Sunday, February 17, 2013

Berbisnis secara bijak dan menang.



Daniel adalah seorang pemuda yang cerdas. Lulusan terbaik dari universitas terkenal di AS. Muda dan penuh bergairah menyongsong masadepannya. Apalagi dengan ijazah di tangan serta pengalaman kerjanya di perusahaan consultant terkemuka di NY. Namun karena perasaan belum puas maka dia ingin mendapatkan tantangan lebih besar lagi dengan harapan sukses besar pula dalam karirnya. Begitulah semangat orang muda. Ingin tantangan dan menjadi pemenang dalam memenuhi ambisinya. Itulah sebabnya sejak dia berhenti dari pekerjaannya di perusahaan consultant, dia sudah empat kali berpindah kerja. Alasannya sama bahwa perusahaan tempat dia bekerja tidak membuat dia puas. Walau gaji dan faciltas mewah didapatnya.

Sekarang dia ingin menjadi pengusaha.. Diapun mendatangi orang tuanya. menyampaikan rencananya untuk menjadi pengusaha. Menjadi tuan sendiri dan mengelola masa depan dengan bekal ilmu dan pengalamannya. Orang tuanya memang seorang pengusaha tapi bukan tergolong sukses menurut ukurannya. Usaha yang dirintis orangtuanya adalah bergerak dibidang Industri tableware. Bukan skala besar tapi hanyalah usaha menengah dengan karyawan tak lebih 2000 orang.

“ Yah, saya ingin menjadi pengusaha.”

Orang tuanya tersenyum menatapa wajah anaknya. Kemudian berdiri dari tempat duduknya di belakang meja executive. “ Aku ingin kamu duduk disini dan aku duduk menghadapmu “ Kata Ayahnya.

“ Mengapa ?

“ AKu ingin menatap kamu secara utuh ...” Kata ayahnya dan Daniel menurut dengan perasaan bingung

“ Nyaman …”

“ Ya ayah..”

“ Itulah kekuasaan. Itukah yang kamu cari.?

“ Ya. Ayah,..saya ingin jadi pengusaha karena saya ingin kekuasaan yang lahir dari kekuatan tangan dan pikiran saya sendiri. “

“ Yakinkah kamu dengan apa yang kamu katakan ?

“ Yakin Ayah… !

“ Apalagi yang hendak kamu raih..?

“ Selain kekuasaan tentu pula kemewahan hidup sebagai orang sukses. “

“ Apakah ini kurang cukup bagimu. Ayah ingin kamu menggantikan ayah suatu saat dan juga belajar dari ayah..”

“ Tidak Ayah.. tidak. Saya ingin sukses dengan cara saya dan bukan dengan cara Ayah. Pendidikan dan pengalaman saya lebih dari cukup untuk berbuat lebih dibanding ayah sekarang..”

Ayah Daniel menatap anaknya. Tetap tersenyum . Kemudian ayahnya berdiri dan mendekap kepalanya “ Ayah senang mendengar keteguhan hatimu..Kamu ciri penakluk sejati. Tapi…”

“ Apa , ayah..?

“ Ayah ingin kamu menemui seseorang sahabat ayah. Dia sekarang pengusaha yang sukses menurut ukuran kamu. Ayah hanya ingin kamu menemui sahabat ayah itu dan setelah itu terserah kamu dengan cara kamu…”

“ Apakah itu perlu..”

“ Ini permintaan ayah yang sangat mencintai anaknya…Mau, kan ?

‘ Tolong sebutkan , siapa sahabat ayah itu ?

“ Pak Suryo..”

Daniel terperanjat. Dia tahu betul bahwa Pak Suryo adalah konglemerat yang sangat disegani dan selalu unggul dalam putaran waktu. Usahanya berkembang dalam badai krisis maupun booming. Ini kesempatan emas bagi Daniel untuk mengenal lebih dekat jago tua di bidang business. Atau setidaknya dapat dia jadikan mitra untuk rencananya jadi pengusaha.

“ Ayah ingin kamu belajar dari Pak Suryo.”

“ Banyak hal yang dapat saya bantu untuk Pak Suryo mengembangkan usahanya. Saya yakin. “

“ Baguslah..”

Keesokan hariinya Daniel sudah berada di sebuah restoran di hotel berbintang untuk menunggu kehadiran Pak Suryo yang berjanji untuk bertemu dengannya. Pak Suryo datang dengan pakaian sederhana. Tidak nampak sama sekali penampilan pengusaha sukses. Beda dengan penampilan Daniel yang selalu trendy.

“ Pak Suryo , ya..” tanya Daniel.

“ Kamu Daniel “

“ Betul, pak..”

“ Eh, wajah mu mirip dengan Ayahmu waktu muda dulu."

Daniel tersenyum dan merasa sangat dekat dengan orang tua ini. Ada perasaan nyaman ketika memandang wajah orang tua ini. Tak nampak sama sekali ketangguhan seorang petarung business kelas dunia dengan puluhan ribu karyawan yang berkarir di usahanya.

“ Apa yang kamu inginkan dari saya ?

“ Ayah saya minta agar saya menemui bapak dan belajar dari bapak..”

“ Bukankah kamu tamatan luar negeri dan pengalaman kerja di banyak perusahaan international. Apalagi yang ingin kamu pelajari..”

‘ Saya juga tidak tahu..tapi ayah saya minta saya bertemu dengan bapak.”

‘ Baiklah..Ayahmu adalah sahabat saya. Saya hargai itu. Saya hanya ada waktu untuk kamu selama satu bulan. Selama itu kamu selalu di samping saya. Termasuk dalam rapat rapat dengan dewan direksi dan staf saya. OK,”

“ Terimakasih , pak..terimakasih..

“ Dan tolong, selama kamu bersama saya, jangan pernah mengeluarkan pendapat tanpa saya minta. Kamu saksikan semua itu. Waktu mu hanya satu bulan. Setelah itu selesai. “

“ Baik, pak..”

Ketika itu sedang diadakan rapat dewan direksi dari salah satu anak perusahaan pak Suryo. Daniel hadir di samping pak Suryo.

“Kami butuh bantuan cash flow dari Holding ..” kata salah satu direksi.

“ Mengapa ? “ Pak Suryo berkata dengan tegas namun wajahnya tetap terkesan teduh

“ Ada kesalahan operasional tapi tidak significant. Sudah bisa diatasi. Kita hanya butuh keamanan cash flow mengatasi keadaan ini. Apabila cash flow sudah stabil dan pertumbuhan kembali terjaga maka kami akan segera kembalikan dana ke holding”

“ Kesalahan ? “

“ Ya. Pak. Karena ada kebijakan dari Kepala Divisi Marketing yang mengakibatkan barang di gudang menumpuk yang tak terjual sesuai rencana. Sementara pabrik tidak bisa menghentikan volume produksi. Itulah masalahnya.”

“ Apa yang kalian lakukan untuk mengatasi itu ?

“ Memberhentikan kepala Divisi itu dan menggantinya yang sesuai dengan rencana dan strategi perusahaan. “

‘ Sudah berapa lama staff itu bekerja ?

“ 10 tahun, pak..”

“ Di bagian marketing, berapa lama ?

“ Empat tahun.”

“ Selama itu bagaimana prestasinya.?

“ Bagus pak. Tapi ini tidak akan mengurangi sikap kita kepada dia. Karena dia sudah keluar dari kebijakan dasar perusahaan yang harus mengikuti arahan direksi.”

Pak Suryo menatap kepada yang hadir dalam rapat itu. Kemudian berdiri. “ Kasih waktu saya sampai sore. Ok “ Sambil keluar dari ruang rapat dari ruang rapat yang diikuti oleh Daniel

“ Apa pendapat kamu ? Kata Pak Suryo ketika sampai ruang kerjanya.

‘ Pantas kepala Divisi itu diberhentikan.”

“ Kenapa ?

“ Manajement itu berhubungan dengan proses pengambil keputusan. Setiap prose itu harus memenuhi standard compliance Ada Standar operation procedure yang harus dituruti oleh semua lini management. Ini dimaksud agar organisasi berjalan dengan efektif dan terukur.” Demikian Daniel menyampaikan alasan akademisnya.

Pak Suryo hanya tersenyum.

Ketika Sore, rapat diadakan lagi.

“ Sekarang saya akan mengambil keputusan. Saya minta anda berdua sebagai dirut dan Direktur marketing untuk mengundurkan diri.” Pak Suryo terdiam sebentar sambil menatap semua yang hadir. Nampak wajah dirut dan direktur marketing terkejut dengan wajah memucat “ Terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Anda bisa selesaikan masalah pengunduran diri ini dengan bagian legal di Holding. Terimakasih. “ Pak suryo langsung berdiri dan belalu dari ruangan diikuti oleh Daniel yang nampak kebingungan dengan sikap Pak Suryo. Apalagi para direksi yang hadir dalam rapat..

Ketika akan memasuki ruang kerja pak Suryo sudah ada seorang pria “ Ini pak Wahyu Pak..” Kata sekretarisnya.

“ Selamat sore pak ? kata pria itu sambil menyalami Pak Suryo dengan hormat

“ ya. Silahkan masuk “ Kata Pak Suryo mempersilahkan pria itu masuk kedalam ruang kerjanya.

“ Wahyu Selamet…” Pak suryo menatap dalam dalam kearah mata pria iut.

‘ Saya Pak..”

“ Mulai besok kamu akan saya angkat sebagai dirut menggantikan Dirut yang lama. Saya juga kasih kamu kebebasan untuk memilih direktur Marketing “Pak Suryo nampak tersenyum menyaksikan sikap pria itu yang terkejut dengan berita yang barusan dia sampaikan “ Apakah kamu siap dengan tugas baru mu ini “

‘ Siap pak..”

“ Bagus..Kerja yang baik ya.”

“ Ya , pak..”

Pria itu berlalu dari hadapan Pak Suryo dan Daniel menyaksikan itu dengan keheranan.

“Siapa Wahyu Selamet itu “

“ Kepala devisi marketing yang tadi dibicarakan di rapat dan diusulkan untuk dipecat”

‘ Dan sekarang justru bapak mengangkat dia sebagai Dirut dan memberhentikan dirut ya lama. “ Kata Daniel dengan roman keheranan.

‘ Ya..Kenapa “

Pak Suryo hanya tersenyum tanpa menjawab alasan yang diminta oleh Danie.

Daniel mulai merasa bahwa Pak Suryo telah melakukan kesalahan yang fatal. Ini keluar dari konsep managerial. Andai Pak Suryo dapat bersikap yang benar sesuai sarannya dan juga saran dari direksinya tentu akan lebih baik. Bahkan usahanya akan jauh lebih besar dari yang ada sekarang. Ini arogansi kekuasaan yang tak berdasar. Tapi ..Pak suryo tetap exist usahanya mengikuti putaran waktu..

Sudah hampir dua minggu Daniel bersama Pak Suryo. Setiap hari dia hanya mengikuti kemana Pak Suryo pergi. Kadang membosankan menghadiri rapat yang hanya sekedar menyaksikan pak Suryo seperti murid SD yang hanya diam atau mangguk mangguk. Tanpa ada komentar apapun. Kadang ada pula pergi ke café langganannya. Tapi, bagaimanapun tak masalah bagi Danie. Setidaknya dua minggu lagi dia akan berlalu dari kehidupan Pak Suryo.

Minggu ketiga, Daniel menghadiri rapat dengan dengan salah satu anak perusahaannya yang lain. Ketika itu pertemuan dihadiri oleh Direktur Pemasaran , Direktur Keuangan dan Seorang Distributor. Rapat itu diadakan di ruang kerja Pak Suryo..

‘ Distributor ini gagal membayar kewajibannya. Jaminan yang diberikannya di bawah limit dari jumlah yang harus dibayarnya. Kita akan membawa kasus ini ke Polisi. Ini sudah penipuan dan merugikan perusahaan “ Kata direktur keuangan. Direktur Marketing mengangguk.

“ Mengapa kamu sampai gagal bayar kepada perusahaan “ tanya Pak Suryo dengan lembut kepada distributor yang hadir dalam rapat itu.

“ Saya memang salah pak. Padahal sudah lebih 10 tahun saya menjadi distributor dan selama itupula saya tidak ada masalah. Usaha saya berkembang. Tapi belakangan ini saya terjebak dengan bisnis lain yang saya pikir lebh baik. Ternyata saya malah rugi besar. Bekali kali saya mencoba mengatasi business baru itu tapi tak juga berhasil. Bahkan uang dan tabungan serta dana dari usaha distributorpun tersedot dalam business itu. Saya hancur pak..”

“ Itulah dasar pertimbangan kita mengapa kita terus memberikan barang kepada dia walau jaminannya kurang. Karena dia sudah menjadi distributor kita lebih dari sepuluh tahun dengan prestasi bagus.” Kata direktur pemasaran

Pak Suryo terdiam sebentar. Sambil terus menatap yang hadir. Kemudian berkata “ Saya minta semua keluar kecuali distributor ini. “ Semua keluar. Namun Daniel diminta tetap di samping pak Suryo.

Pak Suryo menulis diatas selembar cek. Setelah selesai dia menatap kearah Distributor itu.
“ Pak Lukman..” Seru Pak Suryo ke pada distributor itu sambil tersenyum “ Ini cek dapat kamu uangkan. Bayar lah hutang kamu kepada perusahaan. Tolong uang ini dibayar langsung kepada saya kalau kamu sudah stabil. Tolong pula ini dirahasiakan di hadapan direksi. Saya ingin kamu jalankan usahamu sebagai distributor seperti sebelumnya...” Lanjut pak suryo sambil menyerahkan cek itu ketangan Distributor itu.

Distributor itu terkejut. Kemudian tak disangka sangka tangannya langsung menyambar telapak tangan Pak suryo diciumnya tangan Pak Suryo dengan airmata berlinang “ Mengapa bapak begitu baiknya. Padahal saya sudah siap digiring kekantor polisi dengan kesalahan yang saya buat”

“ Ya sudah. Kamu boleh pergi sekarang. Cepatlah selesaikan masalah kamu dengan perusahaan.’

“ Baik Pak..baik..Ini tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Saya tidak akan pernah berhenti berterima kasih untuk menjaga kepercayaan bapak..”

Setelah distributor itu pergi. Pak Suryo menatap kearah Daniel. “ Apa pendapat kamu ?

“ Lagi lagi bapak talah menampakan keputusan yang salah. Ini lebih parah lagi dari yang sebelumnya. Kalau yang pertama , bapak bersikap dictator yang mengintervensi system perusahaan dan sekarang yang kedua, bapak telah bertindak melemahkan keberadaan bapak sebagai pemimpin dan juga pengusaha. Bapak terkesan lemah dan mudah luluh. Padahal bisnis itu tidak ada yang gratis dan semua harus dibayar. Semua ornag harus berani mengambil resiko. Dan itu disadari oleh distributor itu dengan datang menghadap bapak. Tapi bapak biarkan orang itu dengan kesalahannya tanpa membayar akibat dari kesalahan itu. Saya yakin besok orang itu akan buat kesalahan lagi karena dia yakin bapak akan menjadi dewa penolong dia…”

Pak Suryo hanya terdiam namun wajahnya tersenyum memperhatikan argument Daniel..

Seminggu lagi kebersamaan Daniel dengan pak Suryo maka usai sudah. Sejauh ini Daniel tidak mendapatkan apapun dari Pak Suryo. Kecuali sikap pak Suryo yang membingunkan dia. Pengalaman kerjanya di luar negeri tak nampak sama sekali dari apa yang dilakukan oleh Pak Suryo.

Ketika sore hari. Daniel diajak pak Suryo ke cafĂ© langganannya di holel berbintang sambil mendengarkan alunan piano. Ketika mereka baru duduk, datang pelayan menghampiri. Pak Suryo mempehatikan wajah palayan itu “ Kamu orang baru disini “ Tanya pak Suryo..

“ Ya. Pak dan bapak Pak Suryo..”

“ Bagaimana kamu tahu nama saya “

“ Tadi supervisor saya memberitahu nama bapak ketika bapak masuk ke cafĂ© ini “

‘ OH..”

“ Mau pesan apa pak ?

‘ Coffee dan sandwich ayam..”

‘ Saran saya , bapak lebih baik pesan juice buah dan Salad “ Kata pelayan itu dengan ramah..

“ Saya pesan apa yang saya mau..” Pak suryo meninggikan sedikit suaranya dengan wibawa. Sementara Daniel pun menampakan wajah yang kesal kepada pelayan cafĂ© ini.

“ Saya tahu pak. Tapi saya hanya ingin yang terbaik untuk bapak, Seusia bapak tak baik makan dan minum yang berkadar asam tinggi seperti coffe dan sandwich di malam hari. Salad dan Juice akan membuat lambung bapak nyaman dan bapak akan selalu sehat “ Pelayan itu berupaya menyampaikan argumentasinya tanpa takut namun tetap dengan suara yang lembut.

Pak Suryo terkesima dengan uangkapan barusan dari seorang pelayan..

“ Udah !Anda tidak usaha ngajari kami. Cepat sajalah bawakan pesan yang kami minta “ Kata Daniel dengan suara meninggi dan wajah masam.

Pelayan itu tidak bergerak namun matanya masih menatap kearah Pak Suryo menanti sikap Pak Suryo. Tanpa mempedulikan Daniel..

‘ Siapa nama kamu, nak “

“ Ini pak ..” Kata pelayan itu sambil memperlihatkan nama yang tertulis didadanya.

‘ Ok. Nak Zulkifli..saran kamu saya terima. Ini kali pertama saya mendapat saran terbaik dari anak muda seusia kamu. “

“ Terimakasih pak..” Pelayan tersenyum cerah.

‘ Kamu kan masih trainer disini ?..”

“ ya..Pak..

“ Tamatan apa kamu “

“ Saya tamat universitas. Baru lulus tahun kemarin..”

“ Besok kamu datang kekantor saya..” Pak Suryo menyerahkan kartu namanya kepada pelayan itu.

Pelayan itu berlalu dan Daniel kembali terkejut dengan prisitwa yang barusan terjadi dihadapannya. “ Saya akan beri dia pekerjaan di holding saya di bidang Humas,. ? Kata Pak Suryo melirik Daniel “ Apa pendapat kamu “ Sambung Pak Suryo

“ Saya tidak mengerti ! jawab Daniel seketika “ Bagaimana mungkin seorang palayan bisa merubah menu kesukaan bapak dalam sekejab. Padahal itu sudah menjadi kebiasaan bapak bertahun tahun..Dan lagi dia hanya seorang pelayan cafĂ©..apa pedulinya kita..” Daniel menggelang gelengkan kepalanya.

Pak Suryo hanya diam saja.

Berakhir sudah kebersamaan Daniel bersama Pak Suryo. Sebelum berpisah Daniel ingin berbicara khusus dengan Pak Suryo. Dia berharap ada sesuatu yang mungkin dia dapatkan pelajaran dari Pak Suryo selama kebersamaan ini.

“ Pak ..” Seru Daniel..” Saya hari ini mohon pamit. Terimakasih atas perhatian bapak yang telah mengizinkan saya bersama bapak selama satu bulan ini.”

Pak Suryo memperhatikan Daniel dengan tersenyum. “ sampaikan salam saya kepada ayahmu.”

“ ya Pak…”

***

Sudah hampir setahun Daniel memulai usaha barunya. Belum ada kemajuan yang berarti. Bahkan dia mulai lelah dengan budaya business di negerinya. Apalagi sikap staff yang sulit dimengerti. Dia ingin orang yang berkualitas namun menjadi tak bermutu ketika di bawah kendalinya. Dia ingin mitra yang seimbang tapi yang ditemuinya adalah mitra yang selalu ingin memanfaatkannya. Diapun lelah. Ingin dia kembali kepekerjaannya yang lama berkarir di perusahaan asing. Di lingkungan itu dia mendapatkan atmospir yang nyaman dan bergaul dengan orang orang yang sadar dengan alur organisasi. Tapi, dia juga menyaksikan begitu banyak usahawan sukses di negeri ini dan mereka tidak ada masalah apapun. Khususnya dengan Pak Suryo. Tentu ada sesuatu yang membuat mereka itu kuat mengelola segala keterbatasan resource didalam negeri…

Daniel ingin tahu lebih jauh tentang Pak Suryo. Setidaknya pengalamannya sebagai consultant sudah terlatih untuk mencari tahu di balik suksesnya pak Suryo. Untuk itu , dia akan mulai melakukan investigasi. Dia akan memulai mencari tahu hasil dari keputusan yang pernah diambil oleh Pak Suryo ketika kebersamaan dengannya.

Datanglah Daniel keperusahaan yang sekarang di pimpin oleh Wahyu Slamet. Dia tahu bahwa dulu Wahyu Slamet direkomendasikan untuk dipecat sebagaia kepala divisi pemasaran oleh direksi yang lama Dia mendekati staff karyawan yang ada diperusahaan itu untuk mendapatkan informasi.

“ Apa pendapat kamu tentang bos kamu sekarang? “ Selidik Daniel terhadap Wahyu Selamet.

“ Wah dia hebat. Sejak dia menjadi pimpinan kami maka kreatifitas terbentuk di semua bagian. Kami tak merasa ragu untuk menyampaikan pendapat kepada pimpinan. Setiap usulan selalu ditanggapi dengan positip. Musyawarah dan mufakat sebagai ujud kekeluargaan terbentuk begitu harmonisnya. Sehingga diantara kami tak ada sikaf lain kecuali selalu ingin mendukung yang lain. Aspirasi kolecitve terbangun untuk menghasilkan keputusan yang efektif. Seperti contoh ketika dia dulu masih menjadi Kepala divisi pemasaran. Dia berinisiatif untuk membunuh produk tersebut dan menggantinya dengan produk baru. Kami semua mendukungnya. Tapi dulu ketika terdengar kabar dia akan dipecat , dia tenang saja. Bahkan dia mengambil resiko itu tanpa melibatkan kami semua. Tapi untunglah Pak Suryo memang pimpinan yang sangat bijak. Dia dapat melihat kebenaran dari sekian banyak warna yang kadang menyesatkan.”

“ Apa yang kamu tahu tentang Pak Suryo ?”

‘ Dia sudah seperti orang tua bagi kami semua. Walau dia menguasai banyak perusahaan dan tentu harta yang berlimpah ada di tangannya. Tapi , kekuasaan yang begitu besar, harta yang begitu berlimpah tidak membuat dia berjarak dengan kami semua. Bahkan seorang Office Boy berani mengundang dia datang keacara sunatan anaknya. Dan Pak Suryo datang bersama istrinya tanpa risih walau harus makan sambil duduk di lantai di rumah yang kecil dan kumuh.”

“ Oh…” Daniel tersekat mendengar ungkapan dari staff itu.

Pertemua itu berakhir. Daniel ingin lebih tahu lagi tentang bagaimana nasip dari distributor yang dulu terancam masuk penjara tapi berkat kebaikan Pak Suryo akirnya Distributor itu selamat. Dengan menempuh perjalanan cukup jauh. Akhirnya Daniel sampai juga di tempat distributor itu. Kehadiran Daniel membuat distributor itu terkejut dan memberi rasa hormat yang berlebihan.

“ Mengapa tidak bilang mau datang, pak. Kan bisa saya jemput di bandara “ Kata Distributor itu.

“ Terimakasih pak. Tapi saya kemari untuk urusan lain dan sekalian mampir ketemu bapak. “ Jawab Daniel “ Oh ya bagaimana usahanya pak ? “ Tanya Daniel.

“ Alhamdulillah Pak. Sejak bulan lalu saya sudah bisa mengembalikan uang yang saya terima dari Pak Suryo. Sekarang usaha distributor saya makin berkembang. Saya belajar banyak dari kesalahan masalalu. Ketika Pak Suryo membantu saya , maka itu serasa saya diberi kesempatan hidup untuk kedua kalinya. Dari itulah saya bekerja siang malam. Sehari saya menghabiskan waktu 18 jam. Keluarga saya ikut prihatin menghemat pengeluaran. Para staff saya menjawab rasa sukur bantuan Pak Suryo itu dengan kerja keras pula. Mereka bersyukur karena kalau sampai saya dipenjara tentu mereka kehilangan pekerjaan.”

“ Oh begitu ya pak.”

“ Ya Pak. Bahkan berkali kali saya didatangi oleh pabrik lain untuk menjadi distributor dengan imbalan yang lebih besar tapi saya tolak.”

“ Kenapa , Pak “

“ Memang saya perlu hasil yang lebih baik tapi itu tidak menjamin kenyamanan saya. Saya butuh pabrik yang memperlakukan saya tidak hanya sekedar meminta meningkatkan penjualan tapi lebih daripada itu menghargai saya dengan tulus, dengan segala kekurangan dan kelebihan saya. Dari itulah saya merasa terlindungi dan dihormati sebagai manusia dengan pantas. Bukankah itu tidak berlebihan , yak an Pak.”

“ Ya. Pak..”

Setelah makan siang bersama keluarga distributor itu, Daniel pulang ke rumahnya. Pada tahap ini dia mulai kagum dengan Pak Suryo. Dia merasa kecil dibandaingkan Pak Suryo dan merasa ilmu dan pengalaman yang selama ini dia dapat tak ada arti sama sekali. Terlebih lagi ketika dia bertemu dengan mantan Pelayan café yang sekarang menjadi petugas PR di holding Pak Suryo. Apa kata mantan pelayan ini terhadap Pak Suryo :

“ Dia dalah guru dan sekaligus sahabat bagi kami semua. Siapapun dekat dengan dia merasa nyaman. Pak Suryo mengagumi kebenaran dan kejujuran walau itu pahit, Dia menikmati setiap masalah bila di hadapi dengan kebersamaan. Dia membenci kesuksesan bila itu menimbulkan seperioritas bagi yang lain. Pernah ada yang mengusulkan agar ruang kerjanya dirancang yang sesuai dengan kelasnya sebagai konlomerat tapi dia menolak. Dia tak suka dengan segala symbol kemewahan. Karena menurut dia itu akan mempengaruhi jiwa seseorang sehingga lalai untuk melihat yang lain. Lalai untuk bijak dan rendah hati. Akibatnya membuat jiwa orang itu lemah dan mudah dikalahkan. “ Demikian ungkapan dari Staff PR itu dengan lugas. Nampak bukan ungkapan yang direkayasa oleh seorang PR tapi disampaikan dengan hati yang bersih.

***

Daniel menelpoh Ayahnya “ Yah…”

“ ya, Anakku. “

“ Ayah benar. Saya tak butuh perusahaan bila saya ingin mengejar kekuasaan. Saya tak ingin kekayaan bila itu untuk mengejar kekuasaan.. Saya ingin menjadi manusia yang kuat dan tak terkalahkan , seperti Pak Suryo “

“ Anakku..Setiap kita , apapun dia , bisa menjadi seperti Pak Suryo. Kekayaan atau kekuasaan hanyalah symbol namun tak jauh dari cara Tuhan untuk mendidik kita. Sama seperti dengan kemiskinan dan penderitaan, Itu juga adalah symbol dan cara kasih sayang Tuhan untuk mendidik kita. Tujuannya agar kita semakin dekat kepada Dia dan sempurna untuk menjadi petarung terhadap nafsu hewani kita…”

“ Ya. Ayah…terimakasih untuk saran ayah agar saya belajar dari Pak Suryo..”