Saturday, December 31, 2022

Segelintir orang menguasai kekayaan global

 



Mengapa berkali kali Elon Musk mau invest di Indonesia, dan akhirnya hanya cerita. Mengapa soft bank akhirnya juga gagal investasi di Indonesia. Kalau anda lihat Eropa dan AS menempati urutan lebih rendah dari Singapore dan China sebagai investor. Media massa memberitakan alasan kegagalan itu. Tapi sebenarnya ini berkaitan dengan rendahnya implementasi ESG di Indonesia. Tahun 2021, berdasarkan survey IBCSD ( Indonesia Business Council for Sustainable Development), Indeks ESG Indonesia berada pada peringkat ke 36 dari 47 pasar modal di dunia. Rendah sekali kepatuhan kita kepada ESG.


Sebelum saya bahas lebih lanjut soal sumber daya keuangan global untuk investasi di Indonesia, sebaikanya saya jelaskan secara sederhana tentang ESG (Environment, Social, Governance). ESG adalah  standar perusahaan dalam praktik investasinya yang terdiri dari tiga konsep atau kriteria Lingkungan, Sosial, dan  Tata Kelola  Perusahaan. Sederhananya, setiap investasi harus memperhatikan lingkungan. Kalaupun itu dipenuhi maka investasi itu harus berdampak sosial bagi masyarakat sekitarnya. Dan harus dikelola dengan baik, tidak bersifat rente dan korup atau bahasa mesra entrepreneurship vision.


Mulia sekali kan konsep ESG itu? lantas siapa yang menggagas itu ?  sebenarnya ide itu datang dari Individu yang masuk katagori ultra high net worth “ (UHNW) - atau secara awam disebut " para konglomerat financial” Populasi ultra-high-net-worth global berdasarkan laporan ( 2022) dari Wealth-X adalah 392.410. Terdiri dari AS sebanyak 134.530. Asia sebanyak 116.080. Eropa ada   100.370 individu. Kekayaan gabungan UHNW secara global pada paruh pertama tahun 2022 menjadi US$41,8 triliun. Bayangkan segelintir orang itu punya aset mengalahkan PDB China dan AS. Jadi gerakan mereka sangat significant mempengaruhi dunia untuk terjadinya perubahan


Mereka ini memang tidak terungkap namanya dipublik. Tapi 90 % lebih perputaran urang di dunia ada pada mereka. Nah mereka inilah yang mendorong agar negara G7 meratifikasi ESG dan kemudian bergulir ke level G20. Sejak tahun 2020, ESG sudah menjadi standar dunia investasi. Pertanyaan bego. Mengapa sampai begitu pedulinya mereka UHNW itu soal ESG ? Pertama mereka merasa dirugikan akibat negara negara di dunia menerapkan sistem kapitalisme yang mengabaikan standar moral. Data dari Wealth-X, kekayaan gabungan UHNW secara global turun 11% pada paruh pertama tahun 2022. 


Kedua, mereka melihat proses perkembangan ekonomi selama ini tidak seimbang. Terbukti krisis dan resesi terjadi. Nah ini bukan karena tidak ada peluang dan pasar. Tetapi karena sistem negara negara di dunia ini yang korup, terutama semakin besarnya dana ilegal mempengaruhi politik formal membentuk oligarhi politik , yang tidak  menjunjung tinggi transfaransi dan demokratisasi. Tentu ini berdampak kepada kerusakan lingkungan,  tingginya rasio GINI dan lemahnya negara dihadapan oligarki bisnis.


Para QI  ( qualified investor ) atau mereka dari UHNW bersama NGO international seperti Global Impact Investing Network (GIIN), terus terlibat mengadvokasi lembaga keuangan international dan lembaga Multilateral agar focus kepada standar ESG dan menghukum negara yang abai terhadap ESG. Makanya jangan kaget bila investor asing yang masuk ke Indonesia  terbesar adalah China dan Singapore. Mengapa ?  Investasi China besar ke Indonesia karena mereka tidak begitu terpengaruh dengan standar kepatuhan ESG. China memang lebih realistis dan tidak seperti AS dan Eropa yang cenderung hendak memperbaiki nilai nilai baru kapitalisme. Berbeda dengan Singapore, bukan tidak patuh kepada ESG, tapi karena investasi asing yang mau ke Indonesia itu sebenarnya uang konglo Indonesia sendiri. 


Masalahnya bukan soal ketergantungan modal kepada investor untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi kapan sih kita mau berubah menjadi negara bermartabat. Membangun berdasarkan prinsip lingkungan,sosial dan tata kelola yang baik. Kapan?

Thursday, December 29, 2022

Kalau mau mikir, Indonesia sudah makmur.

 



Indonesia kaya akan sumber daya laut. Bahkan dulu kala nusantara ini disebut sebagai negara bahari. Bangsa yang hidup dari laut. Menurut data dari  Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bahwa potensi kekayaan laut Indonesia hampir mencapai Rp20.000 triliun per tahun. Namun total potensi keekonomiannya sebesar US$1,33 triliun atau Rp19.950 triliun (Kurs Rp15.000). Ok lah. Saya tidak akan membahas kekayaan laut yang ribuan triliun  itu. Saya  hanya akan bahas soal potensi Mikroalga. Ini hanya sebagian kecil dari kekayaan sumber daya laut kita. 


Apa itu microalgae ? adalah ganggang mikroskopis, bersel tunggal yang mungkin ada secara mandiri atau berkoloni. Mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintetik yang memanfaatkan karbondioksida dan sinar matahari untuk membentuk biomassa dan menghasilkan sekitar 50 persen oksigen di atmosfer. Jenis mikroalga ada empat macam? Yang diantaranya: 

Bacillariophyceae (diatom),

Chlorophyceae (ganggang hijau), 

Chrysophyceae, (ganggang emas) dan 

Cyanophyceae ( ganggang biru)

Di indonesia hampir semua perairan ada microalgae ini. Ia juga  nempel pada permukaan rumput laut.


Lantas untuk apa Microalgae itu? 


Microalgae digunakan sebagai sumber energy alternatif yang bisa diolah jadi biofuel generasi ketiga, termasuk biodiesel , biogas , biohidrogen , dan bioetanol. Pada November 2021, Honeywell Technology mengumumkan bahwa teknologi UOP Ecofining berhasil mendukung penerbangan jet pertama di dunia yang menggunakan bahan bakar alga. Nah kan lebih baik gunakan microalgae untuk biofuel pengganti LPG kebutuhan rumah tangga daripada gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME), yang merusak lingkungan dan tidak membuat rakyat kalimantan dan sumatera kaya juga. Yang makin kaya malah konglo pemilik konsesi tambang termasuk Abangnya Eric. Bahkan bioplastik dihasilkan dari Alga loh, Nah keren kan. Kita bisa punya kemasan akrab lingkungan yang tidak ada efek rumah kaca yang bikin bumi memanas.


Microalagae juga digunakan oleh industri pharmasi untuk memproduksi vitamin A , B1, B2, B6, B12, C, E, nikotinat, biotin , asam folat , dan asam pantotenat. Lebih separuh pasar pharmasi adalah vitamin berkualitas tinggi dari alga, Karena kandungan protein  otobioreaktor alga diatas 50%, maka bagus untuk bahan baku industri makanan hewan berkualitas tinggi ( premium). Juga digunakan untuk pengolahan air limbah, yang bisa langsung diminum. Microalgae juga digunakan dalam industri minuman ringan pengganti soda. 


Dalam industri makanan, mikroalga mampu meningkatkan aroma, flavor, tekstur, dan cita rasa produk pangan seperti  saus salad, makanan ringan, daging, kembang gula , sup, telur, es krim, saus, dan ikan. Pada Januari 2022, Yemoja Ltd., sebuah perusahaan rintisan mengembangkan bahan-bahan canggih dari mikroalga, untuk steak dan burger nabati. Keren ya daging buatan. Kita bisa engga pusing lagi harga daging naik.  Engga perlu ada lagi mafia sapi.


Pasar microalgae terus meningkat dari tahun ketahun seiring berkembangnya tekhnologi untuk menghasilkan lebih luas downstream microalagae. Nah kalau microalgae dimanfaatkan, Indonesia sebenarnya duduk diatas sumber daya yang tidak pernah habis dan memberikan peluang kemakmuran bagi semua. Itu kalau mau mikir. Lantas mengapa kita punggungi laut dan rusak lingkungan di darat demi Cuan ? Mikir ! Itu karena kita membangun tidak berbasis riset.  Makanya jangan kaget walau  lebih 70 tahun kita merdeka masih saja kita membahas omong kosong. Membahas politik dan terpolarisasi. Kita tidak bernegara dengan akal sehat. Anggaran riset kita hanya 0,28% dari PBD. 


Menurut UNESCO Science Report: the race against time for smarter development,  8 dari 10 negara di dunia ini sama dengan Indonesia yaitu alokasi anggaran nasional untuk riset  ( gross domestic expenditure on R&D-GERD) dibawah 1% dari PDB. Makanya jangan kaget sebagian besar negara di planet bumi ini hidup serba bergantung sains dengan segelintir negara yang dengan anggaran riset diatas 1%. Ketergantungan apa saja. Dari masalah sosial, budaya, politik dan tekhnologi jadi follower buta.


Saya ambil contoh China. Tahun 2012 GERD mereka sudah diatas 1%, yaitu 1,91%. Tahun 2021 sudah 2,44% atau 2,8 triliun yuan (sekitar 405 miliar dolar AS). Anggaran itu dua kali dari APBN kita. Lebih besar dari anggaran GERD Eropa. Memang raksasa. Perhatikan. Ketika mereka bicara tentang national growth, maka basic nya adalah berapa anggaran R&D yang dikeluarkan. Bandingkan dengan negara kita, national growth basicnya adalah konsumsi. Beda sekali mindset nya. Tentu beda juga hasilnya.


GERD indonesia terendah di antara negara ASEAN, Memang design pembangunan tidak bertumpu kepada riset. Berdasarkan perhitungan GKI ( Global Knowledge Index), Indonesia nomor 81 dan komponen R&D menjadi yang paling buruk di posisi ke-115. Ya kita lebih mengandalkan kepada SDA. Tidak ada design jangka panjang  penguasaan tekhnologi dan kemandirian. Dari sejak era Soeharto sampai kini era reformasi, malah Indonesia masuk era deindustrialisasi. Ketergantungan impor sangat tinggi. Riset semakin terabaikan. Makanya jangan kaget  bila  segelintir orang tanpa kerja banyak dan memeras otak bisa kaya raya dari SDA. Jangan kaget bila oligarkhi terbentuk begitu saja. Politik kita adalah politik feodal.


Saran saya kepada Jokowi.  arahkan design pembangunan berbasis riset. Tingkatkan anggaran riset. Setidaknya 1% dari PDB. Beri insentif pajak  kepada korporat yang mengeluarkan anggaran riset bagi bisnisnya untuk program inovasi dan alih tekhnologi. Insya Allah dalam jangka panjang kita akan mandiri. Tentu asalkan design ini dilaksanakan konsisten.


Friday, December 23, 2022

Larangan ekspor Bauksit.



Bijih bauksit merupakan batuan yang mengandung tiga mineral utama dan berkaitan dengan mineral silikat dan biasanya dijadikan bahan baku untuk membuat aluminium. Selain itu, bauksit dapat diolah untuk pemurnian air, kosmetika, farmasi, keramik dan plastik filler. Bauksit lebih utama untuk industri almunium. Sebagai logam tahan korosi dan logam konduktif elektrik, aluminium sangat ideal untuk berbagai aplikasi. Produk aluminium hilir sangat penting sebagai supply chain pada sejumlah industri, termasuk kedirgantaraan, pertahanan, kereta api berkecepatan tinggi, kendaraan listrik dan proyek infrastruktur, transmisi daya listrik, konstruksi, mesin. 


Berdasarkan pemutakhiran data tahun 2014, Indonesia mempunyai sumber daya bauksit sebanyak 3.617.770,88 ton dan logam bauksit sebanyak 1.740.461.414 ton. Total sumber daya bijih adalah 5.358.232.296 ton. Berdasarkan Pusat Sumber Daya Geologi (Pusat Sumber Daya Geologi, 2014), cadangan bijih sebesar 1.257.169.367 ton dan mineral bauksit sebesar 571.254.869 ton sehingga total cadangan sebesar 1.828.424.236 ton.


Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) secara resmi mengumumkan pelarangan ekspor mineral mentah berupa bijih bauksit pada Juni 2023 mendatang. Pelarangan ekspor dilakukan supaya perusahaan pertambangan bauksit mengembangkan hilirisasi di dalam negeri. Saya setuju. Tetapi dalam prakteknya mengulang kesalahan pada hilirisasi nikel. Harusnya yang dilarang bukan hanya ekspor bauksit tetapi juga ekspor alumina. Yang boleh ekspor itu adalah turunan dari alumina seperti aluminium, ekstrusi aluminium,  dan produk turunan lain yang bahan bakunya bauksit.


Strategi hilirisasi Bauksit.

Bulan juni 2023 Jokowi melarang ekspor bauksit. Sebenarnya entah siapa yang bisikin. Katanya larangan itu cara agar China dan Eropa merelokasi smelter nya ke Indonesia. Yang jadi masalah Jokowi tidak paham. Bahwa China dan Eropa sejak tahun 2008 mulai membatasi produksi smelter bauksit bukan karena tidak ada bahan baku bauksit. Bauksit bukan hanya dari Indonesia, di Afrika juga melimpah. Yang jadi masalah adalah soal energi. Sesuai kesepakatan iklim Paris, China dan Eropa melarang smelter bauksit gunakan bahan bakar dari Batubara. Karena polutan. 


Yang harus dipahami bahwa mengolah bauksit tidak sama seperti nikel, yang dibakar dalan tanur sembur. Tapi  bauksit perlu dimurnikan menjadi alumina yang kemudian diubah menjadi logam melalui elektrolisis. Nah ini memerlukan energi yang sangat besar. 60% biaya produksi alumina adalah energi. Ya, investasinya padat listrik, padat modal. Makanya kalau buat smelter alumina, yang pasti untung duluan adalah yang memasok listrik. Yang jualan fuel ( batubara atau gas ). Kalau harga fuel naik, ya listrik mahal. Engga efisien lagi.


Makanya jangan kaget tahun 2008 bila negara timur tengah yang kaya minyak dan gas membangun Smelter aluminium. Sebenarnya mereka jualan minyak dan gas tetapi melalui industri aluminium. Saat itu merupakan strategi yang jitu menyelamatkan industri MIGAS yang sedang jatuh harga, sementara aluminium sedang tinggi tingginya. Setidaknya mereka bisa tetapkan harga jual fuel ke smelter diatas harga produksi. Pada tahun 2012, Timur Tengah menyumbang sekitar 10 persen dari produksi aluminium utama dunia.  Bauksit didatangkan dari Afrika Barat.


Jadi seharusnya Jokowi tahu kalau ingin melarang ekspor bauksit ya bangun dulu PTLA. Itu energi murah dan ramah lingkungan. Sumber PLTA raksasa ada di Papua dan Kalimantan Utara. Sungai Kayan, mampu menghasilkan PTLA dengan kepasitas 9000 MW. Atau yang dekat Australia, bangun PTLA di Sungai Mamberamo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Focus ke sana. Agar ekspor alumina bisa terkendali dari ilegal ekspor seperti kasus nikel, ya buat KEK untuk pusat industri alumina berserta downstreamnya. Lengkapi dengan pelabuhan international dan feeder sebagai Pusat logistik Juga lengkapi dengan pusat pengolahan limbah. Itu pasti akan didatangi pemain industri alumina dari seluruh dunia. 


Nilai tambah bauksit

Nah Total cadangan bauskit kita  1,8 miliar ton. Setelah diolah jadi alumina menjadi 1,08 miliar ton. Harga Bauksit USD 43 /ton. Setelah diolah jadi alumina harga USD 330/Ton. Nilai tambah dari bauksit ke alumina sebesar 9 kali. Kalau diolah jadi aluminium, harga USD 2,500. Nilai tambah dari alumina ke aluminium sebesar 8 kali. Nilai tambah aluminium terhadap bauksit 58 kali. Kalau aluminium diolah jadi ekstrusi harga USD 3.300 /ton. Nilai tambahnya 76 kali. Itu belum termasuk downstream bauksit untuk industri keramik, industri kosmetika dan industri higinis, Industri refraktori, Industri kemasan, Indusri tinta. Nilai tambahnya bisa ratusan lipat..


Nah mari kita berhitung. Kalau 1,8 miliar ton jadi ekstrusi dengan harga USD 3,300/ton maka nilainya itu sama dengan USD 5.940 miliar. Nah kalau hutang nasional kita ( termasuk swasta dan BUMN) sebesar USD 500 miliar, itu utang kecil banget. Hanya 10% dari potensi penerimaan Ekspor Ekstrusi. Belum lagi dampak berganda dari wilayah penghasil bauksit di kalimantan ( Barat ) dan Sumatera ( Riau). Dua wilayah itu akan jadi pusat industri aluminium terbesar dunia.


***

Masalahnya, untuk menjadikan potensi ekonomi itu menjadi potensi kemakmuran diperlukan pemimpin yang visioner, yang tahu nilai nation interest dalam membangun industri, pentingnya R&D dan tentu pentingnya kualitas SDM yang punya kompetensi kelas dunia. Jokowi engga paham itu. Nikel saja yang nilai tambahnya lebih tinggi dari bauksit dia bikin hancur program hilirisasi. Kini 7 tahun lagi nikel akan habis. Kita masih terjebak utang Rp. 8000 triliun dan 1/4 anak lahir kurang gizi.


Tuesday, December 13, 2022

Aliran Uang gelap



Pemerintah meminta agar BI bisa segera membuat kebijakan yang dapat menahan dolar hasil ekspor (DHE) di dalam negeri. Setiap DHE dalam bentuk dolar harus diparkir di dalam negeri untuk beberapa waktu. Meskipun neraca perdagangan Indonesia surplus 30 bulan berturut-turut, kenyataannya tak mampu membuat pasokan dolar AS di tanah air bertambah. "Likuiditas valas terbatas, padahal trade balance besar. Satu hal ini memang agak berbeda dengan periode-periode yang lalu," jelas Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam konferensi pers Oktober 2022, dikutip Rabu (7/12/2022). Mengapa ? Saya akan ulas secara praktisi aja. Maklum saya hanya pedagang kampung.


Mungkin anda jarang mendengar istilah illicit financial flows (IFFs) atau dalam bahasa indonesia artinya aliran uang gelap ( ilegal). Tentu ini akan mudah dipahami kalau dikaitkan dengan isu penghindaran pajak (tax avoidance), pengelakan pajak (tax evasion) dan pencucian uang dari aktivitas kriminal. Untuk lebih detail baca dech buku “Capitalism’s Achilles Heel: Dirty Money and How to Renew the Free Market System” Itu yang nulis adalah Raymond Baker. Dia juga pendiri Global Financial Integrity (GFI), lembaga think-tank yang bertujuan untuk mengkuantifikasi aliran keuangan gelap.


Kalau mau jujur, data ekspor batubara di neraca dagang international dengan data ekspor di Beacukai engga sama.  Artinya data impor batubara dari Indonesia oleh negara lain, dengan data dalam negeri engga sama. Mengapa ? itu karena ketidakcocokan perdagangan antar negara (trade misinvoicing). Engga percaya? coba dech audit sederhana berdasarkan UN Comtrade Database dengan klasifikasi Harmonized System (HS) 6-digit. Mudah tahu kok, adanya trade misinvoicing berupa ekspor under-invoicing dan ekspor over-invoicing.


Masih engga percaya? mari kita lihat data hutang luar negeri kita. 
Bank Indonesia melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Maret 2022 berjumlah US$411,5 miliar atau setara Rp6.033 triliun (kurs US$1 = Rp14.661). Di periode ini Singapura menjadi negara pemberi utang terbesar ke Indonesia, dengan nilai total pinjaman US$60,9 miliar atau setara Rp892,8 triliun. Nah, rangking pertama kepada Singapore. Bukan kepada China atau AS atau Jepang. Itulah akibat adanya selisih pencatatan. Ekspor hasil devisa yang masuk ke Indonesia sedikit, lebih banyak parkir di luar negeri dan kemudian masuk secara legal ke indonesia lewat skema hutang. Itu uang milik orang indonesia sendiri. 


Sekian dekade, Indonesia mengalami lebih banyak aliran keuangan gelap yang masuk dibandingkan yang keluar. Masuknya uang itu bukan berarti bagus, tetapi justru  semakin lama semakin besar kontrol mereka terhadap SDA dan politik. Makanya sulit bagi pemerintah mau kendalikan oligarki bisnis. Siapapun presidennya. Tahukah anda?  Berdasarkan data dari Global Financial Integrity (GFI), Gross Excluding Reversal (GER), aliran keuangan gelap keluar dari Indonesia terbesar terdapat pada komoditas batu bara, selanjutnya berturut-turut diikuti oleh komoditas minyak sawit dan karet. Mereka ini sebenarnya trouble maker bagi ketahanan ekonomi kita, khususnya kekuatan devisa kita, mata uang kita. 


Tapi apa mau dikita, 50 daftar orang terkaya di indonesia, ya bisnis nya engga jauh dari Batubara dan Sawit.  Dan sebagian mereka masuk dalam daftar tim sukses Presiden. Mungkin mereka tidak termasuk yang dianggap trouble maker itu. Ada Yusuf Kalla. Dia jadi etua Dewan Pengarah Tim Pemenangan. JK juga pemilik konsesi batubara dibawah Group Kalla dan konsesi PLN program 35.000 MW.. Ada Juga Tim Bravo 5, mereka mantan pensiunan jenderal ( TNI/POLRI). Mereka semua pemilik konsesi batubara. Diantaranya Pak LBP pemilik konsesi tambang batubara atas nama Toba Energi. Ada juga Letjen Suadi, PT, Kutai Energi dan lain lain.

Di dewan penasehat. Ada nama Osman Sapta Odang. Juga pemilik Konsesi batubara atas nama PT. Total Orbit. Hari Tanoe, pemilik konsesi tambang batubara dibawah MNC Energi and Natural resource. Pada tim Bendahara dipegang oleh Andi Samsudin Arsyad. Dia juga raja batubara di Kalimantan Selatan atas nama Jhonlin Group. Bersamanya juga ikut teman temannya yang masuk 10 top perusahaan tambang Batubara, yang juga pemilik pembangkit listri program 35,000 MW. Nah Jokowi  mengambil langkah serius dalam menghadapi kelangkaan dolar AS di Tanah Air. Bank Indonesia (BI) diminta untuk membuat mekanisme agar pasokan dolar AS berlimpah di dalam negeri. Mungkinkah upaya serius Jokowi akan sukses mengatasi kelangkaan dollar dalam negeri? kalau engga, rupiah akan berpotensi terus melemah..