Monday, September 26, 2011

Social Security Administration itu skema ponzy



Tahukah anda bahwa utang AS lebih dari USD 14 trilun atau kalau dalam rupiah kalikan saja. Hitung sendiri betapa besarnya hutang negeri yang dikenal super power ini. Ya benar benar super power termasuk powernya menarik pinjaman. Pada saat sekarang perhatian dunia terfokus kepada AS yang dilanda perdebatan sengit di Parlemen soal pembatasan pagu hutang. Bila tidak tercapai kata sepakat soal pagu hutang ini maka AS akan terancam gagal bayar atas kewajibannya membayar hutang dan bunga. Di Indonesia , masalah ini tidak begitu menjadi perhatian oleh elite politik maupun masyarakat. Mungkin karena perhatian masyarakat kepada kasus skandal suap Partai Demokrat. Padahal dampak dari gagal bayarnya AS terhadap kewajiban hutang ini sangat dahsyat terhadap perekonomian dunia. Obama, mengistilahkan adalah Kiamat.

Saya tidak akan menyinggung pembahasan rinci di balik hutang AS yang menggunung itu. Saya ingin membahas soal dana jaminan sosial yang termasuk salah satu yang terjebak dalam skema hutang AS. Sebagaimana diketahui bahwa AS mempunyai skema dana jaminan sosial. Pemotongan gaji para pegawai setiap bulannya di kumpulkan dalam satu lembaga ( Social Security Administration ). Kemudian dana ini di investasikan dalam bentuk Surat Hutang ( social secutiry trust fund /SSTF ) yang diserap oleh Bank Central ( the Fed). Sekilas kelihatannya investasi yang baik dan aman tanpa resiko. Setiap enam bulan sekali, the Fed akan memberikan bunga atas SSTF. Skema Ini terus berlangsung dalam irama the FED menyerap dana pensiun dan pada waktu bersamaan the Fed juga membayar bunga dan cicilan.

Dari USD 14 triliun lebih hutang AS, dua pertiga adalah hutang kepada perusahaan, negara asing seperti China , Jepang, Eropa dan lain lain. Dalam hal ini pemerintah AS mengeluarkan Tbill ( obligasi) melalui pasar uang terbuka. Jadi Tbill ini sebagai alat investasi yang likuid di pasar uang. Nah, sepertiga lagi adalah hutang kepada pegawai melalui social secutiry trust fund yang diwajibkan lewat UU. Tahun 1935 ketika awal dana jaminan social ini diperkenalkan, memungut hanya 2% dari penghasilan gaji/upah pegawai. Kini telah menjadi 12,5%. Apa artinya itu ? ketika pemerintah gagal mengelola dana jaminan social ini, maka cara menutup kerugian itu mereka menaikan jumlah premi yang harus dibayar. Begitulah kejadian terus berlangsung dari satu rezim ke rezim berikutnya. Dan kenyataannya kini SSTF yang terakumulasi begitu besar tidak lagi sebagai real asset yang bisa mendapatkan uang tunai kecuali pemeritah AS di izinkan oleh DPR untuk menaikan pagu hutang. Kalau tidak diizinkan , ya terpaksa tidak ada lagi dana untuk bayar pensiunan dan tunjangan bagi peserta jaminan sosial.

Jadi skema sistem jaminan sosial ini mirip operandi ponzi. Kenapa dibilang mirip skema ponzi ? Karena SSTF itu hanya secarik kertas yang tak laku dijual di pasar umum. Ia hanya bernilai dan berlaku bagi provider. Artinya pihak provider berhak menentukan aturan sesukannya dalam skema permainan ini. Seperti contohnya, the Fed sebagai provider bisa saja membuat aturan bunga nol persen untuk SSTF. Atau pembayaran bunga dan cicilan tidak dalam bentuk tunai tapi dalam bentuk surat hutang ( hutang dibayar hutang ). Artinya akan menambah porfollio SSTF. Cara seperti ini berlangsung dari tahun ketahun dan akhirnya menggunung hingga membuat rasio hutang pemerintah semakin tinggi sampai melewati batas pagu hutang yang ditetapkan oleh Undang Undang. Pada momen inlah masyarakat AS baru sadar bahwa selama ini mereka telah ditipu oleh rezim penguasa. Ini uang swadana masyarakat dari hasil kerja kerasnya bekerja dan bukan berasal dari pajak. Tentu publik AS berhak menuntut keberadaan dana jaminan sosial itu..

Pertanyaan terakhir adalah kemana dana jaminan sosial itu pergi ? Dana itu sudah terkuras habis untuk mengongkosi kebijakan moneter AS yang boros. The Fed dan US Treasury menempatkan diri sebagai pihak yang diperas secara sistematis oleh pemain bisnis keuangan seperti perbankan, investment banker, Perusahaan sekuritas, dan lain lain. Selanjutnya lembaga keuangan ini menjadi fuel membuat segelintir perusahaan tercantum dalam 500 fortune yang menguasai bisnis beskala dunia namun minus kontribusinya bagi pembangunan nasional AS. Dengan kenyataan ini semakin kita sadar bahwa konspirasi dari segelintir orang untuk menguasai dunia itu bukanlah mitos. Nah, sistem seperti inilah yang sekarang dipaksakan untuk ditiru oleh Indonesia lewat UU SJSN dan BPJS.

Hanya orang bebal yang masih percaya sistem Jaminan sosial berbasis asuransi kedalam satu lembaga ( BPJS ) adalah mulia. Ini tak lain adalah skema ponzi alias tekhnik penipuan tercanggih yang diperuntukan kepada orang tolol dan bodoh, untuk memperkaya para elite politik dan pengusaha hitam.

Friday, September 2, 2011

Berhutang yang tak bisa ditagih dan paksa bayar bunga?



Lunar New Year tahun 2011, CEO anak perusahaan di Zuhai mengundang saya untuk makan malam bersama seluruh staff.  Acara itu diadakan di hotel bintang V.  Semua tamu yang datang dari Hong Kong diberi kamar hotel untuk menginap satu malam.  Saya datang bersama Tom, teman dari New York yang kebetulan saya undang untuk membicarakan keterlibatannya dalam investasi di anak perusahaan.  Acara itu memang cukup meriah karena bukan hanya acara makan malam tapi juga dilengkapi acara panggung kesenian yang dibawakan oleh para staff perusahaan. Ada lomba karaoke, juga lomba tari, dan lain sebagainya. Saya menyaksikan acara pergantian tahun ala china ini merasa kedekatan antara pimpinan dan staff beserta karyawan. Di tengah kesulitan ekonomi akibat krisis global, mereka masih bisa tersenyum dalam kebersamaan dan tentu mereka yakin akan sebuah hope bahwa di masa depan semua akan baik baik saja. 

Kemudian, acara itu diselingi para pimpinan membagikan amplop warna merah yang di dalamnya ada terselip uang. Ini sebagai ujud kasih sayang dan berharap berkah akan datang berlipatganda. Begitu keyakinan orang china.   Saya menyaksikan acara itu sampai selesai. Tom, sempat berbisik kepada saya bahwa mereka saling membagikan uang tapi seperti becanda. Tentu  jumlah uang itu bukan ukuran tapi ujud kepedulian, itu yang penting. Bagaimanakah perasaan terdalam ketika anda memberi dan menerima, itulah yang ingin diungkapkan dari budaya berbagi ini. Kata saya. Tom hanya menggelengkan kepala. Dia tidak melihat itu sebagai ujud kasih sayang yang tulus. Itu hanya culture yang no meaning. Katanya. 

Saya tetap berkeyakinan bahwa memberi adalah sesuatu yang sangat bermakna. Kami tak ingin berdebat soal ini. Setelah menjelang dini hari , acara bubar. Para undangan semua pulang dan kami kembali kekamar hotel. Pagi pagi saya bertemu, Chang, CEO anak perusahaan saat breakfast dan Tom. Tom kembali penasaran tentang makna berbagi itu. Bagaimana bisa kita rasakan maknanya. Kembali saya tegaskan bahwa tak perlu dipermasalahkan seperti apa makna itu. Kalau ingin memberi , maka memberilah. Jadikanlah itu kebiasaan. Kelak akan dirasakan maknanya; prilaku kita akan berubah, hati kita akan melembut, sikap empati akan terbangun dengan sendirinya. Bila sudah begitu maka jiwa kita sehat, tentu badan akan terhindar dari segala penyakit. Yakinlah. Tapi Tom itu terdiam dan akhirnya menggeleng gelengkan kepala. Dia tetap tidak paham.

Karena ada satu hal yang harus dibicarakan serius antara saya, Chang, dan Tom,  maka kami memilih bicara di kamar. Sebetulnya dari dua bulan lalu anak perusahaan di bawah holding yang listed di bursa Hangseng sedang berencana melepas perpetual bond. Pilihan menerbitkan perpetual bond karena tidak menggangu rasio utang perusahaan. Mengapa ?  Walau sifatnya bond namun secara hukum ia juga sama dengan equity atau saham. Namun keberadaan perpetual bond tidak sampai membuat pemegang saham delutif. Di samping itu, bond holder dapat hak istimewa mendapat bayaran kupon lebih dulu sebelum deviden dibagi. Pembayaran kupon masuk sebagai biaya operasional. Walau kupon dibayar setelah laba perusahaan dipotong pajak. Jadi sama dengan deviden. Artinya, secara akuntasi tidak akan mempengaruhi kinerja perusahaan walau harus bayar kupon. Andai perusahaan mengalami kesulitan likuiditas membayar kupon maka dapat ditangguhkan. Itu tidak dianggap default. Namun tetap kupon dihitung sebagai outstanding dan komulatif.

“ Berapa lama call option Perpetual bond itu ? tanya Tom.

“ 10 tahun.”

“ Saya sudah baca propektusnya. Market secure dan growth bagus. Kamu sebaiknya masuk dalam limited offer. Saya akan atur beberapa investor ikut penawaran. Tenang saja. “ Kata Tom.  Chang nampak senang. Karena strategi ini sangat efektif meningkatkan kinerja perusahaan tanpa menekan DER yang sudah mencapai ambang batas. Dan tentu akan meningkatkan value perusahaan bila laba meningkat. Sehingga memudahkan perusahaan melakukan leverage untuk ekspansi. 

Ketika kami sedang asyik berbicara, petugas cleaning service masuk untuk membersihkan ruangan. Chang mempersilahkan. Kami melanjutkan pembicaraan. Setelah usai membersihkan ruangan itu, petugas cleaning service minta permisi untuk pergi.  Chang memberi tip kepada petugas cleaning sevice itu sebesar RMB 1000 ( Rp. 1.600,000). Petugas itu seorang wanita, yang mungkin usianya tak lebih 30 tahun.  Tangannya gemetar ketika menerima  uang itu. Saya segera mengucapkan gong xi pa chai Wanita itu menjawabnya dengan air mata berlinang, dan akhirnya air mata berurai jatuh dipipinya. Mukanya memerah.  Berkali kali dia mengatakan terimakasih. Kami semua mengangguk. Wanita itu  keluar ruangan tanpa membalikan punggung. Dia berjalan mundur tanpa henti memandang kami dengan air mata berlinang..

Peristiwa yang walau hanya tiga menit itu, disaksikan oleh kami semua. Tom terharu. Menurutnya ini baru kali dia menyaksikan dan merasakan betapa dalamnya makna memberi. Menurutnya lagi, air mata tidak mudah jatuh berurai. Kalaulah tanpa dorongan hati tak mungkin airmata berurai. Wanita itu mungkin selama hidupnya tidak pernah mendapatkan gratis kecuali dari orang tuanya. Maklum system kehidupan di china memang dirancang memaksa orang untuk berbuat agar bisa makan. Tak ada yang gratis. Demikian penjelasan dari Chang. Ya, budaya lunar new Year memang di dalamnya ada tradisi berbagi.   Dalam keseharian, budaya itu telah bertransformasi dari donasi ke tersedianya industri , perdagangan, jasa, yang massive, yang membuat kesempatan kerja dan peluang bagi ratusan juta rakyat.  Berbagi secara terhormat, tentunya. Yang punya modal, tenaga, dapat bersinergi, suatu perbaduan antara kapitalisme dan sosialisme yang indah.