Kemarin aku bertemu dengan Jess. Dia sudah 10 hari mendekam di rumah. Aku tahu itu bukan karena dia patuh atas himbauan pemerintah untuk staying home. Tetapi itu lebih karena kepanikan akan sebuah kematian akibat virus Corona. Kabar yang dia terima dari Shanghai bahwa sahabat karibnya meninggal akibat Virus corona, terus menghantuinya. “ Walau usianya diatas 60 tahun dia sehat. Pernah ketika keluar dari subway, dia naik 20 anak tangga. Tanpa sedikitpun lelah. Dia sangat kuat. Tidak seharusnya dia mati dengan mudah. Apalagi karena virus.”
“ Itu karena sudah waktunya. Tidak ada orang bisa menghindari kematian bila saatnya sudah tiba.”
“ Kamu enak saja ngomong seperti pendeta. Kehidupan itu sesuatu yang sangat berharga. Berkah yang lebih dari segala galanya. Apa arti semua yang diperjuangkan kalau sudah mati.”
“ Memang apa yang kita perjuangkan itu semua omong kosong. Kamu aja yang terlalu serius menyikapi hidup. “ Kataku sekenanya. Berharap dia realistis.
“ Aku sulit menerima.” Katanya menghempaskan pantatnya di sofa.
“ Dan karena itu stress. Panik! Kataku mencibir. Berharap dia sadar.
“ Siapa yang tidak panik. Virus itu kapan saja bisa membunuh aku, kamu dan siapa saja.”
“ Tanpa virus pun kita bisa mati. Besok atau entar malam kamu kesedat bakso, engga ada yang nolong. Mati juga.”
“ Ah sudahlah. Dalam segala hal kamu memang menyebalkan.” Katanya merengut. “ Kamu perintahkan aku agar stay at home selama dua minggu. Empat hari lagi, aku tinggal di rumah. Setelah itu apa ? Lanjutnya.
“ Biasa saja. Kerja seperti biasa. “
“ Apa kamu engga tahu. Ini akan berlangsung sampai akhir Mey. Selama itu apapun bisa terjadi.” katanya kawatir. Aku tersenyum. Ya tersenyum. Karena kalau meliat dia dalam keadaan seperti sekarang, seperti melihat anak ABG. Padahal usianya mendekati 50.
Aku bisa memaklumi kepanikan Jess. Sangat maklum. Karena bukan hanya dia seperti itu. Tetapi mungkin sebagian besar orang sekarang panik. Tadinya orang tidak begitu peduli dengan kematian. Betapa banyak kematian karena rokok. Betapa sering propaganda anti rokok dengan bahasa yang seram dan menakutkan. Bahkan pada setiap kotak rokok ada tulisan peringatan merokok merusakan kesehatan. Dilengkapi dengan photo mengerikan korban kanker tenggorokan. Itu tidak mengurangi populasi merokok.
“ Tapi masalahnya, rokok tidak menular seperti virus corona” katanya menjawab argumen sebelumnya.
“ Memang rokok tidak menular, tetapi angka kematian dari virus corona juga rendah sekali. Jauh lebih tinggi angka kematian akibat rokok. “
“ Ah sudahlah. Kamu menggampangkan kehidupan”
“ Aku tidak menggampangkan. Tetapi tepatnya berusaha berdamai dengan kenyataan. Bahwa hidup ini memang penuh resiko. Apapun itu.”
“ Resiko? apapun?
“ Ya”
“ Kenapa?
“ Selagi Vaksin belum ditemukan, kita tidak bisa aman dari Corona. Hanya masalah waktu pasti kena. Tapi engga usah kawatir. Selagi badan kita sehat, antibodi tubuh kita bisa bekerja efektif menghadang virus. Kalau tubuh kita bisa tahan melewati 21 hari sejak terinfeksi, itu artinya kita sudah immune. Ya memang beresiko. Tapi juga tidak bijak terus menghindari resiko, apalagi ketakutan terus. Mungkin karena itu kamu sakit, menderita. Tetapi dari pengalaman itulah kamu tahu arti kesenangan, tahu arti kehidupan, tahu arti bersyukur dan tentu tahu arti mencintai. Pahamkan sayang”
Dia termenung. Memang tidak mudah meyakinkan orang seperti Jessi. Kepanikan satu hal. Tetapi kepanikan karena ketidak tahuan, itu memang kebodohan yang sia sia. Dulu waktu masih kecil, satu hal yang paling Papaku tidak suka kalau pamanku mencoba memrovokasiku ketakutan terhadap hantu. Aku diyakinkan bahwa hantu itu tidak ada. Aku tidak boleh takut dengan apa kata orang. Karena makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan hanyalah manusia. Bahkan Tuhanpun bukan yang harus ditakuti tetapi dicintai. Kalau kita menyembah Tuhan, bukan karena kita takut tetapi karena kita mencintaiNya. Orang yang cintanya hidup dalam hatinya, sangat mudah menjadikan iman begitu indah dan menentramkan. Bukan justru kepanikan karena takut ancaman neraka.
“ Jess.” seruku. Jessi terkejut. Segera menoleh kesamping.
“ Ya ada apa”
“ Aku ada cerita. Mau dengar cerita masa kecilku”
“ Cerita saja. Tapi boleh aku sambil rebahan di sofa “ katanya.
“ Terserah. “ Kataku. Diapun tersenyum sambil merebahkan tubuhnya. Aku sempat melirik dasternya yang agak tersingkap. Memang mulus sekali betisnya.
“ Aku belajar merokok kelas 2 SMP. “ Kataku mulai bercerita. “ Papaku marah besar kalau aku merokok. Apalagi bundaku. Tapi aku ingin keliatan keren seperti pria lainnya. Kalau aku merokok dimanapun pasti ada yang liat, dan pasti akan sampai ditelinga bundaku. Maklum bundaku itu ustazah. Semua orang kenal bundaku. “
“ Terus “
“ Nah biar orang engga bisa liat aku merokok. Maka malam hari aku pergi ke kuburan."
" Kenapa harus ke kuburan"
" Di malam hari itulah aku belajar merokok. Pasti engga ada yang liat. Tapi kamu tahu, kalau orang lewat kuburan, mereka akan lari sambil teriak..” kuburan berasap. Ada hantuuuu”. Kadang ada tukang beca, sempat meninggalkan becaknya ketika lewat. Lari ngacir. Sambil teriak “ ada api jalan di kuburan” Jadi pasti engga ada orang liat aku merokok.
Sejak kebiasaan aku merokok di kuburan itu, orang semakin takut lewat kuburan. Anehnya tidak ada orang mau periksa kuburan itu. Padahal setiap hari di moshalla dan di warung orang cerita tentang kuburan berasap dan api berjalan. Kalau dengar mereka cerita, aku kadang tersenyum sendiri.
“ Keterlaluan kamu nakalnya. Tapi itu kan bikin orang kampung ketakutan jadinya. Emang kamu engga takut di kuburan malam malam.?
“ Engga?
“ Kenapa ?
“ Kan aku cerita tadi. Dari kecil aku tidak pernah dapat informasi tentang hantu. Jadi aku tidak punya imajinasi soal hantu. Gimanna mau takut ? Sementara, perhatikan bagaimana paniknya tukang becak ketika melihat percikan api rokok ku di kuburan yang melayang di tengah gelap. Betapa paniknya orang lewat di pinggir kuburan ketika melihat asap bergerak. Mereka panik, karena dalam benak mereka sudah ada memori ketakutan akan hantu. Gejala asap dan percikan api itu langsung diterjemahkan oleh otak sebagai ancaman hantu.”
“ Oh Pastas sampai sekarang kamu engga punya GEN takut. . “
“ Nah Corona ini memang virus yang bisa menimbulkan kematian. Tetapi dia hanya menjadi pemicu terjadinya kematian. Penyebab kematian bisa karena infeksi paru paru, bisa karena meningkatnya gula darah, bisa juga karena serangan jantung. Kalau kamu tidak punya penyakit jantung, diabetes, darah tinggi, atau asma atau ginjal , kemungkinan mati itu kecil sekali. Ya hanya 0,2% saja. Mengapa? Dalam diri kamu ada daya tahan atau imun yang bisa berproduksi sendiri bila virus corona itu menyerang. Melalui proses beberapa hari, kamu akan kebal dari virus itu. Karena imun kamu berhasil melawan virus. Kehidupan kembali normal”
“ Jadi siapapun berpotensi kena virus corona?
“ Ya. Siapapun. Justru karena itu agar tidak terjadi penularan secara massive terhadap orang yang berpotensi fatal, sebaiknya kita menahan diri tidak berbaur di tempat keramaian. Kalau bisa sementara tinggal di rumah sampai pemerintah selesai mengatasi mereka yang sudah terinfeksi virus. Nah selama di rumah, nikmati saja hari hari dengan santai. Makan yang bergizi. Konsumsi vitamin dozis tinggi. Seperti vitamin C, B6. Engga usah panik. Jangan baca berita di sosial media yang membuat kamu kawatir dan panik. “
“ Tapi mengapa dunia jadi panik?
“ Kepanikan satu hal, virus corona lain hal. Sebetulnya engga perlu panik. Ikuti saja SOP dari pemerintah. Toh kita tahu tubuh kita mampu memproduksi imun melawan virus itu. Nah kalau tahu itu, jaga kesehatan dan perkuat daya tahan tubuh dengan konsumsi vitamin. Gitu saja.”
“ Kamu belum jawab pertanya aku. Kenapa pemerintah di dunia ini panik?
“ Pemerintah tidak panik. Biasa saja. Yang panik itu kan masyarakat. Dan itu penyebabnya karena berita media massa, yang setiap hari dijejalkan kepada setiap orang lewat gadget.”
“ Ah yang benar kamu. Pemerintah semua panik.”
“ Coba perhatikan ya. Semua negara yang punya utang besar, pemerintahnya hanya focus bagaimana mengeluarkan stimulus ekonomi. China keluarkan stimulus USD 370 miliar dollar. Itu sama dengan dua kali APBN kita. India juga keluarkan stimulus sebesar USD 120 miliar dollar. AS juga mengeluarkan stimulus sebedar USD 700 miliar. Jepang sebesar US$47 miliar. Korsel sebesar USD 9,9 miliar. Pemerintah Thailand mempertimbangkan stimulus khusus senilai lebih dari 100 miliar baht (US$3,2 miliar). Singapore sebesar USS$ 6,4 miliar (US$4,6 miliar), Pemerintah Malaysia mengalokasikan 20 miliar ringgit ($ 4,8 miliar) dalam paket stimulus khusus yang difokuskan untuk membantu sektor bisnis, terutama pariwisata. Pemerintah Italia telah mengalokasikan 7,5 miliar euro (US$8,4 miliar). Indonesia, Rp. 158 triliun.
Bayangkanlah, kalau tidak ada wabah virus corona mana mungkin pemerintah punya kekuatan politik keluarkan paket stimulus. Faktanya dari total dana stimulus itu, dana untuk alokasi corona hanya 15% saja. Contoh India keluarkan stimulus USD 120 miliar. Untuk bansos rakyat kecil dan biaya melawan corona hanya USD 22 miliar. Sisanya untuk dunia usaha. Indonesia dari Rp. 158 triliun itu, yang disalurkan untuk melawan corona dan bansos hanya Rp 15 triliun saja.”
“ Apa sih stimulus itu?
“Pompa uang ke masyarakat."
“ Jadi…segitunya. Hanya soal ekonomi ” Katanya melongok.
“ Maksud kamu apa ?
“ Jadi virus corona hanya excuse untuk keluarnya program stimulus, dan itu lebih banyak untuk kepentingan dunia usaha dan perbankan agar tidak bangkrut.”
“ Jangan paranoid kamu. Tanpa pengusaha dan bank siapa yang bisa menggerakan ekonomi? pikir itu“
“ Jadi apa dong?
“ Itu seperti kata Adam Smith. Pernah dengar istilah invisible hand. Itulah yang terjadi dalam dunia kapitalis. “
“ Blessing in disguise, gitu ya. “ Katanya sinis. “ Tapi gimanapun itu sama saja merampas uang rakyat dari kantong dengan istilah mesranya adalah stimulus’
“ Bukan merampas. Tetapi economy adjustment. “kataku meluruskan.
“ Benar juga ya. Kalau tidak ada corona, tidak ada kepanikan, dan orang tetap sibuk bicara politik. Irak dan AS akan terus ribut. Turki dan Suriah akan terus baku hantam. Israel dan Palestina akan terus saling lempar rudal. India akan terus ribut soal politik identitas, indonesia semakin rusuh oleh barisan sakit hati. Malaysia akan semakin memanas akibat Anwar Ibrahim gagal jadi PM. Krisis politik di Italia mungkin bisa membuat Uni Eropa bubar. Perang dagang China-AS akan berujung perang militer. Dapat dipastikan keadaan ekonomi semakin susah karena sulit mendapatkan konsesus politik menghadapi issue utama, yaitu krisis ekonomi” Katanya.
“ Makanya saatnya kini kita harus perkuat persatuan dan jaga trust pemerintah. Lupakan politik. Semua akan baik baik saja. “ kataku tersenyum. Tapi ketika aku lirik matanya sudah redup. Dia sudah ngantuk. Akupun berlalu diam diam seraya memperbaiki dasternya yang tersingkap. Pulang.***
No comments:
Post a Comment