Friday, June 16, 2023

Indonesia ke tahun 2045...

 




“Untuk membawa kapal besar bangsa Indonesia menggapai cita-cita Indonesia emas 2045 menjadi lima besar ekonomi dunia, peluangnya ada. Hitung-hitungannya saya sudah dengar semuanya dari Bappenas, dari Mckanzie, IMF, dan World Bank juga saya sudah dengan hitung-hitungannya hampir mirip,” ungkap Jokowi dalam acara peluncuran Rencana Pemerintah Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia Emas 2045, di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (15/6).


Saya tidak tahu sejauh mana cara hitungannya. Tapi baiklah kita lihat data sebelumnya dan sekarang, untuk kita nilai forecasting ke depannya. Ini data resmi, terpublikasi. Saya sengaja menghindari opini pribadi kecuali berdasarkan data yang ada. Jadi tidak ada maksud apa apa kecuali sekedar memberikan informasi. Ada tiga kendala utama kita untuk menjadi negara maju. 


Pertama. Syarat untuk menjadi negara maju,  kontribusi industri dan manufaktur terhadap PDB harus diatas 20%. Tahun 2021 kontribusi manufaktur kita pada angka 18,9 persen. Kembali turun menjadi 18,34 pada 2022 dan dilanjutkan dengan kuartal I/2023 yang kembali menurun hingga pada angka 16,77 persen. Padahal  tahun 2012 Kontribusi Industri terhadap PDB sebesar 20,8%. 


Kedua. Menurunnya kontribusi Industri terhadap PDB karena banyak faktor seperti suplai, kompleksitas produk, daya saing produk, produktivitas tenaga kerja industri, adopsi teknologi, kemampuan inovasi, serta partisipasi dalam global value chain. Tapi yang mengkhawatirkan adalah penguasaan teknologi. Pengukuran dengan metode ISIC Rev.3-2011 UNIDO di tahun 2014, gambarannya adalah struktur kemampuan penguasaan teknologi tinggi industri hanya 6 persen, teknologi menengah-tinggi 28 persen, teknologi menengah-rendah 23 persen, dan teknologi rendah 43 persen. Jadi memang industri yang punya low grade. Sulit untuk bersaing.


Ketiga. Proteksi Industri manufaktur domestik atas produk impor semakin lemah. Karena kita sudah terikat dengan Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area/FTA). Karena rata-rata tarif bea masuk Indonesia tinggal 2,6 persen. Padahal Korea (7,7 persen), China (3,5 persen) dan India (6,3 persen) ( sumber : Bank Dunia, Dana Moneter Internasional). Oleh karena itu, engga usah kaget kalau terjadi defisit neraca perdagangan pada mayoritas produk industri kita terhadap negara mitra Kawasan Perdagangan.


Nah kalau cara membangun masih dipertahankan seperti sebelumnya, dengan fakta tiga hal itu tidak mungkin kita bisa merealisasikan mimpi Jokowi. Kecuali kita mau melakukan serangkaian perubahan yang mendasar, terutama melakukan tiga hal.


Pertama. Peningkatan atau perbaikan index Logistik. Caranya kembali kepada angkutan massal yang murah untuk logistik, yaitu kareta api dan kapal laut. Infrastruktur kereta api harus dibangun secara luas, seperti trans sumatera, kalimanta, sulawesi dan lain  lain. Perbanyak kapal dan pelabuan feeder. Karena mayoritas wilayah kita adalah lautan. Membangun pusat logistik yang teritegrasi dengan sistem stokis berbagai komoditas dan produk industri. Kalau bisa satu pulau satu pusat logistik teritegrasi dengan sistem stokis  dan logistik berbasis Ecommerce.


Menurut laporan penelitian, “ China Logistics and Warehousing Market Outlook to 2025-Led by Growth in Road Freight Services, Improving Infrastructure and Rising Digital Innovations” menyatakan bahwa pertumbuhan industri didorong oleh terjadinya perubahan yang cepat dari gudang konvesional menjadi Warehousing marketplace and logistik. Ini tentu mendorong semua kawasan industri terhubung dengan warehousing marketplace and logistik. Industri FMCG ( Fast-Moving Consumer Goods) dan komoditas (seperti baja, semen, dll.) di China adalah pengguna layanan pergudangan terbesar. Kedua terbesar adalah Pertanian, elektronik, otomotif. Tapi industri farmasi punya gudang khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.


Apa itu warehousing market place and logistik?. Tentu berbeda dengan gudang konvensional yang hanya sekedar tempat menyimpan barang. Warehousing market place and logistik menyediakan layanan untuk penyimpanan barang yang dikelola secara IT system. Pembeli  bisa mengetahui stok barang tersedia lewat camera CCTV yang bisa diakses secara online. Pembeli dan penjual tidak usah repot mengatur pengapalan, karena sistem  warehousing dilengkapi dengan layanan logistik darat, udara maupun laut. 


Pemilik barang bisa mengakses layanan fund provider atas barang yang mereka tempatkan di warehousing market place and logistik. Resi gudang bisa diuangkan lewat bank seharga 60% dari market dan otomatis terlunasi saat barang terjual, atau dijual melalui pasar option. Jadi andai pemilik barang itu adalah petani atau industri , fasilitas warehousing market place and logistik menjamin likuiditas mereka. Pemilik barang tidak usah repot pasarkan barangnya. Karena warehousing market place and logistik terhubung dengan supply chain global dan mereka punya reputasi tinggi sebagai penyedia marketplace.


Kedua, pembangunan KEK tidak lagi berdasarkan potensi ekonomi wilayah tapi berdasarkan lingkungan strategis. Jadi yang sudah ada sebaiknya tutup aja. Engga usah banyak banyak bangun KEK.  Cukup yang berada di lintasi kapal-kapal perdagangan dunia:  Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Makassar. Focus kepada wilayah yang jadi backbone geopolitik kita saja dan bersinggungan dengan geostrategis 40% perdagangan dunia yang melintasi empat titik strategis itu. Jadikan juga KEK itu teritegrasi dengan infrastruktur Hub logistik perdagangan lokal maupun international.


Ketiga. Tingkatkan belanja riset untuk innovasi dan tekhnologi. Tidak perlu semua riset itu dikerjakan pemerintah, Bisa saja swasta atau dunia usaha yang lakukan. Namun biaya riset di bailout oleh pemerintah setelah terbukti hasil risetnya mendukung produktifitas.  Bailout tidak harus dalam bentuk uang tapi bisa saja lewat tarif dan subsidi bahan baku yang berasal dari SDA.  Kebijakan ini akan mendorong terjadinya relokasi industri kelas menengah dan tinggi ke Indonesia. Karena kebijakan tekhnologi oriented.  Tentu perlu segera lakukan reformasi pendidikan nasional yang focus kepada  pengembangan kreatifitas dan innovasi.


***

Tentu focus kepada pembanguan industri dan manufaktur itu akan berdampak kepada perubahan llngkungan sosial. Tidak perlu kawatir. Kita punya modal sosial yang tangguh sebagai masyarakt berbudaya dan beragama. Yang perlu dilakukan adalah social engineering, kembali kepada nilai nilai lama, seperti sikap masyarakat terhadap sains, etos kerja, pengambilan risiko, dan orientasi kepada laba. Harus ada influence lewat propaganda masisve akan semangat gotong royong, kolaborasi dan sinergi antar sektor. 


Jadi sebaiknya stop pembangunan tanpa visi. Seperti jalan toll itu tidak perlu pemerintah intevensi sampai memberikan penugasan kepada BUMN. Biarkan saja berjalan sesuai business as usual. Jalan tol itu akan terbangun dengan sendirnya kalau industri tumbuh dan perdagangan meningkat. Karena bisnis toll kan bisnis traffic. Semakin tinggi distribusi barang semakin tinggi traffic. Kembalilah focus kepada penyediaan sarana pendukung  tumbuhnya industri dan manufaktur. Focus kesana saja. Semoga presiden berikutnya punya visi seperti itu.

No comments: