Wednesday, July 24, 2024

Perubahan itu keniscayaan..

 



Awalnya kita datang, dan kita memilih. Pedagang melayani kita dengan sepenuh hati. Bargain terjadi.  Meriah banget. Makanya dulu waktu ABG setiap hari minggu saya suka temanin ibu saya belanja ke pasar tradisional. Setelah berkeluarga hobi itu saya lanjutkan. Temanin istri belanja di hari minggu. Saya suka lihat istri saya tawar menawar. Itu sesuatu banget. Tetapi lambat laun kemeriahan pasar itu tergantikan dengan hadirnya pasar Swalayan.  Tidak ada lagi bargain harga. Semua harga di bandrol. Tidak ada lagi pedagang, yang ada hanya SPG. Kita datang dan kita melayani diri kita sendiri. 


Kemudian lambat laun keadaan berubah. Pasar tradisional nyaris karam. Sementara Pasar Swalayan sudah redup. Berangsur angsur digantikan dengan belanja daring. Kita tidak perlu datang ke toko. Harga di bandrol, tetapi lewat ecommerce marketplace kita bisa memilih harga terbaik dari  sekian banyak virtual shop yang ada. Kita bebas memilih dan bayar. Tak ada tatap muka antara pedagang dan konsumen. Digantikan oleh operator ecommerce. Barang datang sendiri sesuai pesanan. Operator logistik bekerja.


Dan kelak bila komputer quantum sudah established menggantikan komputer Bit yang konvensional maka  Artificial intelligence (AI) akan mengubah belanja daring menjadi belanja dengan robot atau mesin. Tidak ada lagi operator ecommerce yang dikendalikan manusia. Tidak ada lagi operator Logistik yang dikendalikan manusia. Semua sudah digantikan oleh mesin robot bernama AI. Yang ada hanya konsumen dan produsen. Terlibat secara langsung. Free of chose seperti kata Milton Friedman menampakan wujudnya.


Dalam proses perubahan itu tentu tidak terjadi dengan mulus. Walau basic teori filosofi pasar modern dipahami lewat ratifikasi WTO, Free trade Area, tetapi tentu perubahan yang cepat itu kadang menimbulkan kegamangan.  Para pengamat dan elite politik bersuara lewat media. Mereka sering kali membesar-besarkan kelebihan kapasitas produksi China sebagai alasan China melakukan praktek dumping terhadap EV, panel surya, baterai litium, tekstil dan lain lain. Katanya karena ulah China itu mengganggu keseimbangan pasokan-permintaan global. Menyebabkan penurunan drastis harga  di pasar. Dalam jangka panjang akan merugikan keberlanjutan manufaktur global. Itu hanya teori absurd untuk membenarkan alasan  proteksionisme pasar. 


Secara teoritis, kelebihan kapasitas biasanya apabila kapasitas produksi industri secara signifikan melebihi permintaan. Kelebihan pasokan akan menurunkan harga yang tajam. Jelasnya, definisi ini menghubungkan kelebihan kapasitas dan ketidakseimbangan pasokan-permintaan. Dari perspektif hukum,  yang menjalankan fungsi ekonomi pasar adalah  Produsen (sisi penawaran) dan Konsumen (sisi permintaan) Mereka terpisah dan perilakunya sangat bervariasi. Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan dan penawaran.  Seperti adanya pandemi atau bencana alam, kebijakan makroekonomi, perubahan preferensi konsumen, kemajuan teknologi dan lain lain.


Oleh karena itu, keseimbangan penawaran-permintaan adalah bersifat sesaat dan relatif, sedangkan ketidakseimbangan supply-demand bersifat normal dan mutlak. Dari prinsip inilah peran harga sangat menentukan untuk mengarahkan penawaran dan permintaan menuju keseimbangan baru. Oleh karena itu, ketidakseimbangan pasokan-permintaan adalah hal yang lumrah  dalam mekanisme pasar, dan kita tidak boleh menyamakannya dengan kelebihan kapasitas. Apalagi sampai menjadikan issue kelebihan kapasitas sebagai alasan dumping dengan tindakan protektif. Itu distorsi terhadap mekanisme pasar.


Menurut saya, sikap proteksionisme tersebut membuktikan perubahan itu tidak mudah. Apalagi beranjak dari comfort zone ke competitive zone. Bagaimanapun China lead dalam melakukan perubahan itu. Yang korban,  bukan hanya international tetapi juga dalam negeri China sendiri. Ekonomi mereka slow down karenanya. China tidak punya banyak pilihan. Karena mereka harus focus kepada program sustainable growth yang high quality. Mekanisme pasar harus menjamin tidak ada lagi Industri dan manufaktur yang sesukanya tentukan harga dan menentukan margin sehingga pasar tidak efisien dan konsumen dirugikan. Enough is enough.


Satu satunya yang tidak berubah dalam kehidupan ini adalah perubahan itu sendiri. Ia suatu keniscayaan. Apalagi penghormatan terhadap hak privasi menjadi spirit bergerak nya mesin ekonomi pasar. Tanpa orientasi kepuasan pelanggan, apapun produk akan ditinggalkan pelanggan. Setiap produsen dan pedagang harus memahami ini. Kalau tidak, mereka akan digilas oleh perubahan. Apapun tindakan protektif pemerintah yang mendistorsi pasar akan mematikan motivasi berproduksi dan mematikan daya saing. Pada akhirnya yang menang adalah penguasaan  teknologi yang menciptakan efisiensi lewat innovation dan harga bersaing. Pahami itu.

No comments: