Friday, March 18, 2011

Membangkitkan potensi wirausaha.



Di hadapan saya ada seorang dalam usia senja dan rinkih. Wajah tua itu nampak lelah namun terpancar keikhlasan untuk suatu tekad berbuat dengan tujuan yang jelas , yaitu untuk berkorban. Orang tua itu di hadapkan pada kenyataan di mana putrinya menjanda setelah ditinggal mati oleh suaminya. Putrinya datang menemuinya dengan membawa dua anak. Setelah itu putrinya pergi tanpa pernah ada kabar lagi. Sementara dia harus menanggung beban dua cucunya yang tertua berumur 9 tahun dan kedua 7 tahun. Pria baya itu mengharapkan saya memberikan zakat atau sadakah agar dia dapat modal untuk membuka usaha berdagang kasur kapuk. Kebetulan pria tua ini punya pengalaman dan keahlian mejahit dan membuat kasur. 

Rencananya dia akan berdagang keliling kampung untuk memasarkan kasur itu. Dia yakin penghasilannya akan cukup untuk menanggung dua cucunya. Yang jadi masalah, bahwa orang tua ini sakit encok. Jangankan berjalan keliling kampung, melangkah lebih dari 10 meter saja sudah tidak mampu. Saya  sadar  bahwa orang tua itu hanya punya semangat tanpa memperhatikan kemampuan phisiknya. Tapi saya tetap memberi dana yang diperlukan untuk modal pria tua ini berdagang kasur. Saya yakin tak lebih sebulan uang itu akan habis.

Dua tahun kemudian , saya bertemu kembali dengan pria tua itu. Subhanallah, pria itu benar dengan janjinya. Dia berhasil menghidupi kedua cucunya dengan berdagang kasur keliling kampung. Penyakitnya seketika hilang ketika dia mendapatkan modal dari saya. Bahkan penyakit batuk dan jantungpun ikut sembuh. Wajah pria itu tak nampak lagi ringkih. Dia nampak bersemangat dengan hidupnya. 

Bagaimana orang tua itu bisa berubah ? Pria tua itu bangkit dengan potensi yang tersisa di usia senjanya ketika beban ada di pundaknya. Beban itu bukan hanya harus dipikul tapi juga tahu apa yang akan dicapainya. Tujuannya adalah bagaimana mengantarkan kedua cucunya untuk menamatkan SMU dan mandiri. Apakah dia akan berhasil? Itu tidak dipikirkannya berlebihan. Nyatanya , dua tahun , dengan modal hanya sekedarnya, dia bisa bertahan. Dan bahkan bisa berbuat banyak untuk cucunya tanpa harus meminta minta. Saya kagum di tengah kebingungan yang tak bisa ditembus dengan akal sehat. Bagaimana orang dengan beban berat dan penyakit dihidap namun “mampu” melewatinya di tengah keterbatasan. Itulah kekuasaan Tuhan.

Dari cerita tersebut diatas kita mendapatkan hikmah. Bahwa ketika beban datang sebetulnya harus diterima dengan rasa syukur. Bahwa apa yang menimpamu tidak ada akan luput darimu dan apa yang luput darimu tidak akan menimpamu. Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesusahan dan di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Karena bukan tidak mungkin itu cara Tuhan membangkitkan pontensi kita yang terpendam dan sekaligus menjebol hambatan yang ada pada diri kita. 

Lihatlah kenyataannya pada orang tua itu. Penyakit yang menghambatnya untuk melangkah seketika dapat sembuh tanpa obat hanya karena kekuatan pontesi yang keluar dari dalam dirinya memancarkan energy yang luar biasa. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana beban atau masalah yang datang disikapi sebagai cara membangkitkan potensi itu ? Caranya harus diyakini bahwa beban itu adalah takdir yang harus dijemput dan diterima dengan ikhlas. Setelah diterima maka harus tahu pasti tujuannya. Tujuan ini sangat penting. Semakin jelas tujuan itu semakin kuat energy yang keluar dari potensi terpendam kita. Bagi orang tua itu, tujuannya adalah  pertama, melindungi kedua cucunya. Kedua, mengantarkan cucunya untuk mampu mandiri setelah dia tiada. Dua tujuan ini sangat mulia. Itulah kekuatan spiritual yang tak bisa diterjemahkan dengan akal kecuali dengan keimanan kepada Tuhan

Sebagaimana kata orang tua itu " Saya percaya bahwa beban yang datang kepada saya adalah cobaan dari Allah dan tentu Allah pula yang akan menjaga saya agar mampu menanggung beban itu. Ini masalah saya. Dan tidak bisa saya berharap orang lain menaruh iba kepada saya dan cucu saya. Saya masih dihidupkan oleh Allah dan karenanya Allah menjamin rezeki untuk saya. " 

Dengan tekad seperti itulah orang tua itu menjadi petarung yang kuat terhadap nasipnya. Dia tidak bersedih dan tidak larut dalam ratapan agar orang lain membantunya.  Dari tekad inilah membuat dia kuat. Penyakitnya menyesuaikan dengan tekadnya akhirnya sembuh begitu saja. Dia bangkit dengan tekad untuk menerima beban itu dengan ikhlas dan melangkah ke depan bersama takdirnya. Terbukti dia bisa dan mendapatkan kekuatan untuk melangkah kearah tujuan, untuk cucunya, untuk cinta dan kasih sayang.

Andaikan tekad itu tidak ada maka dapat dipastikan bahwa orang tua itu akan menjadi bagian dari beban hidupnya. Bukannya menjadi penyelesai masalah dan pemikul beban. Bila dia menderita karena itu maka itu bukan salah Tuhan. Itu salah dia sendiri karena dia gagal membangkitkan potensi terpendamnya dan menyikap beban sebagai peluang. Padahal ketika masalah dan beban datang kepadanya sebetulnya Allah sedang memberikan stimulus agar potensinya yang terpendam dapat bangkit menjaid energi besar, tapi dia abaikan. Jadi deritanya bukan salah Tuhan tapi karena dia salah meresponse masalah dan beban itu. 

Ya bila kita beriman kepada Tuhan maka kita juga harus beriman kepada sunatullah. Bahwa setiap hari Tuhan memberikan peluang dan kesempatan untuk kita. Pemberiannya tidak selalu dalam bentuk bungkusan yang indah dan gemerlap. Kadang terbungkus rapat yang tak mudah dibuka. Kadang terlempar kewajah kita dengan rasa sakit yang menyengat. Kadang tergeletak tanpa makna apapun.  Tugas kita orang beriman membuka bungkusan itu dengan kerja keras, menangkap lemparan itu dengan sigap walau berkali kali harus terjatuh, memungutnya dari keacuhan dan membosankan. 

Dari hal itu, process sunatullah kita lewati. Bila sulit, berusahalah. Bila tak paham, belajarlah, bila tak mungkin dilakukan, cobalah. Hanya itu yang bisa kita perbuat untuk membuka tabir takdir kita sebagai manusia yang serba lemah dan hidup dalam keterbatasan akan ruang dan waktu. Jangan pernah berharap doa akan terkabulkan lewat zikir siang malam sementara  pada waktu bersamaan kita tidak mampu membaca berbagai tanda tanda kekuasaan Allah ketika memberi, yang meminta kita bersabar dan ikhlas menerima dan melewatinya.

Cross border financing sebagai solusi pembiayaan.



Datang SMS “When the world is ready to fall on your little shoulders, And when you're feeling lonely and small, You need somebody there ..” saya tersenyum. Wenni selalu begitu bila dia ingin bertemu dengan saya. Petikan lagu you are only lonely adalah ciri khasnya untuk mengingatkan kepada saya bahwa saya tidak sendirian. Dia sahabat saya. Awal saya kenal dia sebagai analis di Shanghai. Kemudian , dia mendapat jodoh pria Hong Kong. Namun perkawinan delapan tahun berakhir dengan perceraian yang menyakitkan. Setelah itu dia memulai hidupnya sebagai single parent dengan bekerja di Investment Banking. 

Kami tidak sering bertemu. Namun blla bertemu, dia pendengar yang baik dan tahu menempatkan diri secara pantas di hadapan saya. BIla saya mengundang makan malam, dia berusaha memakai gaun yang tak membuat mata saya pedih. Karenanya saya juga menjaganya dengan baik. Persahabatan kami terjalin dengan baik. Dia selalu ada untuk saya dalam situasi apapun walau saya sendiri kadang tidak punya waktu cukup banyak untuk kebersamaan dengannya.”I realize between us.. I understand you my dear brother…Bagaimanapun saya berusaha selalu untuk dia, 

Suatu hari dia menghubungi saya via telp. Kebetulan saya lagi di Bangkok. Dengan terisak dia mengabarkan bahwa dia terjebak dengan sharkloan karena harus menolong orang tuanya sakit. Selama ini dia berusaha tidak menceritakan keadaannya karena kawatir saya mengkawirkannya. Namun kini dia tidak sanggup lagi mengatasinya. Dia berniat menjual Ginjalnya sebagai solusi. Dengan lembut saya katakan bahwa dia akan baik baik saja. Kami akan mengatasinya sama sama. 

Setiba di Hong Kong, saya menemuinya. Dia sudah tidak lagi bekerja karena memikirkan hutang yang tidak mungkin dia bayar dengan gajinya. Dia memikirkan anaknya. Saya menunggu sikapnya terhadap saya. Ingin saya menolongnya seketika. Namun tak satupun kata dia meminta saya mengasihaninya. Dia berusaha nampak tegar. Menurutnya kebersamaan dengan saya lebih dari cukup untuk dia merasa nyaman bahwa dia tidak sendirian. Dia akan baik baik saja..demikian kesan yang disampaikannya ketika bertemu. 

Teringat awal saya merintis usaha, pengorbanannya membantu saya menghadapi peliknya berhadapan dengan lembaga keuangan di Hong Kong dan tanpa lelah dia berusaha meyakinkan banyak pihak agar mendukung saya. Menurutnya apa yang dia lakukan semua itu tulus sebagai sahabat. Tapi kini, saya tidak mengerti mengapa dia terkesan tidak menginginkan saya menolongnya. Apakah persahabatan selama ini tidak memungkinkan saya peduli dengannya. Apalagi kini dia tidak punya penghasilan dengan beban anak yang harus ditanggungnya. Belum lagi hutang yang harus dibayarnya. 

Akhirnya saya dapat berdamai dengan diri saya sendiri. Bagaimanapun prinsipnya dapat saya hargai. Bahwa sudah sifatnya tidak ingin meminta, kecuali memberi. Dan itu sudah dibuktikan selama bersahabat dengan saya. Saya mengundangnya makan malam untuk sebuah solusi. 

“ Apa yang kamu pahami tentang Cross border financing ? Kata saya saat makan malam.
“ Itu kan pada umumnya terjadi dalam trade financing. Seperti Eksport dan impor. Namun derivatif nya luas sekali. Bukan hanya soal ekspor dan import tetapi juga sebagai solusi pembiayaan antar benua. Contoh pengusaha tambang. Mereka tidak punya modal untuk exploitasi setelah proses explorasi sukses. Dengan skema cross border financing facility mereka bisa dapatkan standby LC berjangka waktu 1 tahun dari buyer di luar negeri. Standby LC ini bisa dijaminkan kepada bank dalam negeri untuk dapatkan fasilitas kredit dalam rangka produksi. Tentu setelah mereka mengeluarkan corporate guarantee kepada buyer. Karena kan SBLC itu sebagai non cash loan yang tanpa syarat. Kalau mereka gagal delivery maka mereka harus melepas saham itu kepada buyer. 

Ada juga digunakan untuk pembiayaan pembangkit listrik. Perusahaan pembangkit listrik butuh pembiayaan EPC. Mereka bisa mengajukan kredit ekspor kepada Vendor di luar negeri. Jaminan pembayaran adalah kotrak penjualan kepada perusahaan listrik nasional yang bertindak sebagai off taker. Nah melalui rekening itu di buka revolving cash LC kedapa vendor di luar negeri. Sehingga setiap pembayaran dari off taker akan langsung digunakan sebagai Bank Accepted (BA) oleh bank penerbit LC. Tentu semua itu diatur dalam kontrak. 

Ada juga dalam bentuk pembiayaan dengan skema Participant Interest dalam bisnis tambang minyak atau mineral. Ada juga sebagai solusi pembiayaan atas produksi yang sudah ada off take marketnya. Biasanya buyer luar negeri menarik pinjman dari bank dan uang itu dipakai untuk membiayai proyek dalam negeri. Namun semua hasil produksi harus dikirim kepada buyer sebagai bagian dari pembayaran utang. Ya masih banyak lagi contohnya. Ada apa kamu  bertanya itu? Bukannya kamu lebih paham dari saya? “ Kata Wenny.

“ Gimana kalau kita buka bisnis shadow banking dengan jasa cross border financing facility itu. Kita akan bertindak sebagai agent dari buyer dan seller. 

“ Kita ?

“ Ya kamu dan saya. Gimana ? kata saya. Saya tahu bahwa dia punya pengalaman dan network dengan lembaga keuangan di Hong Kong. Dengan hati hati saya katakan bahwa saya punya peluang bisnis untuk trade financing transaksi Batu bara. Bahwa ada sebagian buyer China tidak selalu accepted beli batubara dari Indonesia dengan LC. Mereka hanya mau bayar lewat TT setelah barang sampai di pelabuhan. Sementara sebagian seller dari Indonesia tidak nyaman menjual batubara tanpa LC. Nah tugasnya adalah sebagai payment gate way dan settlement agent. Busines nya solution provider di bidang Cross border financing. 

Dengan airmata berlinang dia menatap saya. Saya tahu dia terharu dengan tawaran saya. Secepatnya saya remas jemarinya untuk menentramkan batinnya bahwa saya peduli dengannya dan berharap dia mengerti sikap saya. Sehingga dia tidak perlu sungkan lagi terhadap saya. Keesokannya saya membantu dia mendirikan perusahaan dan dengan setengah manja dia minta saya bersama sama dengannya sebagai pemegang saham. Saya menyetor modal awal agar dia dapat menjalankan rencana bisnisnya. Dia berjanji akan bekerja keras dan tidak akan mengecewakan saya. 

Selama tahun tahun perjuangan mengembangkan bisnis itu dia sudah jarang bertemu dengan saya kecuali kirim email atau bicara lewat skype. Bila betemu kadang dia nampak murung karena tidak punya waktu cukup kebersamaan dengan saya. Dengan tegas saya katakan bahwa saya akan baik baik saja. Dia tidak perlu merasa bersalah.Kebahagiaan saya adalah bila dia dapat berhasil melewati hidup yang tidak ramah ini. 

Berkat kerja keras, dia sudah bisa membayar hutangnya. Dua tahun lalu dia berhasil mengirim putranya melanjutkan pendidikan ke Universitas di Canada. Kini hidupnya sudah mapan. Satu saat dengan airmata berlinang dia berkata bahwa saya telah melakukan banyak hal untuknya. Sementara dia merasa tidak pernah melakukan apapun untuk saya. Rasanya dia tidak pantas mendapatkan kehormatan ini. Dengan tersenyum saya katakan bahwa  dia adalah sahabat saya yang harus saya jaga, dan dia sudah membuktikannya bagaimana dia selalu menjaga saya. Bukan soal siapa memanfaatkan siapa, tapi memang persahabatan ini berkah yang sangat luar biasa bagi saya. “ Terimakasih Tuhan atas berkah persahabatan ini “ kata Wenni seakan berbisik.