Monday, October 18, 2021

Uang...?

 




Di cafe saya asyik dengan segelas kopi dan rokok GG. Kebetulan hari masih sore belum begitu ramai pengunjung. Waitress tegur saya. “ Sendirian pak ?


“ Ya lagi tunggu agak malaman biar pulang engga macet.” Kata saya cuek.


“ Enak ya kalau ada uang. “ Katanya duduk disebelah saya.


“ Kenapa ?


“ Ya, nunggu macet aja, nongkrong di cafe. “


“ Milih banyak uang atau hidup seperti yang Tuhan mau? Kata saya.


“ Ya uang.”


“ Makanya  kamu engga dapat apa apa. “


“ Loh…Kenapa ? Salah ? Katanya terkejut. Wajah putih Manado yang merona kalau terkejut memang semakin cantik.


“ Uang lah yang membuat kamu tidak bisa hidup seperti yang kamu mau. Kalaupun kamu dapat uang, kamu tidak akan mendapatkan apa apa dan tidak akan menjadi apa apa, dan kamu bukan siapa siapa”


“ Duh bapak tega amat. “


“ Engga tega. Sikap kamu itu cermin dari kebanyakan orang. Kalau disurvey, 10 orang ditanya, 9 jawabannya pasti sama dengan kamu, yaitu memilih uang.” Kata saya.


“ Jadi gimana seharusnya ?


“ Pilihlah jalan seperti Tuhan mau. Maka uang akan datang lewat kerja yang bernilai, pengetahuan yang berkarakter, politik yang berprinsip dan bisnis yang bermoral. Maka beribadahpun akan mudah dan berkorbapun jadi membahagiakan” Kata saya.


***

Akar semua masalah di dunia ini adalah cinta uang. Menurut Frederick Lewis Donaldson, karena uang membuat orang menciptakan 7 dosa besar kehidupan. Apa itu.? Pertama, duit banyak tapi kerjaan tanpa nilai. Ada anak muda yang kaya raya dari berbisnis konten Youtube. dan mendapatkan income dari iklan. Orang banyak kagum dan mengatakan mereka smart. Semakin banyak orang kagum, semakin banyak follower semakin kaya dia.


Sumber lahirnya peradadan digital dan multimedia itu adalah AS dan Eropa. Kini mereka bingung. Di Toko tidak tersedia barang. Karena China mengurangi pasokan barang ke pasar. Apakah uang bernilai ketika barang tidak ada di pasar?. Apakah barang bisa dihasilkan dari kerja online? Kan engga. Harus bangun pabrik dan kerja keras agar barang bisa dihasilkan dan uang jadi benilai. Seni berbagi atas dasar human being bisa terjadi.


Kedua, kesenangan diraih tanpa hati nurani. Era digital sekarang orang sampai pada satu euforia bahwa IT menyelesaikan semua masalah dan memudahkan semua hal. Kelas menengah mengejar kesenangan lewat smarphone. Hubungan sosial walau tak lagi berjarak namun nurani semakin jauh berjarak. Mudah melepaskan emosi kebencian dan amarah lewat sosmed. Orang tak lagi rindu untuk bersilahturahmi secara phisik.


Ketiga, pengetahuan tanpa karakter.  Begitu banyak orang pintar diciptakan oleh kampus terbaik. Tetapi dunia tidak semakin baik. Pertikaian terus terjadi. Permusuhan dikekalkan.  Kebencian jadi air susu ibu. Keempat, business tanpa moralitas. Semakin besar PDB dan semakin besar APBN, semakin besar rasio GINI. Orang semakin berjarak dan kelas pun tercipta. Kelima, beragama tanpa nilai pengorbanan. Begitu banyak orang beragama, tapi orang semakin ragu berkorban. Cinta jadi serba bersarat. Karenanya uang membuat orang semakin miskin cinta. Hipokrit! Keenam, politik tanpa prinsip. Karena uang, UU diciptakan lewat transaksional agar rente tercipta, melahirkan segelintir orang kaya raya, dengan menjadikan orang miskin sebagai alat politik untuk terus berkuasa atas nama keadilan. 


Dan Ketujuh, kemajuan sains tanpa nilai nilai kemanusiaan. Sejak bebepa tahun lalu, pertumbuhan industri elektronika yang rakus listrik sangat cepat. Misal Pabrik apple , 1 line itu membutukan listrik 1000 MW. Di China, ada 12 pabrik Apple. Itu sama dengan 1/4 kapasitas listrik kita secara nasional. Mengapa begitu rakus? karena mengubah logam tanah jarang jadi metal itu memerlukan energi besar untuk menghasilkan panas tinggi seperti energi fusi. Belum lagi pabrik processor  yang sangat rakus listrik untuk mengolah berbagai logam menjadi metal yang tahan panas tinggi.  


Dari perkembangan Industri elektronika untuk mendukung bisnis IT, diperlukan data center, yang juga rakus listrik untuk menggerakan server berskala terrabit. Untuk ukuran data center menengah saja, sedikitnya membutuhhkan listrik 100 Mega Wat. Bayangin berapa banyak data center di dunia ini. Bahkan satu penambang Bitcoint dengan dereten server membutuhkan  listrik yang setara dengan listrik satu kota. Jadi mimpi dunia mau masuk ke cyber community dan hidup dengan artificial intellgent, Internet of things, tidak semudah itu terjelma. 


Dan sekarang dunia menghadapi krisis energi. Karena energi alternatif tidak cukup memenuhi kerakusan manusia untuk masuk ke abad digital.  Mobil listrik memang solusi pengganti BBM, tetapi menciptakan baterai itu memerlukan energi listrik raksasa. Lebih besar dari kebutuhan listrik satu kota. Jadi, yang kita anggap mudah, murah, hemat, sesungguhnya sangat tidak mudah, bahkan mahal. Apalagi kalau kekurangan energi itu kita pasok dari energi fosil, ya paradox: kemajuan dicapai, yang pada waktu bersamaan bunuh diri akibat pencemaran udara. Bencana akibat perubahan iklim hanya masalah waktu. 



Tuesday, October 5, 2021

Pencucian Uang dan Pandora Papers

 



Pencucian uang adalah operasi menyamarkan uang haram hasil kriminal. Hasil kriminal ini bisa saja dari korupsi, penggelapan pajak, narkoba, pelacuran, donasi teroris. Data dari Global Financial Integrity 2015. Dalam rentang waktu dari 2003 sampai dengan 2012, uang haram asal Indonesia mengalir ke negara surga pajak (tax haven) sebesar US$187,844 miliar atau Rp2.442 triliun dengan kurs Rp13 ribu. Bayangkan jumlahnya saat itu hampir setara dengan utang Indonesia sejak era Soekarno. Menurut data indonesia masuk 10 besar negara yang paling banyak uang haram.


Gimana caranya uang haram itu disamarkan ? Operasi pencucian uang itu dilakukan lewat tiga tahap. Pertama, Placement ( penempatan), Kedua, layering ( disamarkan), Ketiga integration ( dipakai). Agar sederhana saya analogikan lewat cerita sebagai berikut:


Placement

Udin dapat uang hasil haram. Uang itu ditempatkan di bank secara bertahap. Kemudian dia beli SBN atau Saham. Ditempatkan di bank custody. Setelah cukup besar asset itu, oleh lawyer dan fund manager yang ada di luar negeri, asset berupa SBN dan Saham itu dicairkan dan dipindahkan ke rekening perusahaan bebas pajak ( perusahaan cangkang ). Kemudian, Udin datangi Asset Management Company (perusahaan pengelola aset.) di luar negeri agar uang haram itu bisa dia pergunakan secara bebas.


Layering

Gimana caranya Asset Management Company mengatur agar asal usul uang bisa disamarkan dan bebas digunakan ? Rekening cash pada perusahaan cangkang itu dijadikan jaminan ( semacam Credit Default Swap) untuk terbitkan Credit Link Note. Apa itu credit link note? surat berharga yang terhubung (link ) dengan Saham yang terdaftar di bursa utama. Tentu saham blue chip yang tingkat likuiditasnya tinggi. Contoh, Credit link note, terhubung dengan saham Apple. Value Credit link note sama dengan valuasi Apple. Mengapa orang percaya? Karena Credit link note itu jaminannya tunai. Underlying dari Credit Link note itu adalah memberi pinjaman kepada  proyek Udin di Indonesia atau dimana saja. 


Integration

Setelah itu, Credit Link note itu dijual di market dengan harga diskon 3%. Uang hasil penjualan Credit link note itu masuk ke rekening proyek Udin. Nah yang hebatnya, Udin tunjuk proxy ( nominee atau mandat) sebagai pemegang sahan dan direktur perusahaan di proyek itu. Makanya jangan kaget kalau muncul OKB setelah tahun 2003 di Indonesia. Mereka sebenarnya proxy. Sementara Udin, hidup senang tanpa keliatan kaya raya. Selesai.


Nah perhatikan uraian tersebut diatas. Kalaupun diketahui, ada aliran dana dari Indonesia ke luar negeri dan masuk ke rekening perusahaan cangkang. Itu akan jadi blankspot. Mengapa ? Uang yang ada di rekening perusahaan cangkang itu sudah nol. Karena sudah berpindah ke rekening credit default swap untuk jaminan cash penerbitan Credit Link Note. Artinya, uang yang mengalir ke rekening proyek Udin, itu berasal dari market. Pasti clean and clear. 


Gimana seandainya negara tetap curiga kepada Udin?, Ya, tetap saja Negara engga bisa sita perusahaan Udin. Mengapa? perusahaan Udin itu terikat dengan kreditur asing, yang terhubung dengan Pasar modal. Senggol Udin, bursa akan goyang. Engga ada negara di dunia mau Pasar modalnya goyang. Jadi bagaimana solusinya agar uang haram itu kembali ke Indonesia dan pemilik sebenarnya muncul kepermukaan? ya sederhana saja. Adakan ampunan pajak ( tax Amnesty). Dengan adanya tax amnesty itu, Udin  bisa ikut repatriasi asset dengan mencatatkan saham proxy di dalam dan luar negeri itu jadi milik dia. Otomatis Udin akan masuk daftar potensial pembayar pajak. Dan Udin akan lebih aman dan tenang. Dia bisa masuk partai. Anak dan keluarganya bisa dapat warisan secara clean tanpa kawatir dikejar pajak soal asal usul uang. Sementara negara dapat pajak dari Perusahaan Udin. 


Monday, October 4, 2021

Sri Prakash Lohia


 

Lohia, yang mungkin terdengar asing, tetapi dia orang Indonesia loh. Tentu bukan pribumi. Nama lengkapnya, Sri Prakash Lohia. Kekayaan Lohia, menurut Forbes, mencapai US$6,6 miliar atau setara Rp94,05 triliun (Rp14.250 per dolar AS) pada Rabu (8/9). Kekayaannya berhasil menandingi Prajogo Pangestu yang saat ini mencapai US$5,9 miliar. Memungkinkan dia masuk urutan ke empat terkaya di Indonesia. Apa bisnis Lohia? Semua tahu kan, Indorama? ya perusahaan tekstil terpadu dan petrokimia.


Siapa Lohia? Ia lahir pada tanggal 11 Agustus 1952 di India. Ayahnya bernama Mohan Lal Lohia seorang pengusaha garmen. Ia lahir dari keluarga kelas menengah. Ia lulusan dari Universitas New Delhi dengan gelar Bachelor of Commerce. Praktis masa remajanya dihabiskan berbisnis membantu ayahnya. Pada tahun 1974, keluarganya memutuskan hijrah ke Indonesia dan mendirikan pabrik benang untuk tekstil di kota Purwakarta, Indonesia.


Diusia yang sangat muda, 22 tahun, ia meminta mandiri kepada Ayahnya untuk mendirikan pabrik garment. Investasi awalnya sebesar US$10 juta, dengan  karyawan 2000 orang. Kerja keras yang luar biasa, usahanya berkembang pesat. Kelebihan dia dari ayahnya adalah soal pendidikan dia yang lebih tinggi. Visinya bukan sekesar garment dan tekstil, tetapi juga industri yang terkait dengan supply chain. Tahun 1990 melalui Indorama Ventures, dia membangun pabrik polyethylene terephthalate (PET). Bahan baku untuk membuat produk plastik seperti botol plastik. Kini menjadi salah satu pabrik resin terbesar di dunia.


Tahun 2006 dia mengakuisisi BUMN Nigeria, National Petroleum Corporation,  yang selalu merugi dan nyaris bangkrut. Setelah dia akuisisi, mampu berproduksi dengan kapasitas penuh yaitu 350.000 poliolefin per tahun. Hasil produksinya pun tidak hanya dijual di Afrika, namun juga diekspor ke seluruh dunia. Bahkan PMA  milik Amerika di Nigeria, Old World Industries Inc, tahun 2012, dia akuisisi. Itu juga tadinya nyaris bangkrut, tetapi dibawah kelola tangan dingin Lohia, bisa mencetak laba.


Sulit dibayangkan sebuah perusahaan bermodal awal US$10 juta kini melonjak jadi perusahaan bernilai US$7 miliar atau Rp67,3 triliun. Bisnisnya menyebar di seluruh dunia dimana Indorama Group atau Indorama Corporation telah memiliki 39 pabrik yang tersebar di 19 negara. Sangat berbeda dengan Industri teksti yang legendaris seperti Pardedetex dan Sritex, yang justru meredum dan akhirnya tenggelam ditelan kompetisi.


Apa yang bisa ditarik dari kisah sukses Lohia ini? pertama, dia masuk ke bisnis supply chain untuk industri. Artinya dia menguasai bahan penolong ( linked product ) untuk proses produksi orang lain. Tentulah aman dari segi market. Namun dia tidak gunakan keunggulannya untuk memeras konsumen. Tetapi menjadikan mereka sebagai stakeholder. Dia berusaha memberikan harga yang kompetitif lewat riset dan efisiensi. Dalam hal industri yang langsung ke konsumen seperti garmen dan tekstil, dia membangun secara terintegrasi. Sehingga efisien dan mudah bersaing di pasar retail. Kedua, dia berusaha menguasai akses terhadap bahan baku. Makanya dia tidak takut akuisisi BUMN yang merugi karena dia tahu BUMN itu punya akses kepada bahan baku.


Ketiga, dia membangun pabrik dekat kepada bahan baku atau pasar. Jadi lebih efisien  soal logistik. Keempat, semua pembiayaan sudah menerapkan financial engineering, artinya dia membangun ekosistem financial dalam bisnis yang dia ciptakan, sehingga dia tidak pernah kesulitan keuangan untuk ekspansi. Keempat, sangat peduli kepada SDM,  lewat pendidikan yang bersandar kepada passion. Kelima, rendah hati.