Sunday, January 12, 2014

Berbisnislah dengan baik, hiduplah sederhana



“ Kamu kan boss. Punya perusahaan. Mengapa penampilan kamu terlalu sederhana. Apa susahnya sih bagi kamu beli tas hermes. Engga akan berkurang harta kamu. “ Kata temanku Fitri. Aku hanya tersenyum. Ingat sudah lebih 10 tahun menjanda, tak ada satupun pria tertarik kepadaku. Padahal aku engga jelek amat. Tetapi karena lingkungan pergaulanku orang berkelas, tentu ukuran mereka dari aksesoris yang ada.

Aku melamunkan seorang pria,  yang kini aku hanya tahu namanya dari media sosial. Padahal 7 tahun lalu aku pernah bertemu dengannya dalam situasi coincidental. Tapi pertemuan itu telah mengubah hidupku dan memperbaiki sikapku sampai kini. Kalau ingat kali pertama bertemu dengannya, aku selalu menyesal. Menyesal karena sikapku yang tidak ramah dan merendahkannya. Karenanya,  sampai kini walau begitu besar keinginan untuk bertemu, aku selalu kawatir akan salah lagi. Biarlah dia hadir dalam imajinasiku. Apalagi lewat tulisannya di facebook , semakin menyadarkan aku bahwa dia memang tidak terjangkau olehku. 

***

Di tengah guyuran hujan lebat, aku berhasil masuk ke dalam Mall Plaza Indonesia. Janji bertemu dengan Rian di Cafe yang ada di Mall ini. Rian berjanji akan memberikan pekerjaan untukku. Dia sahabatku waktu kuliah di Pert, Australia. Sudah tiga bulan  aku di PHK oleh perusahaan PH. Sejak itu kehidupan ekonomiku sebagai single parent murat marit. Apalagi mantan suamiku tidak peduli dengan biaya kedua anaknya yang kini jadi bebanku. Ketika aku masuk cafe, Rian belum datang. Dia memang bilang akan datang agak terlambat. Aku memilih tempat di Table Bar. Kawatir pesan table khusus karena bingung darimana bayarnya kalau ternyata Rian tidak jadi datang. Di table Bar lebih aman. Pesan secangkir juice seharga Rp. 85.000, tidak ada masalah. Dengan itu aku bisa tenang menanti Rian datang.

Setelah 30 menit berlalu, aku dapat WA dari Rian “ Maaf Wik, aku engga bisa datang. Mendadak istriku minta diantar ke dokter. Maaf ya. Nanti kita atur lagi pertemuan.” begitu pesannya. Aku menghela napas panjang.  Sebetulnya aku bukan hanya perlu kerjaan tetapi juga perlu utangan dari Rian. Benar benar hari ini di dompetku uang hanya Rp.100.000. Bayar minuman , kembaliannya tidak cukup bayar gojec pulang. Di luar hujan semakin deras. Aku membayangkan kedua putriku tentu ketakutan dengar suara petir menggelegar. Biasanya kalau mendengar suara petir mereka akan memelukku.  Terbayang rumah kontrakan yang belum dibayar. Sudah tiga kali pemilik kontrakan datang dan mengancam akan mengusirku. Uang pendaftaran sekolah putri sulungku belum ada. Kalau gagal dapatkan uang  malam ini, terpaksa putriku harus menunda  masuk sekolah tahun depan. 

“ Oh Tuhan, mengapa sesulit ini hidup yang kurasakan. Kemana aku harus minta tolong. Beri jalanku untuk setitik cahaya agar bisa keluar dari kelam.” Doaku dalam kesendirian. 

“ Anda sendirian? kata seorang pria duduk di sebelahku. Keliatan ramah sekali. Aku melirik usianya mungkin 40an atau setidaknya 50 tahun. Dari penampilannya keliatan tidak bonafide. Jam tangan tidak ada. Rokoknya bukan cigar. Rokok orang kampung, Gudang Garam. Kacamatanya seharga tidak lebih Rp. 2 juta. Aku kenal betul semua aksesoris orang. Maklum pekerjaanku sebagai art director iklan yang menguasai detail life style hidup orang.

“ Ya. “ Jawabku sekenanya. Mengapa orang ini terus bertanya. Apa  dia pikir aku wanita  murahan yang sedang cari mangsa di cafe. 

“ Oh kalau gitu anda mau pulang sekarang?

“ Ya tapi di luar hujan deras. “ Kataku acuh.

“ Kerja dimana ?

“ Ngangur. “

“ Punya anak?

“ Punya.” Kataku ketus. Aku lagi banyak masalah mengapa pria ini banyak tanya. Apakah dia tidak bisa membiarkan aku sendirian. Tapi dengan sikapku yang acuh itu,  dia tahu diri. Dia tidak lagi bertanya.

Gadgetku bergetar. Aku melirik ada panggilan dari Rian. “ Wik, kamu udah pulang “ katanya di seberang.
“ Masih ketahan di Cafe. Hujan deras. “
“ Kalau begitu nanti habis antar istri ke dokter aku mampir ke PI.” 
“ Duh terimaksih Rian. Aku tunggu ya.” Kataku penuh harapan.

Benarlah tak lebih sejam menanti Rian sudah ada di cafe itu. Kami memilih table untuk makan malam. 

‘ Wik kamu kenal, kan dengan Pak Bimo?

“ Oh Pak Bimo yang pernah jadi client aku untuk iklan dan buat CP?

“ Ya. Betul’

“ Ada apa?

“ Dia suka kamu. “

“ Maksud kamu?

“ Dia minta kamu jadi asisten pribadinya. “

“ Aku orang art director. Mana paham aku kerjaan asisten pribadi.”

“ Maksudnya temani pak Bimo keluar negeri.”

“ Apa? Kataku setengah berteriak.

“ Jangan tersinggung, wik. Bayarannya mahal. Dia berani kasih Rp. 25 juta untuk temani dia ke luar negeri.  Hanya tiga hari saja.”

“ Kamu suruh aku jual diri.”

“ Bukan. Tepatnya kerjasama. Dia janji mau kasih aku kerjaan banyak untuk buat iklan produknya. Nah kamu nanti bisa kerja sama aku. Kita bagi saham sama rata. “

Aku mulai terpikir. Ini hanya taktik bisnis untuk dapatkan clients kakap, bahkan paus. Tapi bagaimanapun aku tetap harus menjual kehormatanku. Bukan tidak mungkin nanti aku akan terus dimanfaatkan oleh Rian dan Pak Bimo. Bimo menginginkan kepuasan sek dariku. Rian inginkan keuntungan dari bisnis dengan Bimo. Walau aku dapat saham dan keuntungan yang sama, tetapi secara moral kehormatanku tergadaikan dan predikat  sarjana lulusan luar negeri tidak bernilai. Serendah itukah aku? apakah karena kemiskinan orang boleh terpaksa melacur? Lantas untuk apa aku sekolah tinggi kalau hanya jadi pecundang.

Entah mengapa aku tidak lagi melihat Rian sebagai sahabatku, tetapi predator yang mehalalkan segala cara untuk bisnis. Termasuk mengorbankan aku sebagai sahabatnya.

“ Maaf Rian, aku harus menolak. “ Kataku keras. 
“ Oh ya udah. Tolong utang kamu dibayar Wik. Soalnya aku butuh uang. Udah lebih tiga bulan perusahaanku engga dapat bayaran dari clients. Maklum lagi resesi. Cash flow clients lagi sulit, akupun jadi ikut sulit “

“ Kamu kan tahu aku lagi nganggur. Gimana mau bayar “ 

“ Ya utang tetap utang kan Wik. Kamu ada peluang tetapi kamu tolak. Jadi gimana?

Aku ingin marah besar kepada Rian. Mengapa dia berbeda dari dulu yang aku kenal waktu kuliah. “ Baik! beri aku waktu seminggu. Aku akan bayar.” kataku keras dan berlalu dari hadapannya. Aku  membayar bill aku sendiri. 

Di luar cafe hujan deras. Aku berdiri depan Starbucks. Tapi yang membuat darahku hampir berhenti adalah aku melihat pria yang aku kenal tadi di Bar sedang berjalan bersama pak Bimo kearah lobi Mall. Mereka berdua akrab sekali.  Bagaimana mungkin orang yang penampilannya lusuh tetapi bisa berteman dengan Pak Bimo. Pria itu melirik kearahku tetapi Pak Bimo tidak melihatku.

Pria itu mendekatiku, sementara Pak Bimo terus melangkah ke arah lobi. “ Anda mau pulang” 
“ Ya Pak. “
“ Itu pak Bimo ya.” Kataku sambil menunjuk ke arah pak Bimo.
“ Oh ya, dia direktur saya. Mari saya kenalkan.” Kata pria itu seraya memanggil Pak Bimo yang segera menoleh ke belakang. Pak Bimo menatapku denga terkejut.
“ Kenalkan teman saya “ kata pria itu kepada Pak Bimo, menyebut aku sebagai temannya. 
“ Oh saya udah kenal lama, pak, Dia kan wiwik”
“ Wah dunia kecil ya.” katanya.
Setelah bicara sebentar, " Pak saya ambil kendaraan. Bapak tunggu di sini aja." Kata Pak Bimo kepada pria itu.

 Tetapi entah mengapa aku punya keberanian untuk minta ongkos taksi dari pria itu. Itupun setelah Pak Bimo tidak ada.  “ Pak, maaf. Saya engga ada uang bayar taksi. Maaf pak. “ kataku terlontar begitu saja. Aku tak bisa menahan airmataku jatuh. Aku berusaha menahan tangis. Ini kali seumur hidupku begitu tak berdaya.

Pria itu terkejut namun dengan cepat dia mengeluarkan uang dari tas selempangnya.“ Maaf, saya engga  ada uang rupiah. Kamu terima aja ini. Bisa ditukar di money changer di basement.” Kata pria itu. Aku melirik uang dalam genggamanku. Itu pasti lebih dari 5 lembar pecahan USD 100. Benar. Ada 10 lembar. Artinya dia memberiku USD 1000. Entah mengapa uang itu pas untuk bayar kontrakan rumah yang nunggak 3 bulan dan uang pendaftaran sekolah putriku.
“ Maaf Pak, ini uangnya terlalu banyak. Saya hanya butuh taksi. “
“ Pakai saja uang itu.”
Dengan berat aku menyerahkan lagi uang itu kepadanya. Dia sempat tertegun ketika menerima kembali uang itu.
Dia mengeluarkan lagi uang dari kantongnya. “ Apakah ini cukup? katanya menyerahkan dua lembar Rp 100.000. Aku mengangguk “ Saya janji akan membayar uang ini pak. Pasti, Demi kedua anak saya.” kataku. Pria itu hanya tersenyum dan berlalu ketika kendaraan sudah sampai depan lobi.

***
Keesokannya Rian telp aku “ Wik, ada kabar bagus. Kamu bisa kerja langsung dengan aku. Pak Bimo mau kasih order dan dia  tidak minta kamu temanin dia keluar negeri. “
“ Aku ogah kerja sama kamu.”
“ Please Wik…kita kan teman’
“ Kamu bukan sahabatku. “ kataku ingat peristiwa tadi malam.
“ Please Wik. Pak Bimo hanya mau kasih order asalkan kamu kerja sama aku”
“ Pak Bimo?
“ Ya. Pak Bimo”
“ Kenapa dia berubah pikiran?
“ Engga tahu aku..”

Kini sejak kali pertama bertemu pria itu, sudah 7 tahun lebih aku tidak pernah  bertemu dengan pria itu lagi. Berkali kali aku datang ke cafe itu tetapi tidak pernah bertemu. Dan aku juga tidak punya keberanian bertanya dengan Pak Bimo tentang pria itu. Yang jelas usaha PH ku bersama Rian terus berkembang. Pak Bimo juga kenalkan dengan beberapa perusahaan yang berpotensi jadi clientku. Yang pasti sejak itu cara bersikapku juga berubah. Aku lebih rendah hati dan lebih punya rasa hormat kepada siapapun tanpa melihat penampilannya. Siapapun dia adalah manusia, dan setiap manusia bisa saja ia dikirim Tuhan sebagai malaikat penolong kita di tengah prahara ya kan. Dan yang lebih penting lagi adalah dalam kondisi berada dalam kesulitan, bahkan dalam kondisi tak tertanggungkan tetaplah jaga kehormatan. 

Dalam hidup ini yang kita perjuangkan adalah kehormatan. Kalau kehormatan tidak ada, tentu tidak ada makna hidup sesungguhnya yang harus kita perjuangkan. Semoga cerpenku, ini dimuatnya di blog. Setidaknya aku tahu bahwa dia mengingatku dan dia memang malaikatku.

Skandal Pasar uang Singapore



Tahun 2013 terjadi  skandal di pasar uang Singapore, yang dilakukan oleh trader melibatkan perbankan first class di Singapora. Sebetulnya skandal  ini sudah terindikasi sejak lama. Pada 28 Oktober 2012, Reuters melaporkan bahwa UBS dan RBS telah mensuspen lebih dari tiga orang trader di Singapura. Mereka diduga berkolusi mempermainkan kontrak jual/beli NDF di harga tertentu.  Saat itulah dilakukan investigasi besar besaran.  Dari hasil investigasi ini terkuaklah bisnis kotor pasar uang. Terjadi rekayasa melalui manipulasi kontrak berjangka valas. Rupiah termasuk mata uang yang dimanipulasi bersama baht Thailand, dong Vietnam, dan ringgit Malaysia dalam kontrak non delivery forward (NDF). Akibatnya, bank-bank sentral ASEAN, termasuk Bank Indonesia, mulai bersiaga. 

Apa itu NDF ? Adalah sejenis produk derivative dalam pasar uang. Kalau dianalogikan sama dengan sistem ijon. Yaitu sudah ada transaksi jual beli barang, kendati belum panen. Jadi NDF ini rada mirip dengan kontrak forward. Dalam forward, kedua belah pihak harus menyerahkan duit masing-masing pada prediksi kurs di masa yang akan datang yang sudah mereka sepakati. Namun bedanya, dalam NDF, ketika jatuh tempo, kedua belah pihak tak menyerahkan seluruh nilai valas transaksi yang disepakati. Mereka hanya menyerahkan selisih kurs hasil tebakan. Itu pun bukan dalam rupiah tapi dalam dollar AS.  Misalnya, ada kontrak NDF yang menebak sebulan lagi nilai tukar USD/IDR akan mencapai 10.000. Sebulan kemudian, ternyata kurs spot USD/IDR mencapai 9.500. Berarti yang membeli kontrak itu bakal rugi Rp 500, tentu saja ini dikalikan nilai kontrak yang dibeli dan dikonversikan ke dollar AS.  

Jadi NDF ini tidak ada underlying-nya. Ketika waktunya, mereka netting dan tinggal transfer. Ini seperti pasar tak bertuan karena tidak ada yang mengawasi. Nah di Singapura, kurs spot USD/IDR yang digunakan berasal dari fixing atau merata-ratakan  atau kuotasi kurs USD/IDR yang dimasukkan 18 bank kepada ABS (Association Banks of Singapore). Artinya, jika trader dapat menggerakkan nilai spot yang mereka masukkan atau berkolusi bersama ( Insider trade ) , maka mereka bisa meraup untung dari NDF.  Ada empat bank yang paling banyak melakukan transaksi NDF adalah UBS, JPMorgan Chase & Co, DBS Group Holdings Ltd, dan HSBC Holdings Plc. Kasusnya sama dengan skandal Libor di London yang juga melibatkan perbankan first class.

Mengapa manipulasi ini bisa terjadi ? Pasar NDF di Singapura berkembang sejak krisis moneter Asia terjadi. Waktu itu dana asing kabur dari negara-negara berkembang sehingga nilai tukar mata uang Asia termasuk rupiah hancur. Banyak negara Asia yang kemudian mulai menjaga nilai tukarnya. NDF memberi peluang bank untuk menghindari kontrol pemerintah itu. Sebab, NDF diperdagangkan over the counter. NDF menjadi opsi hedging dan jual beli mata uang yang tak boleh diperdagangkan di luar negeri seperti halnya rupiah. 

Seharusnya NDF ini tidak berpengaruh terhadap kurs rupiah. Sebab, transaksi derivatif ini tidak memiliki underlying. Tetapi, masalahnya, banyak pelaku pasar yang ikut menjual ketika asing di posisi jual. Ketika asing beli, mereka ikutan beli. Sikap follower ini yang luar biasa buruk dampaknya terhadap kurs. Mengapa ? rate NDF akan membawa sentimen ke perdagangan harian di dalam negeri alias onshore. Selain itu, bank-bank di dalam negeri juga banyak menggunakan acuan offshore yaitu kurs NDF dan spot USD/IDR. 

Masalahnya, sudah jamak kurs tengah yang ditetapkan oleh BI berselisih dengan kurs offshore itu. Bahkan, jika kita amati yang terjadi tahun tahun belakangan ini , kurs rupiah sangat bergejolak diperdagangan harian pasar offshore. Rupiah terombang-ambing oleh spekulan di pasar Singapura. Ini terutama berlangsung ketika rupiah melemah. Namun, jangan hanya menyalahkan spekulan di negeri Singa saja, karena pelaku transaksi NDF banyak yang berasal dari dalam negeri. Sebagian dari mereka merupakan spekulan yang mencari kesempatan diproduk yang jauh dari pengawasan regulator Indonesia. Sebagian lagi merupakan nasabah yang hendak melakukan lindung nilai (hedging), terlebih ketika pasokan dollar atau valas dalam negeri tipis. Valas tabungan banyak, tapi yang mau jual dollar sedikit. Meski NDF sangat kecil, pasar sering menjadikannya sebagai alat spekulasi.  

Posisi kurs mata uang ASEAN dikendalikan oleh segelintir pemain dan itu lewat operasi hedge fund yang penuh dengan tipu menipu. Dampaknya merampok devisa negara ASEAN tak terbilang. Pemain hedge fund tidak peduli. Otoritas tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan karena ini berkaitan dengan kebebasan pasar. Apalagi transaksi menggunakan perusahaan cangkang yang bebas pajak. Tahun 2013 bulan februari, BI mengirim surat kepada bank-bank devisa untuk mematuhi Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 10/ 37 /PBI/2008 pasal 4 ayat 1 dan 2. BI menegaskan ulang bahwa transaksi valas harus ada underling dan penyelesaian dengan nilai penuh. Dengan kata lain, NDF dilarang. Sehari sesudahnya, BI juga mengumumkan rencana pembuatan kurs acuan dalam negeri alias onshore reference rate. Caranya, BI akan mewajibkan 30 bank devisa untuk memasukkan kuotasi valas setiap hari. Cukup. Tidak. Tetap saja aksi pasar merugikan rupiah. Mengapa ? PBI yang melarang NDF sebenarnya sudah lama, tidak ada bank dalam negeri yang berani main NDF. Namun yang berspekulasi NDF adalah antar bank di Singapura dengan nasabah di Indonesia yang punya rekening offshore di di singapore.

Desember 2014 Jokowi memerintahkan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro ke Singapore untuk merundingkan transparansi transaksi nostro dan fostro yang dilakukan oleh warga negara Indonesia. Dasarnya adalah the Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes in the area of the automatic exchange of information.  Memang pada G-20 di Rusia tahun 2013 negara-negara anggota G-20 berkomitmen saling memberikan informasi yang relevan bagi negara-negara mitra untuk memberantas berbagai modus penghindaran pajak. Walau targetnya adalah wajib pajak namun tak bisa dipungkiri bahwa AEI punya agenda menggebuk pemain hedge fund yang memanfaatkan uang pengemplang pajak yang nongkrong di offshore lewat transaksi hedge fund. Jadi bunuh ular dengan pegang kepalanya.

Memang salah satu penyebab rupiah mudah dipermainkan pasar adalah minimnya instrumen valas di dalam negeri. Ini lantaran pasar valas kita masih dangkal, masih tertinggal dibandingkan Malaysia bahkan Filipina. Kedua negara itu pasar valasnya berkembang. Filipina karena didukung oleh transaksi remittance-nya yang besar. Contohnya saja instrumen forward USD/IDR di dalam negeri yang tersedia namun transaksinya tidak besar. Pasalnya, seringkali ketika ada permintaan valas, di sana tidak tersedia likuiditas yang bisa memenuhinya. Sejak tahun 2013 BI sudah mulai menyediakan term deposit valas dan aturan devisa hasil ekspor. Namun, cara ini tidak begitu efektif. Cara lain yang lebih instan adalah menambah produk atau instrumen valas di pasar. Dengan begitu, investor tak perlu lari ke luar negeri lagi untuk melakukan lindung nilai valas. Nah BI masuk kepasar dan menjadi bandar.

Pada bulan september 2018, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan aturan baru mengenai transaksi pasar Non-Deliverable Forward (NDF) di dalam negeri atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Keluarnya aturan ini untuk  memperluas pasar uang  dan  mendukung stabilitas nilai tukar rupiah. Ada tiga latar belakang keluarnya aturan tersebut. Pertama kadanya ketidakpastian global. Akibat dari meningkatnya ketidakpastian kondisi ekonomi global, negara emerging market mengalami capital outflow yang cukup besar. Akibatnya, fliktuasi nilai tukar menjadi sangat tinggi, termasuk di dalamnya adalah rupiah. Kedua adalah untuk lindung nilai. Ketiga adalah bisa dimonitor. Dengan transaksi Domestic Non Deliverable Forward , pelaku pasar memiliki alternatif dalam melakukan transaksi hedging. Di samping itu, BI dapat memonitor pelaksanaan transaksi, baik di sisi mekanisme, volume maupun harga. Atas dasar ini, BI dapat melakukan intervensi di pasar forward domestik dengan penyelesaian transaksi dalam mata uang rupiah, sehingga tidak berpengaruh terhadap posisi cadangan devisa. Hebatkan. 

Apa yang terjadi dari akibat adanya kebijakan ini ? Rupiah menutup perdagangan akhir pekan lalu dengan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (4/11/2018), menjadikannya sebagai mata uang dengan penguatan tertinggi di Asia Tenggara. Pada Jumat, US$1 di pasar spot ditutup pada level Rp 14.950. Rupiah menguat signifikan 1,16% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Penguatan rupiah sudah bisa diprediksi sebelum pembukaan pasar spot. Tanda-tanda keperkasaan rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) lokal sebelum pasar spot dibuka. Hebatnya, kurs rupiah menguat bukan karena intervensi BI di pasar tetapi murni karena mekanisme supply and demand.  Disamping itu pemain hedge fund tidak punya alasan bagus untuk total masuk kepasar. Apalagi BI sudah monitor semua gerakan mereka dan lagi Progress perundingan AS dan China sangat bagus sehingga membuat kurs dari negara-negara emerging market menguat dan kurs dolar melemah.

Apakah pemain hedge fund kalah begitu saja? tidak. Mereka punya banyak cara untuk menghindari jebakan pemerintah. Maling selalu lebih maju selangkah dari Polisi. Sejak tahun 2013 pasar uang terus bergejolak. Apalagi the FED ikut memperkuat alasan itu dengan semakin menguatnya kurs dollar  AS akibat kebijakan suku bunga AS, dan belakangan muncul perang dagang AS-CHina yang semakin pemain hedge fund punya alasan menggoreng kurs mata uang di negara emerging market. Lantas bagaimana mengatasi dampak negatif dari ulah pemain hedge fund ini ? Pertama, perkuat makro ekonomi dengan kendalikan inflasi agar harga kebutuhan tetap stabil. Kemudian kedua, adalah dengan cara pemerintah masuk dalam arena permainan. Perbanyak instrument pasar uang dan perkuat monitor system. Sama halnya HTI walau sudah dibubarkan namun pemerintah tidak bisa menghilangkan gerakan HTI. Caranya ya pemerintah menggunakan ormas islam sendiri untuk menghadapi dampak buruk dari gerakan HTI dan perkuat operasi inteligent. Mereka akan mati dengan sendirinya karena kehabisan ide dan kehilangan alasan untuk terus eksis.

Mafia bisnis Pangan dan Migas


Tahun 2009, masih segar dalam ingatanku pertemuan kita yang pertama di Wanchai tempat dimana banyak orang asing sama sepertiku menenggelamkan dirinya dengan minuman dan harapan. Di balik Gedung cafe itu , ada Financial Center tempat harapan menang dan tentu kalah digelar oleh bursa yang bukan 24 jam. Di sebuah cafe itulah kita bertemu. Aku harus berterima kasih kepada Mark sahabatku orang Swiss itu. Karena kalau tidak dari dia manapula aku tahu cara efektif mendapatkan network di kota kosmopolitan Hong kong ini.  Aku tidak merasa asing di lingkungan itu. Karena di Jakarta aku sudah terbiasa. Namun melihat wanita di cafe yang tak jelas mana hoker dan tidak. Itu yang membuat aku bingung. Aku lebih memilih untuk focus dengan teman teman Mark yang dikenalkan kepadaku. Kamu datang ke tableku. Alasannya hanya karena aku orang asia di tengah para bule sahabatku. Kamu tertarik kenalan. 

Aku masih ingat, kamu menjerit histeria dan memelukku ketika pertama kali tahu bahwa aku dari Indonesia. Ya, Indonesia, kamu sangat mencintai negeriku. Entah mengapa, banyak orang yang pernah ke Indonesia, akan jatuh cinta dengan negeri itu. Dan bukan cinta sembarang cinta, tetapi cinta mati yang sangat mendalam. ”I love Indonesia so much,” katamu. “ Sangking cintanya Indonesia , saya pelajari semua tentang Indonesia. Negeri kaya tetapi dirusak oleh para bedebah. Dan itu berhubungan dengan masalah pital , hajat orang banyak. “ Katamu.

“ Oh ya. Apa yang kamu pahami soal itu” Kataku.

“ Kamu tahu, Henry Kissinger pada tahu 1970 pernah berkata “Control oil and you control nations; control food and you control the people. Kalimat itu kini mendapatkan pembenarannya. Andaikan BBM langka maka dipastikan siapapun rezim pasti akan jatuh. Andaikan pangan langka maka sehebat apapun rezim seperti Morsi yang terpilih secara demokratis di Mesir akhirnya ditumbangkan. Baik BBM maupun Pangan bukan hanya sebagai komoditas perdagangan tapi lebih dari itu adalah komoditas politik. Kekuatan kartel dunia yang merupakan gabungan dari lembaga keuangan, pedagang, industri saling terikat dalam kartel untuk memaksa negara manapun  tergantung kepada mereka.

Mengapa Petral harus di Singapore? Mengapa tidak Pertamina yang berhubungan langsung dengan pasar? Selama era Soeharto sampai dengan sekarang era SBY, indonesia terjebak dengan kondisi keterbatasan sumber pembiayaan pengadaan BBM. Lembaga keuangan yang memberikan dukungan trade financing lebih nyaman apabila LC pembelian minyak dibuka dari bank di Singapore daripada dari Indonesia. Alasannya lebih kepada keamanan dan kepastian hukum  dimana Singapore di bawah hukum British. Di tengah posisi APBN yang defisit karena beban hutang dan biaya sosial yang tinggi memaksa pemerintah tidak punya pilihan kecuali harus mengikuti platform yang ditetapkan oleh kartel tersebut. Akibatnya upaya swasembada BBM kandas karena rencana membangun refinery, peningkatan lifting dan lain sebagainya harus mendapat persetujuan dari karter tersebut.

Tak jauh berbeda dengan Pangan. Kekuatan kartel international melalui lembaga keuangan yang terkait dengan pembiayaan defisit anggaran berperan membuat program swasembada pangan gagal, agar Indonesia tergantung impor dari luar negeri. “

Aku mengangguk. Benar. Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) dicanangkan pada tahun 2007 yang merupakan bagian dari Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) gagal dilaksanakan. Janji Kampanye SBY akan mendistribusikan lahan pertanian seluas 9,25 juta kepada petani, hanyalah bualan belaka. Dari tahun ketahun petani semakin terpuruk.  Mau bukti ? Konversi lahan sawah menjadi lahan non pertanian sedikitnya terjadi 10.000 hektar per tahun. Kepemilikan lahan para petani yang dari tahun ketahun semakin turun. Saat ini kepemilikan lahan oleh petani di Jawa sekitar 0,3 hektar sedangkan di luar jawa 1,19 hektar. Apa sebab? 

Dengan adanya Inpres No. 5 tahun 2008 yang mengatur sejumlah konsesi untuk perusahaan-perusahaan yang berinvestasi di bidang pangan dengan sekala yang luas (food estate), sebagai kelanjutan dari liberalisasi UUPM ( undang Undang Penanaman Modal ) yang memberikan akses luas kepada Pengusaha Besar dan Asing untuk menguasai lahan ( HGU) sampai 95 tahun. Karenanya rakyat tersingkir ditengah konflik agraria yang menyebabkan banyak petani di kriminalisasi dan dipenjarakan

“ Kamu tahu, “ Lanjutnya dan aku terkejut “ Selama ini Petani dalam kondisi tidak berdaya dan by design dipinggirkan. Petani setiap harinya harus menghadapi harga bibit dan pupuk pertanian yang tidak pasti. Karena 43% bibit tanaman pangan dikendalikan oleh asing (syngenta dan Bayern Corp). Padahal rata-rata 45,4 persen modal petani terutama komoditas padi dihabiskan untuk membeli input luar yang mahal, termasuk benih, pupuk, dan racun  dan ketika berproduksi harus berhadapan dengan serbuan pangan import. Pengusaha domestik dan international saling terkait untuk menciptakan pasar yang oligopolistis dan membuat petani terpuruk. 

Di pasar internasional terdapat empat pedagang besar yang disebut ABCD, yaitu Acher Daniels Midland (ADM), Bunge, Cargill, dan Louis Dreyfus. Mereka menguasai sekitar 90% perdagangan serealia atau biji-bijian dunia. Keempat pedagang besar ini bermitra dengan segelintir pengusaha lokal. Di industri pakan unggas yang hampir 70% bahan bakunya adalah jagung , empat perusahaan terbesar menguasai sekitar 40% pangsa pasar. Sementara itu,  empat produsen gula rafinasi terbesar menguasai 65% pangsa pasar gula rafinasi dan 63% pangsa pasar gula putih.  Kartel juga terjadi pada industri gula rafinas yang memperoleh izin impor raw sugar (gula mentah) 3 juta ton setahun yang dikuasai delapan produsen. Untuk distribusi gula impor di dalam negeri diduga dikuasai oleh hanya enam perusahaan.

Baik BBM maupun Pangan kita benar benar dibawah kekuatan kartel yang beroperasi seperti mafia. Mereka menggunakan kekuatan loby politik, menebar komisi, suap untuk melahirkan UU dan Peraturan yang sesuai dengan kepentingan bisnis mereka. Mengapa Kartel dan mafia perdagangan tidak bisa dihapus? Jawabanya sudah jelas bahwa  semua pemimpin bisa dibeli dan berlaku bagaikan boneka bagi para kartel untuk bersikap dan bekerja demi kepentingan Kartel ( bukan kepentingan rakyat). Dan semua itu tidak ada yang gratis. “ Kata kamu.

“ Bagaimana melawan kartel itu ? kataku. 

“ Pemimpin harus bersih dan amanah. Sehingga dia bisa memastikan negara harus berdaulat secara politik dibidang energy dan Pangan.  Infrastruktur pertanian berupa irigasi dan waduk harus direvitalisasi semua agar produktifitas pertanian dapat meningkat. Harus mulai meninggalkan ketergantungan dengan pupuk kimia impor yang selama ini 90% dibayar dengan dana subsidi, dan selanjutnya subsidi diarahkan untuk meningkatkan produksi pupuk organik,membangun pabrik Gula, Infastruktur jalan desa dan pusat terminal agro di semua kabupaten diperbaiki agar logistik pertanian efisien. Tujuannya agar mampu swasembada pangan juga swasembada alat dan bahan produksi dan memastikan harga menguntungkan petani namun tidak memberatkan konsumen. Harus mampu menjaga keseimbangan demand and supply. Program ini telah lebih 5 tahun tidak pernah dikerjakan oleh SBY.

Di bidang BBM, pemerintah harus segera membangun kilang minyak berkapasitas 2x 500.000 Barel dan membangun Stasiun BBM berkapasitas raksasa, meningkatkan lifting MIGAS  dan menyediakan kapal berlambung lebar untuk saran logistik. Ini semua untuk memastikan sebagai player dibidang BBM , bukan hanya sebagai konsumen dan produsen yang semua diatur oleh player ( asing dan domestik). Itu hanya mungkin apabila ada kemandirian. Namun untuk bisa keluar dari jebakan kartel atau mafia BBM dan Pangan maka syarat utama adalah harus ada political will.  “ Katamu di tahun 2009. Tahun 2014 Jokowi berjuang untuk jadi memimpin Indonesia..

Kemandirian dan semangat wirausaha


Murti datang kepadaku. Dengan caranya selalu menaruh hormat kepadaku. Sambil menundukan kepala dia berkata “ Ayah, izinkan kami untuk membawa ayah dan bunda tinggal bersama kami. “ Di sampingnya nampak suaminya, Bima tersenyum ke arahku. Aku terhenyak. Murti adalah putri tertuaku. Sedari lahirnya dia memang lemah. Tidak secantik adiknya Mumun. Tidak secerdas adiknya Andi. Murti juga punya kekurangan kakinya sebelah kiri agak lemah. Itu sebabnya dia berjalan pincang. Setiap pertumbuhannya membuatku cemas. Mungkinkah Murti akan mendapatkan jodoh. Mungkinkah Murti mampu mandiri bila tidak ada suami. 

Usiaku semakin menua. Sumi , istriku juga. Murti sejak tamat SD sudah aku kirim ke Pondok Pesantren. Aku berharap di Pondok dia lebih nyaman untuk bergaul dan berkembang. Karena didikan agama lebih memaklumi keadaannya yang lemah. Sementara Mumun dan Andi mendapat pendidikan terbaik dariku. Mereka sekolah di tempat umum dan melanjutkan ke Universitas.

Setamat Mandrasah Aliyah, Murti datang kepadaku bahwa ada seorang pria yang menginginkannya sebagai istri. Aku tidak berpikir banyak untuk menolak. Inilah kehendak Tuhan bahwa semua manusia berhak akan jodoh termasuk untuk putriku yang lemah dan tidak cantik. Aku sambut niatnya dengan antusias. Pria jodohnya bukanlah dari keluarga kaya., Pria itu sedari kecil sudah yatim piatu. Dibesarkan di Pondok dan setelah itu merintis usaha benkel Motor. Bukanlah usaha yang bagus karena di kecamatan. Namun ketika bertemu pria itu, aku tahu bahwa pria itu anak yang baik dan agamais. Aku tidak peduli dengan keadaannya yang yatim, Tak peduli dengan usahanya hanya sebagai pengelola bengkel motor dikecamatan, di Kalimantan. Tak peduli walau dia juga cacat sama dengan Murti. Bagiku, inilah yang terbaik bagi Murti dan juga bagi kami  Setelah Murti menikah, beban mentalku serasa berkurang. Aku mulai disibukan dengan mengurus kedua adik adiknya yang akan kuliah.

Murti diboyong oleh suaminya tinggal di Kalimantan. Enam kali lebaran, dia tidak datang kerumah kami. Aku bisa memaklumi bila hanya kartu lebaran yang datang kepada kami. Tak lupa dia memberikan doa terbaik untuk kami. Memang bukanlah mudah untuk mudik dari Kalimantan ke Jakarta. Tentu ongkosnya mahal sekali. Walau Murti tidak pernah bercerita tentang kehidupan rumah tangganya namun aku yakin Murti akan baik baik saja. 
Berjalanya waktu, Mumun sudah pula menikah dengan pria dari keluarga terhormat. Ketika menikah, kuliahnya belum selesai. Karena suaminya belum dapat kerjaan maka Mumun dan suaminya tinggal di rumah kami. Andi , menikah namun dia belum dapat kerjaan, tinggal di rumah kami juga.  Rumah semakin ramai oleh anak , menantu dan cucu. Akupun sudah pensiun. Tak ada lagi uang berlebih yang bisa menanggung beban rumah tangga yang di isi oleh tiga keluarga itu. Ada sedikit deposito untuk sekedar menguatkan semangat di usia senja. Namun belakangan deposito itu dipakai oleh suaminya Mumun untuk buka usaha yang hanya setahun kandas. Uang deposito habis.

Andi meminta kepadaku agar menggadaikan rumah kami satu satunya untuk keperluan modalnya buka usaha leveransir pemda. Namun tak lebih setahun prahara datang. Hutang tak terbayar. Pihak bank minta agar segera melunasi atau rumah disita. Kami yang semakin menua , tak sanggup otak untuk menerima beban sebesar ini. Kemana kami akan tinggal. Padahal kami sangat berharap kepada Andi untuk menjadi tongkat kami ketika senja. Sangat berharap kepada Mumun untuk merawat kami ketika tua dan lemah. Itulah sebabnya  apapun kami korban agar mereka bisa hidup mapan. Namun kini mereka menjadi beban kami. Itulah yang menjadi beban pikiranku. 

Itupula yang membuat istriku semakin lemah. Penyakit mulai berdatangan. Pada saat itulah aku mulai memikirkan Murti. Ketika kukabarkan kepada Murti bahwa ibunya masuk rumah sakit. Tak lebih dua hari dia sudah ada di rumah kami. Kulihat Murti sehat sekali. Kedua cucu kami nampak ragu untuk menyapa kami namun kami tak peduli untuk segera merangkul mereka. Kulihat istriku berlinang air mata ketika memeluk kedua cucu kami

Murti berulang kali minta maaf karena setelah enam tahu berumah tangga baru datang menemui kami. Walau dia tidak bercerita banyak namun dari raut wajahnya nampak kehidupannya tidak lebih baik. Murti nampak tegar dan wajahnya bercahaya.

“ Ayah …” aku terkejut dengan suara Murti. Ternyata aku melamun cukup lama.

“ Ya, Ti”

“Kami sudah punya rumah sendiri walau tak besar. Ada kamar untuk ayah dan bunda. Akupun membuka usaha ternak ayam dirumah. Usaha Mas Bima juga cukup baik. Tahun kemarin sudah di tunjuk sebagai bengkel resmi oleh dealer. “ Mutri nampak tersenyum dengan suara yang lembut penuh kasih kepadaku. “ Ayah” lanjutnya “Walau kehidupan kami  tidak berkecukupan namun kami masih mampu untuk merawat ayah dan bunda. Beri kesempatan kami untuk menjaga ayah dan bunda. Ini ladang ibadah yang tak terhingga nilainya dihadapan Allah.

‘ Tahukah Ayah” seru Murti sambil mendekat duduk disampingku. “ dulu ketika aku ayah tempatkan di Pondok, ada dua doa yang tak henti kupanjatkan kepada Allah, Pertama adalah agar Allah mengirim kepadaku  suami yang bisa menjadi imamku.  Suami yang sholeh. Walau dia cacat sama denganku namun itulah yang terbaik diberi Allah kepadaku. Kuterima dengan suka cita. Kedua adalah agar aku diberi kesempatan untuk menjaga ayah dan bunda dimasa tua. Satu doaku sudah dikabulkan Allah dan kini yang kedua aku berharap , ayah..”

Kurangkul Murti dengan linangan airmata. Kulirik Istriku juga berlinang airmata. Kami merasa malu dihadapan putri kami. Mereka yang kami anggap lemah, dan yang tak pernah berharap banyak ternyata putri kamilah yang menjadi tongkat kami dimasa tua.  Memang dia  lemah secara phisik Memang dia tidak cantik. Memang suaminya bukanlah dari keluarga terhormat. Suaminya hanyalah anak yatim lagi piatu. Namun dengan bekal iman dan taqwa telah membuat mereka kuat menghadapi kehidupan yang tidak ramah ini. Murti dan suaminya, mereka ikhlas teramat ikhlas menerima takdirnya dan tak ada harapan lain dari mereka kecuali diberi kesempatan merawat kami dimasa tua. Ini ladang ibadah untuk membuat mereka lapang meniti jalan kesorga. Itulah keyakinan sederhana sebagaimana keyakinan kecintaan mereka kepada Allah…

Kami  putuskan untuk ikut dengan Murti dan suaminya ke Kalimantan. Bagaimana dengan kehidupan Andi dan Mumun? biarlah mereka belajar dari kehidupan ini dan mendapatkan hikmah. Aku bukanlah penolong mereka tapi Allah penolong mereka. Sudah saatnya aku tak lagi mengkawatirkan mereka sebagaimana aku tidak pernah mengkawatirkan Murti. 
" Ayah mencintai kalian bukan dengan cara melindungi kalian tetapi percaya kalian bisa mandiri tanpa ayah." Pahamkan sayang..