesday, December 28, 2021

Bagaimana INA seyogianya..


 


Tugas INA sangat mulia. Karena dia berdiri untuk meningkat value aset negara dan sekaligus mendayagunakan semua sumber daya yang dikendalikan negara. Tugas  itu didukung oleh rakyat lewat UU. Kekuasanya sangat besar dan independent. Legitimasinya sangat kuat, tentu trust sangat tinggi dimata investor. Bukan hanya mengelola porfolio, INA juga bisa menggunakan akses dan legitimasinya sebagai salah satu channel investasi ke Indonesia, selain channel investasi yang sudah ada, seperti melalui saham, obligasi, pinjaman atau financing, skema KPBU maupun investasi langsung lainnya. 


Modal yang diberikan negara lewat APBN kepada INA besar sekali. Yaitu pada tahun ini Rp. 75 triliun. Dan itu akan terus ditingkatkan sesuai kebutuhan. Sementara beban dan tanggung jawab INA itu memang tidak mudah. disingkat, tugas INA itu ada dua. Baik saya jelaskan dengan dilengkapi contoh sederhana. 


Pertama, meningkatkan pemanfaat aset negara di BUMN dan sekaligus mendayagunakannya untuk tujuan jangka panjang. Memperbaiki aset BUMN yang ada untuk kepentingan jangka panjang. Jadi tidak ada lagi aset besar dan bernilai tinggi dibiarkan begitu saja tanpa didayagunakan. Tidak ada lagi aset BUMN jadi busuk karena kesalahan struktur pembiayaan proyek. Kira kira contoh teknisnya sebagai berikut.


Peningkatan nilai aset.

Saham BUMN yang sudah IPO milik pemerintah. Itu kan dalam keadaan tidur. Harganya juga turun naik. Kalau dijual cepat harga akan jatuh. Agar dapat dimanfaatkan tanpa menjatuhkan value. maka INA membuat recana sekuritisasi atas Aset tersebut. Caranya? pemerintah melakukan transfer asset ( saham) BUMN yang sudah IPO ke dalam INA.  Oleh INA, aset itu digadaikan dengan underlying khusus. Uang tersebut digunakan untuk masuk ke investasi yang punya prospek growth value tinggi dimasa depan. Artinya saham tetap utuh alias tidak dijual. Pemerintah masih bisa depat deviden. Sementara negara melalui iNA menikmati growth atas investasi dan tentu akan memperkuat posisi aset negara. Itu terjadi pada baru baru ini. Pemerintah transfer saham Bank Mandiri dan BRI ke INA. Oleh INA saham itu sekuritasi untuk dapatkan uang berinvestasi pada saham Mitratel.


Memperbaiki nilai Aset.

HAKA punya hutang jumbo karena membangun ruas toll di sumatera yang baru bisa untung dalam jangka panjang. Sementara pembiayaan didapat dari sumber hutang jangka pendek. Kalau jalan tol itu dijual dalam keadaan merugi jelas harga akan jatuh. Kalau tidak dijual, akan bleeding menanggung opex berupa bunga. Jalan tol yang dibangun akan rusak lagi.  Nah INA, masuk untuk memulihkan aset tersebut. Caranya? 


Opex selama negatif cash flow ( merugi) dikapitalisasi selama 5 tahun. Menjadi bagian dari penentuan harga jual ruas Tol. Oleh INA, harga jual ruas toll itu disekuritisasi jadi surat berharga berjangka panjang. Surat berharga ini dijual lewat pasar obligasi atau melalui pasar terbatas..Uangnya digunakan untuk refinancing hutang jangka pendek. Aset negara di HAKA jadi bernilai sesuai IRR yang dijamin negara. Nanti setelah lewat negatif cash flow, HAKA exit melalui IPO. Hasil IPO itu untuk bayar hutang obligasi.


Kedua, Investasi pada proyek strategis yang berkaitan dengan ekosistem bisnis untuk meningkatkan value aset negara. Negara berinvestasi pada jalan negara, jalan toll, pelabuhan, bandara, irigasi dan bendungan, Listrik, telekom. Itu aset semua dibangun dalam kondisi love capacity. Sehingga tidak efisien. Mengapa? Karena aktifitas bisnis tidak memadai untuk memakai jasa tersebut.Maka jangan kaget sulit sekali BUMN bisa untung. Karena itu tadi. Low capasity.  Nah, INA harus masuk, dengan membangun ekosistem bisnis sehingga  aset yang ada bisa terpakai optimal, bahkan bisa terus ditingkatkan. 


Misal, atas dasar ekosistem yang digagas INA bidang pengembangan industri downstream CPO, maka INA bisa create scheme financing membangun pusat industri hilir CPO di KEK milik negara. Jadi pemilik kebun tidak perlu lagi ekspor CPO nya. Kita bisa lead secara international dalam bidang downstream CPO. Karena sudah ada pusat downstream di KEK. Koneksitas baik darat maupun laut, antar pusat produksi dan Industri di KEK sudah tersedia untuk mendukung ekosistem logistik. Itu akan meningkatkan value infrasruktur jalan darat dan laut, termasuk lembaga keuangan milik negara dan PLN. Dengan dukungan ekosistem ini, tidak sulit INA mengeluarkan obligasi dan mendapatkan investor. Karena bisnisnya secure dan dilindungi oleh UU.


Misal, INA berinvestasi pada ekosistem logistik untuk produk pertanian dan perikanan. Itu akan mendorong tumbuhnya industri agro dan pengolahan secara massive. Karena adanya ekosistem logistik atas dasar UU Resi Gudang akan mendukung supply chain bagi industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Dengan adanya ekosistem logistik, tidak sulit bagi INA mendapatkan pembiayaan dari pasar uang untuk membangun jaringan pusat pergudangan dan IT system berbasis e-commerce disetiap kabupaten. Karena bisnis ini diperlukan domestik sebagai penyangga pangan dunia dan tentu pada gilirannya memakmurkan rakyat khususnya petani dan nelayan.


Masih banyak lagi contoh untuk tugas INA dalam hal Investasi pada proyek strategis. Namun memang untuk tugas pembangunan pada proyek strategis tidak mudah. Karena membutuhkan assessment proyek yang mendalam dan komprehensive. Kemudian dikelola dengan mengikuti standar internasional dengan tata kelola yang baik, transparan dan akuntabel. Amanah UU,  jenis Sovereign wealth fund  ( SWF ) kita bukan meningkatkan value devisa yang didapat dari ekspor,  tetapi meningkatkan value sumber daya kita melalui proyek strategis dan dibangun dengan skema rekayasa keuangan. Yang gampang itu, ya tugas yang pertama. Hanya duduk di kantor, lihat screen terminal, take down. Well done. Fee gampang diatur lah.


***


Kisah imajiner.


Dalam satu pertemuan. 

“ Bro, karena adanya tekhnologi baru, produk jasa saya hanya masalah waktu akan sunset. Habis saya.” Kata Baskoro kepada tmeannnya elite politik.

“ Saya juga sama. “ Kata Fakri” Bisnis kita kan sama.” Lanjut Fakri. 

“ Saya juga. Apes. Bisa engga tekhnologi itu dihadang oleh pemerintah. “ Kata Doni.

“ Engga bisa dihadang. Itu akan melanggar ITU dalam kuridor WTO.”Kata elite Partai.

“ Gini aja. Saya ada solusi” Kata Baskoro. Semua siap menyimak. Karena Baskoro yang paling muda dan pintar.

“ Kita transfer aja aset kita ke BUMN. Ya kita tranfer lambat lambat lewat kemitraan bagi hasil. Dengan demikian hutang kita juga ikut ditransfer. Setelah itu kita exit. Biarkan market bursa yang jebol” 

“ Tetapi itu bicara angka ratusan triliun.” Kata elite partai.

“ Tentu. “ Kata Baskoro


Elite partai terdiam. Seakan berpikir. “ Kalian masuk dalam politik. Kamu baskoro, dukung partai Abunawas. Kamu faker, dukung partai Brotus. Dan kamu, Doni dukung partai Charli. Tentu kalian bawa duit. Tinggal kalian atur ritme permainan. Siapa yang jadi pemenang. Nanti setelah Pemilu, dua dari kalian jadi menteri, satunya tetap di luar. Jadi engga keliatan permainannya. Main cantik lah. Mau?  Kata elite partai. Semua mengangguk dengan tersenyum.


***


Usai pemilu. Baskoro jadi Menteri urusan liburan. Dan Fikri jadi menteri urusan teri. Doni jadi ketua team ahli Presiden. Setelah menjabat mereka bingung. Karena menteri urusan duit engga setuju. Itu melanggar UU asset negara. “ Ya suruh aja anak perusahaan BUMN yang handel. Anak perusahaan kan secara hukum bukan BUMN. Jadi kita engga melanggar UU“ kata menteri urusan aset negara.”Coba jelaskan skemanya ? Tanya  menteri urusan aset negara kepada Baskoro.


“ Anak perusahaan BUMN itu di setting untuk IPO. Para kreditur kami akan jadi investor awal dan  option tukar hutang jadi saham. Kan keren. Pasti market senang. Nilai saham akan terdongkrak naik. Sebelum anak perusahaan itu IPO,  kita mulai adakan kontrak sharing service dalam skema digital sharing. Aset kita pindah ke anak perusahaan BUMN dan kita dapat revenue undertaking. Safe kan. 


Nah sebelum anak perusahaan BUMN itu IPO,  ya kita duluan right issue. Pasti market antusias karena kita punya kontrak undertake revenue. Program exit tercapai. Nanti setelah IPO anak perusahaan BUMN, para kreditur akan exit dengan menjual sahamnya pada harga maket. Selanjutnya Nasip anak perusahaan itu akan deadduck” Kata Baskoro.


“ Terus gimana selanjutnya untuk jaga harga saham engga jatuh terlalu dalam, dan  tetap dalam keadaan deadduck ?


“ Ya tinggal suruh lembaga investasi negara keluar uang dengan skema jangka panjang. Engga gede. Hanya 10% saja kepit saham. Itu cukup menjaga stabiitas bid and ask dan likuiditas”

“ Mantap!! Kata menteri urusan aset negara. Dua tahun kemudian skenario terlaksana dengan sukses. Cari uang di negeri ini mudah bagi segelintir orang tetapi bagi orang kebanyakan, dapatkan USD 2 saja sulit.

No comments: