Pada Era SBY ada ide besar yaitu membuat jalan Toll Trans Java. Sebetulnya ide ini sudah ada di era Soeharto. Namun karena keterbatasan sumber dana makanya jadi lambat prosesnya. Sebagaimana jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang memiliki panjang mencapai 116,7 kilo meter (KM). Proyek ini direncanakan sejak tahun 1996 era Soeharto. Di era SBY tahun 2013 proyek mulai dikerjakan dan, dijadikan bagian dari proyek jalan tol Trans Jawa yang melewati 5 kabupaten di Jawa Barat yaitu Kabupaten Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka dan Cirebon. Tol yang memiliki 99 jembatan tersebut akan terhubung dengan Jalan Tol Jakarta – Cikampek dan Jalan Tol Palimanan – Kanci.
Ciri khas proyek era Soeharto dan SBY untuk business konsesi infrastruktur ekonomi lebih banyak jatuh kepada swasta nasional daripada BUMN. Apakah swasta nasional memang mampu dan punya uang? tidak juga.
Perhatikan skemanya. Pemilik konsesi proyek ini adalah PT Lintas Marga Sedaya (LMS). Pemegang saham LMS adalah PT. Baskhara Utama sebesar 45%. Sisanya 55% saham dikuasai Plus Expressways Berhad ( anak perusahaan UEM Group Berhad Malaysia). Pembiayaan ini menggunakan non recourse loan. Artinya collateral proyek itu adalah proyek itu sendiri atau konsesi yang dimiliki. Loan To Value adalah 70% dari nilai proyek. Sisanya sebesar 30% harus berupa cash equity. Siapa yang keluar 30% itu? Plus Expressway sebagai investor asing. BUS keluar apa ? Akses politik untuk dapatkan konsesi bisnis jalan Tol.
Jadi value PT. Baskhara Utama dalam LMS adalah berupa goodwill mendapatkan konsesi jalan toll. Ini asset politik pemegang saham BUS, yang wajar dihargai tinggi yaitu 45% saham. Besar kan goodwill nya?, ya besar. Karena BUS bukan hanya punya konsesi bisnis tetapi juga punya akses politik untuk mengatur konsorsium bank memberikan pinjaman. Tahukah anda?. Proyek ini melibatkan sindikasi 22 bank yang dipimpin PT Bank BCA Tbk (BBCA) bersama dengan PT Bank DKI. Hampir semua bank BUMN terlibat dalam menyalurkan kredit ke proyek ini. Kalau tanpa lobi politik hebat boss BUS rasanya tidak mungkin penggalangan dana 70% proyek ini dapat sukses. Hebatkan, BUS tanpa keluar uang, dapat saham 45% proyek terpanjang di Indonesia.
Konsorsium bank terlibat dalam pembiayaan bukan hanya karena dukungan politik sangat kuat di era SBY kepada proyek ini tetapi juga ada exit strategi yang bisa menghasilkan uang cepat. Apa itu? melepas saham kosong itu kepada PT Astratel Nusantara yang merupakan anak perusahaan PT Astra International Tbk. Maklum pemegang saham utama BUS adalah Edwin Soeryadjaya, yang pemegang saham pengendali utama Saratoga dan Recapital yang merupakan induk dari BUS. Dan semua tahu bahwa Edwin Suryajaya adalah putra dari pendiri Astra International. Maka klop dah stategi itu. Benarlah, setelah proyek selesai di bangun tahun 2015, tahun 2016 dan 2017 proses akuisi terjadi secara sistematis.
Tahun 2017, PT Astratel Nusantara ( Astra Infra) mengambil alih 60 persen saham PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) dari PT Karsa Sedaya Sejahtera dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA). Maka Astra Infra menguasai 100 persen saham BUS. BUS sendiri merupakan pemegang 45 persen saham PT Lintas Marga Sedaya (LMS). Dengan demikian kepemilikan saham efektif Astra Infra bertambah 22,7 persen yang sebelumnya tahun 2016 adalah 22,3%. Sehingga total kepemilikan efektif saham Astra Infra di LMS menjadi 45 persen. Sandi Cs keluar dari proyek tol Cipali dengan mendapatkan uang tunai triliunan atas capital gain 45 % saham yang tadinya hanya modal lobi dan akses politik. Dan itu berkat kedekatan Sandi dengan PD di era SBY. Dan juga Edwin melalui kakaknya ( Edwar ) yang bendahara Golkar. Semua tahu Golkar adalah partai koalisi pendukung SBY.
Di era Jokowi cara bisnis konsesi seperti tersebut diatas tidak bisa lagi dilakukan swasta. Jokowi lebih memilih BUMN untuk kerjakan skema tersebut dan capital gain masuk ke kas BUMN. Kalau swasta , maka pastikan mereka bawa uang sendiri dan tidak bisa tarik pinjaman dari bank dalam negeri. Atau silahkan gandeng investor asing dan pastikan juga bawa uang tunai 100%. Kalau engga, lebih baik minggir aja. Tiga bulan setelah dinyatakan menang tender maka harus financial closing. Kalau engga, ijin dicabut. Mengapa ? jalan toll itu asset nya milik negara, investor hanya dapat hak konsesi ( kelola) , kan lucu kalau duitnya dari bank dalam negeri. Itu sama saja boong. Modal ente apa ? Makelar sapi udah engga laku lagi..
No comments:
Post a Comment