Friday, July 31, 2020

Hilirisasi Industri.


Sejak era Soeharto kita dikenal sebagai negara penghasil minyak mentah. Namun sampai sekarang kita tidak punya Industri hulu dan hilir MIGAS secara terpadu. Kalaupun ada, hanya sepotong potong. Industry Petrokimia hilir adalah pengolahan produk setengah jadi dijadikan produk siap untuk dipakai dan digunakan. Contoh seperti nilon, plastik, karet sintesis dan zat peledak. Pada industry petrokimia hilir bahan yang siap pakai siap untuk di distribusikan ke distributor untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Industri Petrokimia hilir ini dipasok oleh Industry Petrokimia Hulu Industry petrokimia hulu akan mengolah bahan dasar yang digunakan menjadi produk setengah jadi ( produk antara) contohnya Methanol, Ethylena, Benzena, Butadiena dan Propilena. 
Dari Industri hilir MIGAS itu saja, sebetulnya bisa melahirkan beragam Industri, seperti bahan plastik, itu bisa buat internal bodi kendaraan, alat dapur, tableware, kemasan dan lain. Karet sintetis juga bisa melahirkan industri hilir seperti alat kaki, bahan bangunan, sparepart kendaraan, alat ban berjalan pada mesin, dan lain sebagainya. Menurut data, sampai sekarang kita masih impor industri hilir petro kimia sebesar 1,5 juta ton. Sedih banget kan. Sedangkan industri pengolah minyak penghasil BBM, kita sedang berjuang untuk mandiri. Baru diera Jokowi itu diperjuangkan serius. Namun sampai sekarang kita masih impor BBM. Rencana tahun 2024 kita baru bisa mandiri.
Mengapa itu bisa terjadi ? karena para pemimpin kita dan kaum terpelajar tidak punya mimpi menjadi negara industri. Mereka terjebak dengan cara berpikir too good to be true. Merasa nyaman jual bahan baku dan beli barang jadi. Berbeda dengan China. Deng Xioping ketika masih hidup sangat yakin bahwa untuk membangun Industri hilir di masa depan, China harus menguasai bahan baku material hightech, yaitu  logam tanah jarang (LTJ). Deng ketika berkunjung ke Mongolia , seraya menjuk ke hamparan lahan tanah warna merah, dia berkata “ Itulah masa depan China, yang akan memimpin peradaban baru Industri dunia.
Semua tahu bahwa LTJ sangat diperlukan sebagai alat penghantar arus listrik dan penyimpan listrik terbaik yang ada di planet bumi. Artinya, tidak ada satupun produk modern yang tidak terkait dengan energy dan listrik. Dan instrument yang terkait dengan arus  listrik dan energy kemajuannya sangat ditentukan oleh keberadaan dari LTJ. Hape dari ukuran besar, menjadi kecil dan akhirnya bisa menyimpan data gigabite, itu berkat berkembangnya riset LTJ. Layar monitor menjadi layar sentuh yang berkecepatan tinggi, juga berkat LTJ. Sistem elektronik pesawat terbang, kendaraan, alat kontrol sistem mesin pabrik dan lain sebagainya butuh LTJ agar high tech bisa diterapkan. Termasuk semakin besarnya daya tampung listrik pada baterai dan lebih ringan, itu berkat LTJ. Drone tercipta berkat baterai lithium yang berasal dari LTJ.
Ketika itu Deng tidak tahu bagaimana caranya mengolah bahan tambang itu menjadi logam tanah jarang untuk material industri. Mengapa ? pengolahannya sangat rumit. Diperlukan alat separator material yang rumit. Karena material galian itu tidak langsung dalam bentuk LTJ. Ia bisa saja bercampur dengan material lain. Contoh di Indonesia, sebagian besar LTJ bercampur dengan material yang ada pada tambang nikel, tembaga, bouksit, almunium, dan timah. Tahun 1950-an dan 1960-an, AS punya Laboratorium Ames dan Pusat Informasi Rare-earth (RIC). Ini lembaga riset khusus tentang LTJ yang dibiayai pemerintah AS untuk mendukung industri hilir swasta yang membutuhkan bahan baku LTJ. Tetapi tidak dilakukan dengan serius. Tahun 2002 dihentikan oleh AS. Sementara Riset Cina sejak tahun 80an terus dipacu. Tahunn 1992 China sudah bisa produksi LTJ.
Apa yang terjadi ? Semua perusahaan industri yang terdaftar dalam 500 fortune pasti punya pabrik di China. Dari industri pesawat terbang seperti Boeing punya manufaktur nya di China. 90% produksi Iphone diproduksi di China. Semua produksi merek Samsung, LG Korea, diproduksi di China. GE raksasa bidang industri hight tech dan electro ada di China. Semua produk Jepang diproduksi di China. Kehadiran mereka di China sangat cepat sekali. Hanya 20 tahun mereka sudah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi China. Dari kehadiran mereka lahirlah  jutaan supply chain yang merupakan perusahaan lokal dengan melibatkan ratusan juta angkatan kerja. Itu karena kebijakan China memaksa terjadinya hilirisasi dari adanya SDA , LTJ.
Tahun 2000an barulah negara lain mencoba mencari tambang yang mengandung LTJ. Karena China semakin monopolis terhadap LTJ. Eropa dan Jepang merasa happy karena mendapatkan supply bahan konsentrat nikel, timah, almunium, bouksit dari Indonesia. Itu mereka olah lewat alat separator untuk mendapaktan material ikutan berupa logam tanah jarang. Itupun masih kurang. Jepang, dan Austalia berusaha untuk membuka tambang baru. Tapi membuka tambang baru juga memakan waktu dan penuh risiko. Dari tiga belas konsesi tambang di Afrika, misalnya, hanya dua yang berproduksi, tiga telah gagal, dan delapan lainnya masih dalam tahap sangat awal. Jepang menemukan sumber daya mineral LTJ di dasar laut. Tetapi penambangannya akan sangat mahal dan beresiko. Di era Jokowi tidak boleh lagi bahan tambang di ekspor dalam bentuk ore atau konsentrat. Harus dalam bentuk hilirisasi. Jepang dan Eropa meradang kehilangan sumber bahan baku LTJ.
Niat dunia agar memindahkan industri supply chain ke negara lain, itu sangat sulit teralisir karena penguasaan China terhadap LTJ. Nah Indonesia adalah satu dari tiga negara penghasil LTJ terbesar di dunia, selain China dan Iran. Barulah di era Jokowi, ambisi menjadikan LTJ sebagai dasar untuk membangkitkan mimpi Indonesia sebagai negara industri. Tahun ini Pt. Inalum sudah bekerja sama dengan BATAN dan China melakukan riset LTJ. Rencana dalam waktu dekat akan mendirikan industri hulu memproduksi LTJ. Di Sulawesi China bersama konsorsium swasta sedang membangun smelter yang mengolah bahan galian nikel menjadi LTJ untuk bahan baku industri baterai. Kalau produksi baterai lithium ini sukses dibangun, maka dapat dipastkan industri yang butuh bahan lithium akan pindah ke Indonesia untuk membangun basis supply chain global.
Kita pernah diberi Tuhan sumber daya alam berupa migas melimpah. Tetapi karena negara  dipimpin oleh Teh Botol ( tekhnorat Bodoh dan Tolol), SDA habis kita tidak punya industri hulu MIGAS yang hebat dan di hilir kita masih tergatung impor. Kaum terpelajar menanggung dosa besar atas keterpurukan industri di Indonesia. Kini dan besok itu jangan lagi terulang. Kedepan kita harus jadikan LTJ sebagai sumber daya membangun industri hilir. Ini memang mimpi besar, tetapi the dream will come true selagi kita mau kerja keras dan konsisten. Lupakan pengamat jadul yang BOTOL, karena mereka adalah produk masalalu yang terbukti gagal.

The Fed : penipu pasar uang?


“ Benar benar engga habis pikir “ Kata teman tadi sore waktu lunch meeting di Taman Anggrek. “ Perusahaan raksasa yang selama ini menjadi inspirasi bagi kita seperti Apple, Microsoft, Goldman Sachs , Visa, Home Depot ternyata mereka menyimpan masalah hutang yang serius. Surat utang mereka di pasar terpaksa di beli oleh Fed agar terhindar dari gagal bayar. Itu bagian dari program QE nya AS. “ sambungnya. 

Memang paket stimulus pemerintah AS US $ 2 triliun tampaknya sangat tidak adil. Kerena sebesar US $ 500 miliar digunakan untuk membeli surat utang Korporat yang terancam gagal bayar. Ini belum termasuk menambah likuiditas perbankan karena terancam bermasalah akibat aliran kas dari debitur melambat.  Semua itu dampak dari krisis dan pandemi COVID-19 yang melahirkan resesi. Ekonomi Amerika Serikat (AS) anjlok hingga negatif 32,9% pada periode April hingga Juni 2020 atau di Kuartal II-2020. Anjloknya ekonomi ini merupakan yang terburuk sejak 1958.

Tetapi bukan hanya AS.  Menurut data, pada akhir kuartal pertama tahun 2019, utang korporat global mencapai 72 triliun dolar AS. Sekitar 40 persen atau USD 29 triliun utang tersebut beredar di pasar negara berkembang.  Padahal tahun 2008, utang korporat yang beredar di pasar negara berkembang hanya 20% dari total utang Global.  Peningkatan cepat ini karena korporat Cina sangat rakus menarik utang melalui pasar. Utang korporat terhadap PDB global sudah diatas 100%. Padahal tahun 2008 masih di rasio 72% terhadap PDB.

Ekspansi korporat yang dibiayai utang inilah yang membuat setiap negara mengalami kelebihan kapasitas output sehingga tidak cukup pasar untuk menampungnya. Sementara value saham korporat sengaja digoreng oleh pemain pasar agar terus berhutang, dengan dukungan dari Lembaga Pemeringkat efek yang mengidikasikan korporat punya leverage untuk menggali utang. Dampak secara makro adalah terjadi ketidak seimbangan ekonomi ( economy imbalance ). Kalau resesi itu terjadi, karena by system, bukan kebetulan, bukan karena covid-19. 

“ Bisa sampaikan dalam bahasa indonesia, apa yang dimaksud dengan the fed membeli surat utang korporat.  Ini kan engga biasa. Seharusnya biarkan pasar yang bekerja. Engga usah di intervensi ? Kata teman.

“ Surat utang itu umumnya diterbitkan dalam kondisi unsecure. Artinya tanpa collateral. Dasarnya hanya patokan tingkat leverage yang dihitung oleh lembaga pemeringkat efek. Semakin diminati pasar untuk sebagai alat investasi mendapatkan coupon dan yield”

“ Artinya kan engga ada masalah. Terus kenapa sampai the Fed intervensi pasar dengan membeli bond tersebut ?

“ Ya karena dasar leverage itu berkaitan dengan laba mengcover biaya tetap seperti bunga utang. Nah kalau laba turun akibat penjualan turun, tentu leverage akan drop. Konsekwesinya investor tabrak CDS agar terhindar dari gagal bayar.  Ini memicu terkereknya harga premium CDS. Kalau premium CDS terus melambung, akan memukul surat utang pemerintah dan pasti mata uang akan jatuh.  Daripada CDS terus melambung dan berdampak kepada kurs, maka the fed lebih memilih membeli bond di pasar agar investor merasa aman. Harga CDS tidak melambung. Mata uang aman.”

“ Apakah semua surat utang korporat di beli oleh The fed ?

“ Ya engga. Itu operasi bank central membangun trust pasar. Bahwa bank central hadir di pasar untuk menjaga likuiditas pasar. Kalau dilihat data, hanya sekitar sebesar 5% saja surat utang yang  dibeli oleh bank central. Tetapi dampaknya sangat besar mempengaruhi persepsi pasar. Orang jadi tenang, harga CDS bisa terkendali. “

“ Terus darimana the fed dapat dana beli surat utang itu ?

“ Dari program QE, yaitu menaikan uang beredar yang ada di the Fed. Uang inilah yang digunakan untuk beli surat utang. “

“ Itu cetak uang?

“ Bukan cetak dalam pengertian awam. Itu hanya mengubah catatan utang beredar dalam bentuk surat utang di  brankas the Fed. Kelak kalau pasar normal, akan dijual lagi ke pasar. Atau bisa juga dijadikan backup penerbitan surat utang negara dalam rangka menambal APBN yang defisit. “

“Artinya uang di create begitu saja, kemudian digunakan untuk beli surat utang korporat, agar duit merubah menjadi sumber daya instrumen investasi. Sesuatu yang lengkap dengan underlying business.  Secara tidak langsung AS melakukan penipuan sistem mata uang. “ Kata teman.

“ Bisa jadi begitu walau tidak sepenuhnya benar.”  Kata saya senyum. 

“ Maksud kamu ?

“ Ya itulah politik. Karena pada akhirnya uang ya politik. “

“ Salah kan? Iya kan?

“ ya engga juga. Selagi uang  QE itu digunakan untuk tujuan menggerakan ekonomi yang berhubungan dengan angkatan kerja dan prospek penerimaan pajak di masa depan, itu sah aja. Lain halnya uang QE itu dipakai untuk konsumsi yang tidak berdampak kepada nilai ekonomi , nah itu salah.”

“ OK lah. Terus kalau sekelas Apple, Microsoft, Golman, saja terpaksa harus di intervensi bond nya oleh the fed, lantas kemana saja uang selama ini.”

“ Maksud kamu ?

“ Siapa yang untung sebenarnya. Logikanya kan, kalau ada yang tekor pasti ada yang untung”

“ Pemain hedge fund ?

“Siapa mereka itu ?

“ Engga tahu.  Karena mereka tidak pernah diliput media massa dan hidup mereka jauh dari selebritis. “ 

“ Jadi semacam hantu”

Saya hanya tersenyum.

Wednesday, July 29, 2020

Hutang korporat dijamin pemerintah agar ekonomi stabil


Kalau anda terima gaji, akan ditransfer ke rekening anda di Bank. Semua dana pensiun yang memotong gaji orang, uangnya masuk ke bank. Semua premi asuransi, terkumpul masuk ke bank. Dana APBN tersalurkan ke kementrian dan Daerah, melalui bank. Sehingga di abad 21 ini tidak ada satupun orang bisa menghindar dari sistem perbankan. Bahkan dengan adanya uang digital, praktis transaksi cash settlement lewat perbankan. Orang kaya setelah puas belanja ini dan itu, sisanya dia tabung di bank.  Uang berlebih masuk ke bank dan pada waktu bersamaan yang kekurangan uang datang ke bank. Agar apa? agar proses yang berlebih dan kurang berubah menjadi barang dan jasa. Sehingga sistem ekonomi berjalan sehat dan peradaban bergerak ke depan.

Sistem perbankan kalau dinalogikan dalam tubuh adalah jantung. Yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung untuk dipompa lagi. Begitu bekerjanya sistem tubuh kita. Agar kita sehat. Perbankan juga adalah jantung ekonomi negara, agar uang bisa di pompa ke masyarakat lewat produksi dan kembali ke perbankan lagi lewat transaksi. Artinya hukum ekonomi ; demand dan seupply berlangsung sehat ,maka uang sebagai alat pembayaran dan pertumbuhan dapat terus  berlangsug. Nah sebaliknya, bila salah satu terganggu, katakanlah, sisi permintaan turun, maka sistem mata uang akan goyah. Sistem ekonomi retak, yang bisa saja menciptakan kerusakan sosial dengan adanya pengangguran dan daya beli menurun, barang tidak tersedia.

Negara disebut krisis bila sisi permintaan ( demand) turun. Kalau demand turun, dan tidak biasa diatasi, biasanya akan berlanjut supply juga turun. Hukum alam. Dampaknya akan terjadi penurunan kapasitas. Pertumbuhan ekonomi akan jatuh ketingkat negatif. Nah ini disebut dengan resesi. Sebelum Covid19, kita sudah masuk krisis. Karena turunnya sisi permintaan ekspor, dan jatuhnya harga komoditas utama. Ketika terjadi pandemi COVID-19, kita masuk resesi dengan ditandai oleh pertumbuhan negatif pada kwartal kedua. 

Lantas gimana solusinya?  Kita sudah tahu jantung ekonomi adalah perbankan, maka perbankan itulah yang dulu disehatkan oleh pemerintah. Di negara manapun melakukan hal yang sama. Karena teorinya sama. Gimana caranya ?  ya sama seperti orang kena penyakit jantung. Pertama kali yang dilakukan dokter adalah memperlebar pembuluh darah yang menyempit tanpa perlu operasi. Ekonomi juga sama. Pemerintah memperlebar ruang relaksasi perbankan. Ketentuan mengenai Giro wajib minimum ( GWM) di perkecil sehingga bank ada kelebihan likuiditas untuk memompa kredit. Pemerintah juga melonggarkan CAR agar kelebihan modal bisa dipakai untuk ekspansi kredit. Nah kalau cara ini belum juga menyehatkan perbankan, maka ditempuh langsung operasi jantung. Apa itu? tugas bank sebagai penyalur kredit, diperbaiki dengan memberikan bantuan berupa program penjaminan kredit. Dengan demikian, resiko bank mengecil, jantungnya bergerak kuat lagi untuk menjadi agent ekonomi memacu pertumbuhan.

“ Babo, kenapa pemerintah memberikan bantuan program penjaminan kepada korporat. Itu kan engga adil. Enak benar mereka. Padahal banyak rakyat miskin yang perlu bantuan. “ Kata nitizen via WA. 

“ Bantuan itu diberikan agar korporat dapat terus melanjutkan usahanya, di tengah ketidak pastian ekonomi akibat krisis dan pandemi, yang pada waktu bersamaan tidak menghalangi bank menberikan kredit walau resiko tinggi akibat pandemi.”

“ Jadi bank tetap bisa menyalurkan kredit dengan resiko rendah dan dunia usaha bisa terus produksi. Mesin ekonomi berputar lagi.Terus di mana pengaruhnya terhadap rakyat kecil ? Katanya.

“ Ya. Kalau roda ekonomi berputar, maka tidak terjadi PHK dan angkatan kerja tetap terserap. Kalau mereka untung, akan membayar pajak. Negara bisa dapat penghasilan untuk melaksanakan fungsi sosialnya lewat APBN. Orang miskin bisa ketolong” 

“ Wah kalau gitu bakal banyak korporat ajukan kredit karena dapat program penjaminan dari pemeritah. “ Katanya dengan nada curiga dan nyinyir.

“ Walau ada program penjaminan, itu bukan berarti gampang dapatinnya. Syarat utama, nasabah tercatat bukan nasabah  macet tetapi nasabah lancar.  Jadi rating nasabanya harus AAA. Bukan nasabah abal abal. Nasabah harus punya usaha sesuai skala prioritas seperti sektor wisata, otomotif, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, elektronik, furnitur, produk kertas dan sektor padat karya yang terkena dampak COVID-19. Diluar itu disebut non prioritas dapat juga penjaminan tetapi tidak full. Jumlah karyawan minimal 300 orang. Yang dapat platfon kredit dari Rp. 10 miliar sampai Rp. 1 triliun. Tapi tidak termasuk BUMN."

“ Apakah program penjaminan itu artinya pemerintah tempatkan uang tunai sebagai collateral di bank ?

“ Tidak. Program penjaminan itu dalam bentuk skema.”

“Apa skemanya ?

“ Penjaminan itu melalui lembaga yang bergerak sebagai collateral provider, seperti Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai penjamin dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII). Nah lembaga ini ditempatkan sebagai Special Mission Vehicle (SMV), yang bertugas memberikan penjaminan kepada korporat.”

“ Caranya? 

“ Pemerintah menempatkan PMN kepada PII dan LPEI agar kemampuan mereka lebih besar memberikan jasa penjaminan. Target pemerintah memberikan program jaminan sebesar Rp. 100 triliun. Penjaminan itu kan semakin besar resiko, semakin besar ongkos Imbal Jasa Penjaminan ( IJP). Nah agar mereka tidak rugi sebagai SMV, dan tidak membebani ongkos kepada nasabah, maka pemerintah memberikan subsidi IJP. Penjaminan sampai Rp. 300 miliar, subsidi IJP 100%. Rp. 300 miliar sampai Rp. 1 triliun, subsidi IJP 50%. Pemerintah juga memberikan mereka stop loss terhadap resiko penjaminan. Di samping itu juga dapat fasilitas backstop jika claim melebihi ambang batas klaim yang ditanggung oleh mereka. “

“ Jadi dengan skema itu tidak ada alasan bagi LPEI dan PII gagal melaksanakan misi pemeritah. “Katanya menyimpulkan.

“ Tepat.”

“ Apakah kredit itu dijamin 100%? 

“ Oh tidak. Untuk sektor non prioritas hanya diberikan penjaminan sebesar 60%, 40% disediakan nasabah sendiri. Sektor yang prioritas, dijamin 80%, sisanya dijamin oleh nasabah dengan menempatkan collateral di bank.”

“ Bank apa saja yang ada program penjaminan itu ?

“ Ada 15 bank. Diantaranya adalah yaitu PT Bank Central Asia, Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank DBS Indonesia,PT Bank HSBC Indonesi,a PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Maybank Indonesia, dan PT Bank Resona Perdania, Tbk. Standard Chartered Bank, PT Bank UOB Indonesia, PT Bank Mandiri  Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Negara Tbk, PT  Bank DKI, dan Bank MUFG, Ltd. Datangilah bank itu. Kamu akan dapat penjelasan lengkap. Udahan ya."


Memang kebijakan ini memastikan korporat yang sehat dapat selamat, yang udah brengsek dari sononya biarin aja nyungsep daripada hidup tetapi engga punya kontribusi kepada negara.  Pengusaha yang baik memang harus diamankan dari situasi extraordinary, dan karena itu negara diperlukan hadir menjaga mereka. Itu sebabnya  penjaminan ini tidak bersifat donasi, tetapi skema bisnis dan dijalankan secara bisnis juga, yaitu melalui lembaga pembiayaan yang sudah teruji kompetensi dan akuntabilitasnya. Skema ini jauh lebih smart daripada bailout dan write-off utang dengan menyuntik perbankan lewat dana stimulus.

Tuesday, July 28, 2020

Sudhamek Agoeng Waspodo Sunyoto


Di kalangan pengusaha, semua tahu siapa itu Sudhamek. Dia adalah pengusaha urutan 42   terkaya di Indonesia. Lah apa bisnisnya ? ya produksi kacang dan jualan kacang. Nama mereknya “ Kacang Garuda. Nah tentu anda semua tahu merek kacang ini. Karena pasti pernah merasakan kegurihan Kacang Garuda.  Siapa Sudhamek itu ? Ia adalah putra bungsu dari 11 bersaudara, dari pasangan Darmo Putro dan Poesponingroem. Ayah dan ibunya adalah pengusaha yang membidani berdirinya pabrik Kacang Garuda. Hanya saja sampai membesar perusahaan itu dan terkenal sampai ke manca negara setelah di komandani oleh Sudhamek. Bagaimana ceritanya sampai perusahaan keluarga bisa jadi raksasa, dan menempatkan Sudhamek sebagai konglomerat masuk urutan 50 orang terkaya di Indonesia ?

Sudhamek menyelesaikan pendidikanya di fakultas ekonomi Universitas Satya Wacana pada tahun 1981dan kemudian sarjana Hukum pada tahun 1982 di universitas yang sama. Setamat kuliah dia berkarir di PT. Gudang Garam Tbk. Dari sinilah Sudhamek menimba ilmu dan pengalaman selama delapan tahun. Hingga ia berhasil menduduki posisi sebagai Presiden Direktur di PT. Trias Santosa Tbk ( anak perusahaan PT. Gudang Garam Tbk). Tahun 1991 hingga 1994 ia bergabung dengan Djuhar Group sebagai Executive Director. Akhirnya di tahun 1994, barulah ia masuk kembali ke dalam bisnis dan perusahaan keluarganya dengan menjadi CEO Garuda Food di bulan Oktober.

Sudhamek berhasil meyakinkan kakak-kakaknya untuk mulai mengembangkan merek. Dan disepakatilah dana Rp 600 juta untuk prosesnya. Dikisahkan di awal proses mereka sempat mengalami kegagalan, tapi mereka terus bergerak untuk beriklan. Kemudian pada tahun 1996, perusahaan ini memproduksi juga kacang atom, salah satu alasannya karena seorang kakak perempuannya adalah ahli dalam kacang atom dan memutuskan ikut bergabung dengan saudara-saudaranya. Tahun demi tahun perusahaan ini terus berkembang. Bahkan tercatat pertumbuhan perusahaan mencapai 30 persen setiap tahunnya. Karena itulah perusahaan mampu melewati krisis moneter 1998 dengan selamat.

Pada bulan Desember 1997, Sudhamek mengembangkan PT GarudaFood Jaya untuk memproduksi biskuit bermerek Gery dan pada tahun 1998 ia mengakuisisi PT Triteguh Manunggal Sejati untuk memproduksi jelly bermerek Okky dan Keffy. Pada tahun 2000 PT Tudung Jaya berkembang menjadi PT Garudafood Putera Puteri Jaya, di bawah Tudung Group. Di tangan dinginnya Kacang Garuda memang berkembang pesat. Dari hanya satu pabrik di Pati, dengan 700 karyawan dan 5 produk, Garudafood kemudian berkembang menjadi 8 pabrik dengan 20.000 pekerja langsung dan 3.000 pekerja tak langsung serta 200 produk.

Untuk menjaga suplai bahan baku , Garudafood kemudian bergerak juga di bidang hulu yaitu dengan memiliki perkebunan kacang tanah, juga membangun kemitraan dengan petani lokal. Karena itulah mereka memiliki perkebunan kacang tanah di Lombok, Nusa Tenggara Barat, termasuk laboratorium untuk penelitian varietas unggul kacang tanah. Dari segi pemasaran, Kacang Garuda leading di market dalam negeri dan pasar luar negeri yang juga kuat.

Nah, anda bisa bayangkan bahwa hanya dengan jualan Kacang kering dan beberapa industri pengolahan produk pertanian bisa menjadikan seseorang sebagai 42 orang terkaya di Indonesia, tanpa harus dapatkan konsesi tambang dan migas atau jadi pengusaha rente. Dia tetap rendah hati. Siapa bilang engga ada peluang disektor pertanian. Hanya kadang peluang itu menjadi tidak nampak karena yang keliatanya hanya hambatan sehingga kita tidak pernah bergerak..dan selalu punya alasan untuk tidak bergerak…dan akhirnya menyalahkan pemerintah…

Sudhamek Agoeng Waspodo Sunjoto terpilih sebagai Anggota Pengarah Pembina Ideologi Pancasila. Dia terpilih bersama 9 tokoh nasional lainnya seperti Megawati, Safii Maarif dll. Lantas mengapa sampai Sudhamek dipilih sebagai anggota pengarah Pancasila, bersanding denga ulama, tokoh agama , Negarawan dan Jenderal ? Ternyata Perusahaan itu dibangun diatas visi yang kuat. Apa itu ? "Damai dan dinamis". Kesetiaan karyawan kepada atasanya sangat kuat. Dan semangat jujur, ulet, dan ketekunan yang diringi doa sebagaimana yang ditanamkan oleh Darmo Putro sang pendiri terimplementasi dengan baik dalam management perusahaan. Sudhamek dikenal sebagai pengusaha yang bersih, pembayar pajak yang taat, memberikan kesejahteraan kepada karyawannya, membina suplier. Singkatnya visi entrepreneurship diterapkan dengan baik yaitu mengutamakan stakeholder dan memastikan fungsi sosial perusahaan jalan karena perusahaan untung, dan itu bukan karena rente tapi kerja keras atas dasar kreatifitas..

DKI terpaksa berhutang karena APBD tekor



Sumber pendapatan utama DKI adalah PBB dan jasa hiburan dan wisata.  Anda bisa lihat keseharian, semua tempat hiburan termasuk hotel, restoran, cafe, dalam keadaan shutdown karena aturan PSBB. Jadi praktis tidak ada sumber penerimaan pajak yang tadinya setiap hari uang tunai mengalir ke kas Daerah. Itu sebabnya bulan Mei data dari DKI, mengumumkan:  Pendapatan Asli Daerah (PAD) diproyeksi anjlok hingga 54 persen, dari Rp57,5 triliun menjadi Rp26,4 triliun. Artinya seluruh sektor PAD anjlok, kecuali pendapatan deviden dari BUMD. Yang paling parah adalah pendapatan dari retribusi daerah yang anjol sampai 70%, dari Rp. 755 miliar menjadi Rp. 285 miliar. Pendapatan lain lain juga turun.

Sesuai otonomi Anggaran, maka Gubernur harus berusaha mencari kekurangan pendapatan itu untuk menutupi biaya operasional dan pembangunan daerah. Solusi ada dua, pertama mengurangi APBD. Itu sudah dilakukan oleh Anies, yaitu memangkas APBD hampir separuh, yaitu 47 persen. Dari angka total awal Rp87,9 triliun  APBD, menjadi TA 2020 sebesar Rp47,1 triliun. Tetapi tetap saja walau sudah dipangkas hampir separuh, masih belum cukup menutupi belanja. Maka solusi kedua yaitu melalui talangan kepada Pemerintah Pusat. Tetapi secara UU tidak dibenarkan. Cara lain adalah meminjam. 

Darimana saja sumber pinjaman itu? Pemda bisa pinjam ke Pemerintah Pusat lewat dana investasi pemerntah pusat, atau melalui pinjaman dari luar negeri yang diteruska melalui pemeirntah pusat. Kalau cara itu sulit, pemda juga bisa berhutang kepada Pemda lain yang duit cadangannya besar. Kalau pinjam ke Pemda lain sulit,  Pemda bisa pinjam ke Bank atau lembaga keuangan non bank. Biasanya pinjaman kepada Bank, itu berjangka pendek untuk mengamankan arus kas. Jangkan panjang biasanya ke lembaga keuangan non bank. Namun biasanya ditindak lanjuti dengan exit penerbitan municipal bond atau Obligasi daerah.

Namun syarat agar pemda boleh pinjam juga engga mudah. Mereka harus mengikuti standar kepatuhan yang ditetapka oleh UU. Syarat pertama adalah total hutang tidak melebihi 75% dari Jumlah  penerimaan umum APBD tahun sebelumnya. Apa itu penerimaan umum? adalah seluruh penerimaan APBD tidak termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang kegunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu. Artinya kalau ada saldo hutang sebelumnya, maka jumlah yang bisa ditarik sisanya tanpa melewati maksimum 75% dari jumlah penerimaan umum. Khusus pinjama ke pemerintah pusat , tidak boleh ada saldo tunggakan hutang.

Apakah cukup syarat itu? Oh tidak. Masih ada lagi syarat, yaitu harus memenuhi Debt Service Coverage Ratio/DSCR) atau rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman. DSCR itu minimal 2,5 angsuran pokok + Bunga dan biaya lain. Artinya minimal leverage pemda itu sebesar 2,5x.

Nah dalam hal Pemrof DKI, pinjaman dilakukan melalui lembaga keuangan non Bank, yaitu SMI, PT Sarana Multi Infrastruktur.  Pinjaman yang diajukan sebesar Rp 4,5 triliun untuk tahun 2020 dan Rp 8 triliun untuk tahun 2021. Anggaran tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang terkendala dana, utamanya sektor pelayanan air minum, pengendalian banjir, pengolahan sampah, transportasi, pariwisata, dan olah raga. Karena Pinjaman ini jangka menengah, maka harus ada persetujuan dari DPRD.

Saya tidak yakin Anies berserta jajarannya bisa menggunakan dana pinjaman dari SMI. Walau plafond kredit sudah ada, akan mengalami kesulitan mencairkan. Mengapa ? karena syarat pencairan mengikuti standar perbankan. Harus memenuhi syarat kepatuhan perbankan yang ketat. Apalagi pinjaman tanpa collateral.  Aparat Pemrof DKI di bawah Anies tidak punya culture menggunakan sumber pembiayaan dari luar APBD.  Lah dana yang tersedia di APBD saja susah mereka cairkan, karena perencanaan yang tidak konkrit. Apalagi dana dari utang kepada lembaga keuangan non bank.

Saran saya daripada utang kepada SMI, lebih baik Anies manfaatkan skema pembiayaan non anggaran. Seperti pembangunan infrastruktur lakukan dengan skema KPBU atau PPP. atau lewat skema BOT. Sementara untuk dana pendamping pengendalian banjir dapat di dapat dari pajak tambahan atas kawasan reklamasi yang sudah dapat IMB. Atau bisa juga melakukan lelang atas kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan strategis kepada swasta, dengan kompensasi mereka harus menyediakan dana pendamping pengendalian banjir. Tirulah Ahok yang begitu besar dana SiLPA karena sebagian besar pembangunan dari luar APBD. Ingat, semakin kecil dana Pemda keluar, semakin besar peran serta swasta, semakin hidup demokrasi wilayah

Monday, July 27, 2020

Harga emas melambung?


Lehman Brother tumbang, krisis wallstreet berdentang membuat fondasi kapitalisme pasar berderak. Harga emas mulai terkerek, dari USD 700 per ons pada oktober 2008, melambung ke USD 1900 per ons pada september 2011. Ini membayangi kegagalan recovery economy. Mengindikasi begitu parahnya dampak kerusakan ekonomi dunia akibat krisis wallstreet. Namun konsistensi the fed dan Bank Central Eropa menjaga stabilitas mata uang kertas, lambat laut pada tahun 2015 desember, emas mencapai harga mengarah seperti 2008, yaitu USD 1000. Namun kembali bergolak, dari tahun 2015- 2019, harga emas bergerak dikisaran USD 1000 per ons dan USD 1350 per ons.


Ketika Pandemi Covid-19 melanda China di penghujung tahun 2019 dan tahun 2020 melanda dunia, harga emas mulai bergolak keatas. Dari harga USD 1250 pada bulan Mei tahun 2019, pada tahun 2020 bula maret, melesat mencapai USD 1700 per ons atau belum setahun sudah naik 40%. Pada tanggal 27 juli sudah terkerek USD 1933 per ons. 

Jadi sebetulnya kenaikan harga emas ini bukan hanya dipicu oleh adanya COVID-19 tetapi sudah nampak bergerak keatas sejak bulan Mei 2019. Karena kekawatiran pasar akan tumbangnya ekonomi AS dan dibayangi oleh masa depan suram akibat perang dagang antara China-AS. Setelah 11 tahun sejak goncangan pasar financial tahun 2008, Ekonomi AS bisa masuk ke jurang resesi. Inilah yang memicu terjadinya kenaikan harga emas sejak tahun 2019.

Akibat pandemi COVID-19, indek pasar modal gobal rata rata jatuh ke titik hampir 40 persen, memaksa the Fed AS untuk mengeluarkan stimulus lewat QE sebesar USD $ 3 triliun, dan janji untuk berbuat lebih banyak. Semua bank central mulai memangkas suku bunga acuan. Akibatnya mendorong  harga emas naik keatas. Mengapa ? sudah hukum standar, bahwa setiap ekspansi dalam sistem mata uang fiat cenderung mendorong harga emas naik.  Situasi kecemasan atas masa depan ekonomi AS dan begitu besar asset bermata uang dollar di pasar global, telah mendorong China dan Rusia membeli emas di pasar. Ini juga ikut mendorong kenaikan harga emas di pasar. 

“ Babo, mengapa tren harga emas cenderung naik. Padahal nilai ekonominya tidak ada. ? Tanya nitizen via WA.

“ Ya, walaupun emas sendiri tidak menghasilkan nilai ekonomi, tetapi setiap investor dan orang berduit punya persepsi bahwa emas sebagai komoditi yang aman untuk melindunginya dari ketidak pastian ekonomi. Selagi kebijakan ekonomi negara tidak menjamin stabilitas sisi permintaan dan penawaran, maka rezim uang fiat dipertanyakan, dan orang beralih ke emas. Hukum pasar, kalau banyak permintaan harga akan naik”

“ Jadi kenaikan harga emas itu situasinonal sekali? 

“ Ya tentu. Emas itu seperti rumah aman atau safe-haven bagi investor untuk berlindung dari angin tornado ketidakstabilitan ekonomi. Emas juga hedging terbaik dari dampak inflasi. Karena emas itu sangat likuid. Bisa diuangkan kapan saja, harga mengikuti tren inflasi. Beda dengan ekuitas bursa, yang tidak selalu likuid. Namun tetap saja emas bukan instrument investasi yang menarik. Karena tidak ada yield. Hanya aman dari inflasi saja.“

“ Kapan akan terjadi penurunan harga emas ?

“ Gampang. Tinggal lihat peningkatan index bursa dan bunga acuan. Kalau index bursa naik dan suku bunga acuan naik , harga emas akan jatuh dengan sendirinya. Sebaliknya kalau index bursa jatuh dan suku bunga acuan dipangkas ya  harga emas akan naik.”

“ Kenapa kalau suku bunga naik, harga emas jatuh?

“ Kalau suku bunga naik akan menarik uang beredar ke brangkas bank cetral dan ini akan menekan inflasi. Harga emas otomatis jatuh. Karena orang lebih suka pindah ke ekuitas daripada emas.” kata saya.

“ Keliatannya sepanjang tahun 2020 ini keadaan ekonomi tetap buruk, Hampir semua negara maju mengalami kotraksi pertumbuhannya dan masuk jurang resesi. Jadi harga emas akan terus naik. “ Kata nitizen.

“ Kemungkinan ya. Tapi tahun 2020 semua bank central di dunia kompak melempar dana stimulus dan dampaknya akan terasa pada tahun 2021. Ketika pemulihan ekonomi semakin meningkat, investor akan mulai mengalokasikan lebih banyak dana untuk aset berisiko seperti saham, real estat dan obligasi dan menarik uang dari tempat yang aman seperti emas, Tbill. Sesuai tren historis, ketika  bursa rebound, emas biasanya turun secara signifikan seperti pada tahun 2011 hingga 2015. Paham? Udahan ya.”

Sunday, July 26, 2020

Lion Air Group tidak akan bangkrut.



Kemarin waktu jalan bareng istri ke Pondok Indah Mall untuk beli kebutuhan cucu, saya bertemu dengan teman lama. Dia bertanya seputar Lion. 

“ Lion Air pada tahun 2005 memiliki armada sekitar 20 pesawat dan kemudian memesan 30 737-900ER +30 opsi senilai $ 3,9 Miliar dolar. Kemudian pesan lagi 29 lebih pesawat 737-900ER dan 201 737 MAX 9 pada 2011 dengan harga sekitar $ 22,4 miliar dolar. Kemudian memesan 234 jet, terdiri dari 60 A320, 109 A320neo, dan 65 A321neo seharga sekitar $ 24 miliar dolar. Itu semua dari hutang. Apa engga bahaya utang yang katanya lebih USD 50,3 miliar dolar itu. Apa engga bikin bangkrut?   tanya teman.

" Engga ada masalah dengan hutang." Kata saya.

" Loh kenapa? Mau ngemplang utang?

" Karena memang tidak ada hutang dalam arti sesugguhnya. Jadi tidak akan bangkrut karena hutang." Kata saya. Dia nampak bingung.

" Bisa jelaskan apa alasanya sehingga Lion dapat uang begitu mudah untuk beli pesawat ratusan itu."

“ Sebetulnya alasan dibalik skema pembiayaan pengadaan pesawat Lion Air itu bertumpu kepada kekuatan cash flow dari bisnis airline. Waktu Lion ajukan pinjaman itu, kondisi pasar sedang bagus bagusnya. Ukurannya sederhana saja, selagi pendapatan bisa menutupi biaya tetap, plus bunga dan cicilan, pasti skema loan jalan. Itu sebabnya untuk pengadaan pesawat itu, tidak perlu Lion keluar uang cash. Semua pendanaan bersal dari bank dan money market. “

“ Bisa jelaskan skema nya ?

“ Lion beli pesawat kepada pabrik. Untuk beli itu, mereka bayar DP atau uang muka sedikitnya 20%. DP itu tidak dari kantong mereka. Tetapi dari bank dalam skema pre delivery financing. Atas dasar kontrak pembelian, pabrik ajukan pinjaman kepada Bank EXIM. Kalau Airbus tentu ke Bank EXIM EU. Kalau Boeing ke Bank EXIM AS.  Bank EXIM memberikan pinjaman dengan syarat dan ketentuan sesuai dengan kontrak pembelian pesawat. Katakanlah kalau pembayaran oleh Lion 10 tahun. Maka jangka waktu pinjaman yang diberikan kepada pabrik pesawat selama 10 tahun. Jadi back to back. “

“DP itu jaminannya apa ? 

“ Skema. “

“ Skema apa ?

“ Ya biasanya setelah pesawat diserahkan oleh pabrik kepada Lion, maka pesawat itu akan dijual kepada pihak lain secara retail. Uang hasil penjualan itu untuk bayar DP dan sisanya sebagai sinking fund bayar bunga dan cicilan kepada pabrik Pesawat. Selanjutnya Lion menyewa pesawat yang sudah dijualnya dengan pembayaran sesuai seat terjual. “

“ Jadi sebenarnya Lion tidak pernah berhutang sebesar miliaran dolar AS. Setelah pesawat diserahkan, hutang pada prinsipnya sudah lunas lewat sales and lease back. Terus apa bedanya dengan maskapai lain yang juga menerapkan skema leasing ?

“ Karena jumlah pembelian pesawat sedikit. Maskapai lain biasanya tidak beli langsung dari pabrik tetapi beli dari maskapai lain seperti Lion. Sementara Lion membeli dalam partai besar, tentu dapat  beli langsung ke pabrik dan diskon berkisar 30%. Dari diskon itu saja mereka sudah safe biaya tetap pesawat seperti bayar bunga.

“ Ya kenapa Lion bisa beli pesawat dalam jumlah besar dan dipercaya lewat skema hutang?

“ Karena volume penjualan besar, dan trend nya dari tahun ketahun terus membesar. Apalagi semua tahu, bahwa indonesia itu rangking nomor 8 terbesar di dunia dalam hal jumlah penumpang. Dan Lion itu sendiri selama 19 tahun beroperasi menerbangkan penumpang sebanyak 600 juta orang.”

“ Jadi sebetulnya Lion tidak ada masalah soal keuangan. Tetapi mengapa sampai PHK 2600 karyawan.?

“ Kalu masalah hutang, ya Lion tidak ada masalah. Tetapi biaya tetap seperti karyawan, dan lainnya tentu ada masalah. Masalahya ada pada cash flow. Karena penjualan turun akibat COVID-19. Tetapi karyawan itu bukan di PHK. Memang kontraknya sudah habis dan tidak diperpanjang. Tetapi kan udah dipanggil lagi untuk kembali kerja. Karena kondisi setelah PSBB Covid-19 trend penjualan mulai bergerak naik walau tidak significant.”

“ Katakanlah hal yang buruk terjadi, bangkrut. Mungkinkah?

“ Engga mungkin. “

“ Kenapa ?

“ Orang tetap butuh pesawat untuk alat transportasi. Itu peluang pasti. Lion tidak dibebani biaya bunga dan cicilan. Leasing pesawat, mereka bayar kalau cash flow diatas target. Kalau engga, ya engga bayar. Biaya operasional mereka juga sangat efisien“

“ Kalau engga bayar, kan bisa disita pesawat”

“ Mana mau leasing sita pesawat. Mau tarok dimana ? emangnya narok atau parkir pesawat engga bayar. Daripada rugi nanggung biaya parkir, mereka lebih baik beri kesempatan Lion terus beroperasi dan tunda pembayaran sampai cashflow Lion sehat. ”

“ Terus kenapa Garuda bermasalah, dan tidak seperti Lion?

“ Garuda itu sudah cacat sejak lahir, makanya terus bermasalah. Pemerintah dan pemegang saham Garuda harus mau restruktur Garuda itu agar sehat kembali. Tetapi kan restruktur butuh uang gede. Keliatannya pemerintah terkunci dengan pemegang saham lain yang ogah keluar duit lagi. Beda dengan Lion, Rudi Kirana satu satunya pemegang kendali atas Lion, jadi mudah melakukan manuver.