Kalau ada orang berbicara tentang kemiskinan maka akulah orang pertama mungkin di dunia ini yang ingin membungkam orang yang bicara itu. Bagiku , kemiskinan bukan untuk dibicarakan dengan segala sikap sok pahlawan. Hidup sudah diatur dari sananya bahwa harus ada kemiskinan agar juga ada orang kaya. Akupun tak perlu harus peduli dengan orang miskin karena merekapun tak ada waktu untuk peduli dengan masalahku yang begitu banyak. Tidak percaya ? tanyalah dengan staff ku di kantor atau di pabrik. Atau tanyalah kepada keluargaku. Aku sibuk dan sibuk.
Tapi kesibukanku telah membuat semua orang disekitarku merasa senang. Mereka menikmati semua kesenangan hidup dari sikap hidupku. Walau sebetulnya bagiku, mereka semua hanya berdagang atas diriku. Istriku memanjaku karena dia tak mau aku berkata tidak kalau dia minta uang. Anak anakupun harus selalu nurut dan memujaku agar mereka dapat menikmati semua facilitas hidupku. Begitupula dengan keluarga besarku. Mereka semua menjadi pelangkap bahagia. Setiap kata kataku didengar sebagai tanda hormat teramat dalam. Maka akupun menjadi terhormat di keluarga besar dan juga disukai oleh lingkungan pergaulanku.
Para pejabat pemerintah maupun parlemen sangat senang bila aku hadir bersama mereka. Mereka bilang aku orang yang creative. Sebetulnya bukannya creative tapi banyak akal untuk memanjakan mereka dan menggunakan kekuasaan mereka mendapatkan uang berlimpah. Bagiku para pejabat dan anggota parlemen adalah muka kardus. Yang hanya hidup dari kepadaian menjual impian kepada rakyat tapi lupa berkerja untuk rakyat kecuali untuk diri mereka sendiri. Setidaknya antara aku dan mereka sudah sulit dibedakan. Begtulah era kini , dimana semua orang terpelajar dan berharta hidup damai saling mengisi dengan pejabat public. Jadi , kalau ada yang bicara soal kemiskinan dan perlu menanggulangi maka itu hanya laku dijual menjelang pemilu. Titik.
“ Hi, bang, Ada waktu engga ketemu dengan seseorang. Aku yakin seseorang ini dapat memberikan sesuatu yang berharga dalam hidup abang “ Itu kata adikku melalui telp cellularnya.
“ Apa itu ? “ kataku ingin tahu secepatnya apa itu yang berharga.
“ Temui sajalah. Please “
“ Kamu kan tahu aku sibuk. Mana ada waktu aku ketemu untuk sesuatu yang tak jelas.”
“ Bang,..aku sayang abang. Temuilah orang ini. Please “ Terdengar suara adikku dengan suara memelas. Aku tahu betul , adikku ini sangat perhatian kepadaku. Inilah nikmat Allah mempunyai saudara yang selalu perhatian. Dia hanya inginkan yang terbaik untuk ku. Tak pernah menyusahkanku. Walau berkali kali aku ingin membantunya membuka usaha tapi dia lebih bahagia dengan karirnya sekarang. Bagiku hidupnya tak lebih menghabiskan hari. Bagaimana tidak? Di pintar dan lulusan universitas terbaik tapi memilih karir sebagai pekerja abdi negara. Namun bagaimanapun , aku bahagia melihatnya berbahagia bersama keluarganya. Setidaknya dia telah menikmati pilihan hidupnya walau hidup secara materi bersahaja.
“ Bang…Please “ Terdengar lagi suaranya dengan nada sama, memelas. Akupun terkejut
“ Ya, sudah. Suruh dia datang ke kantorku. Kapan dia bisa datang.” Kataku.
“ Dia tidak bisa datang . Sebaiknya abang datang ke rumahnya “
“ Apa!” Aku tersentak. “ Jadi kamu minta aku datang kerumahnya. Ah..aku engga ada waktu. Sudah lain kali aja kita sambung pembicaraan ini. Aku sibuk, tahu “kataku setengah keras. Aku sudah mulai kesal dengan permintaan yang membuatku pening.
“ Abang…please…”
Aku terdiam. Tak teganya menolak keinginan adik tersayangku ini. Apalagi dia tidak pernah meminta apapun kepadaku. “ Ya , sudah , kasih tahu di mana alamatnya “ Kataku kemudian. Terdengar suara adikku senang. Diapun memberikan dengan lengkap alamat oang yang harus kutemui itu lewat SMS.
Karena kesibukan , akupun lupa dengan janji untuk bertemu dengan seseorang itu. Baru aku sadar janji itu ketika ada telpon lagi dari adikku “Abang belum jadi ya ketemu dengan orang itu “
“ Aku sibuk, adinda sayang..” kataku dengan menekan sabarku
“ Abang, temuilah dia , bang..”
“ Ya..ya ya…Aku datangi. “ Kataku kesal
“ Kapan?
“ Hari ini !
“ Pasti , ya.”
“ Ya, ya ya..”
‘ Makasih , ya bang…I love you..
Seseorang yang dimaksud oleh adiku ini betempat tinggal diluar kota. Dari awal aku sudah berat untuk menemui orang ini. Kalaulah bukan keinginan adik tersayangku , rasanya aku malas untuk ketemu. Apalagi rumahnya jauh dan berada di kawasan kumuh. Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, sampailah aku di rumah yang ditujukan. Pemilik rumah tidak terkejut atas kedatanganku. Seakan dia sudah menanti lama kedatanganku.
“ Ini Nak, Bobi , ya..” Katanya langsung akrab dengan wajah berhias senyum.
“ Ya betul , Pak. “
“ Masuk , lah. Maaf rumah kami beginilah. “ Kata orang itu. Usianya setengah baya namun ramah sekali mempersilahkan aku masuk. Dia menuntunku ke ruang tamu yang sempit. Sekejab orang ini menatapku dan kemudian berkata “ Ternyata tak salah kalau adik anda pantas sayang sekali dengan anda. “
“ Maksud bapak ? Kataku yang sudah nampak ingin tahu apa maksud dia ingin menemuiku.
“ Ada dalam keadaan sakit parah. Sangat parah. “
“ Sakit ? “ Aku tersentak dan meraba dada dan peruku di hadapannya “ Begini saya dibilang sakit. Wah…Pak. Saya sehat dan tak kurang satupun. “ Kataku tegas
“ Anda sakit. Yakinlah…”
“ Bagaimana saya bisa yakin, wong saya sehat kok.” Kataku mulai kesal dengan sikap orang tua ini. “ Apa ada sesuatu yang harus saya ketahui atau perbuat ? Katakanlah. Saya engga ada waktu karena masih ada janji lagi ketemu orang”
Orang tua itu menaptaku dengan tersenyum. “ ya sudah . Silahkan bapak..Saya tidak mau mengganggu bapak. Nanti kita ketemu lagi”
Akupun tak mau membuang waktu. Secepatnya aku berdiri dan melangkah keluar. Orang tua itu menepuk bahu ku sambil berkata“ Semoga anda mengingat tempat kembali anda…” Aku terkejut dan ingin bertanya di balik kata katanya itu. Tapi kuurungkan. Bagiku secepatnya berlalu dari hadapan orang tua ini adalah lebih baik. Terlalu banyak masalah yang harus di hadapi daripada menemui orang tua yang aneh. Akupun berlalu meninggalkan kediaman orang tua itu.
Sesampai dikantor , rasanya aku ingin terhempas dari langit , jatuh kebumi. Betapa tidak , ada surat dari Bank mengatakan bahwa kreditku tidak bisa diperpanjang. Aku harus melunasi seluruh hutangku atau seluruh hartaku disita. Dengan bersegera aku menghubungi staff yang mengurus perpanjang kredit ini dan meminta agar menyelesaikan masalah ini. ” Atur masalah ini segera. Harus selesai hari ini juga. Paham! “ tak lupa aku memberikan cek selembar berisi jumlah uang yang lebih dari cukup untuk merubah sikap direksi bank terhadap usulan perpanjangan kredit ku..
Dalam satu jam , aku mendapat kabar dari staff ku bahwa cek yang aku berikan untuk pejabat bank itu tidak bisa dicairkan. Padahal itu rekening dari bank lain , bukan dari bank tempatku berhutang. Segera aku menghubungi bank tempat aku punya rekening. Jawaban mereka “ Maaf , Pak Bobi..Rekening anda sudah ditutup sejak kemarin karena anda buka cek lebih dari saldo anda. “
‘ Apa ? “
“ Ya, anda membuka cek melebih saldo yang anda”
“ Gila. Itu rekening pribadi saya. Jumlahnya sangat besar. Bagaimana mungkin bisa habis dan tidak cukup saldo hanya jumlah remeh. “
“ Ya.Pak nyatanya rekening bapak tidak cukup. Kami punya bukti pengambilan dana di rekening bapak. “
“ Baik. Kirim segera kesaya bukti itu.”
“ Kami kirim via fax sekarang juga.”
“ Saya tunggu.
Serasa petir datang seketika menghantam tubuhku. Betapa tidak? Bukti rekening Koran yang kuterima membuktikan itu semua. Yang ku tidak mengerti adalah bagaimana aku bisa membuka cek begitu besarnya sehingga menguras seluruh rekening pribadiku. Tapi bukti itu ada di tanganku.
Sorenya aku pulang ke rumah. Sudah ramai orang berkumpul di depan rumahku. Dengan cepat aku menemui orang orang ramai itu. Ternyata mereka semua adalah pegawai pabrikku. “ Ada apa rame rame kemari, he..” kataku dengan keras.
“ Bapak harus tahu malu. Kami menuntut agar gaji kami selama tiga bulan yang tertunda harus dibayar sekarang. Atau kami akan bertindak anarkis. Jangan salahkan kami..” Kata salah satu ketua rombongan itu.
“ Apa ?....” kataku dengan terkejut. “ tidak mungkin. Tidak mungkin…Saya selalu membayar gaji kalian tepat waktu. Ini pasti salah…” sambungku
“ Ah….Sudahlah. Jangan banyak bicara. Bayar atau kami hancurkan rumah ini “ kata mereka. Akupun bersegera lari masuk ke dalam rumah. Kudapati rumah kosong. Istri dan anak anaku tidak ada. Kecuali pembantu yang berdiri di sudut ruang tamu dengan muka sembab.
“ Ada apa dengan kamu , Heh” kataku dengan bingung. Pembantuku hanya diam tapi matanya menatap ka lantai atas. Akupun berlari naik ke lantai atas. Kudapati semua anak dan istriku dalam keadaan terjerat lehernya. Mereka bunuh diri serentak. Akupun meraung raung sejadi jadinya. Orang yang sangat kucintai dan kubela bertahun tahun dengan kerja keras siang malam, ternyata kini mereka membeku dengan leher terjerat. “ Ibu malu karena lama bapak tidak pulang pulang kerumah. Sementara pihak bank terus berdatangan ke rumah untuk menyita rumah. Belum lagi para penagih hutang berdatangan tiap hari dengan memberikan berbagai ancaman kepada ibu. Dan ..itu sekarang buruh pabrik datang dengan muka garang menuntut jagi..ibu udah engga tahan…dan juga dengan anak anak bapak” Kata pembantuku
Berkali kali kupukul kepalaku sendiri untuk memastikan bahwa ini tidak mimpi. Bagaimana tidak. Semuanya tidak masuk akal. Baru tadi pagi aku tinggalkan rumahku dengan senyuman ceria anak dan istriku. Tapi sekarang semua mereka sudah terbujur mati dengan alasan yang tak masuk akal. Aku tidak pergi lama. Aku selalu ada di rumah sepulang dari kantor. Hutang..ya aku berhutang tapi masih bisa diselesaikan. Karena baru hari ini penolakan perpanjangan kredit. Aku masih bisa berkelit dengan alasan hukum untuk restructuring dan lain sebagainya. Semua itu butuh waktu lama sekali sampai aku dinyatakan nasabah gagal bayar. Soal pabrik, selama ini tidak ada masalah. Semua berjalan dengan normal , bahkan usahaku semakin berkembang karena dapat dukungan mitra dari luar negeri. Tapi mengapa seketika buruh menuntut gaji?
Tak berapa lama , polisi berdatangan kerumahku. Mereka terkejut melihat keluargaku dalam keadaan bergelantungan diatas tiang pintu rumah. “ Maaf, pak. Kami kemari sebetulnya bermaksud untuk menjemput bapak. Kami menemukan bukti kuat bapak terlibat dalam korupsi bersama pejabat pemerintah. “
“Korupsi,? Korupsi apa ?
“ Soal impor illgal.”
“ Tapi..saya selalu membayar semua bea..”
“ Nanti bapak bicara saja di kantor. “ Kata polisi dengan nada sopan namun tegas menarik tanganku ke belakang untuk diborgol. Aku tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi begitu cepatnya. Memang benar aku sering bermain api dengan petugas bea cukai untuk meringankan beban pajak import. Tapi itu kulakukan dengan pejabat tertinggi. Bukan dengan pejabat rendahan. Hingga aku yakin tidak mungkin masalah import yang nilainya tak seberapa ini dapat menjadi kasus..
Akupun terduduk lemas di korsi , di teras rumahku sambil memandang sekeliling tamanku rumahku yang luas dan kembali menatap kepada polisi yang bermuka dingin. Akupun bersujud di teras rumahku. “ Ya, Allah, inikah kehendakmu. Aku sadar bahwa semua adalah milikmu dan tentu semua akan kembali kepadamu. Apa yang selama ini kuperjuangkan tak lebih hanya untuk meninggikan drajatku di hadapan manusia. Aku lupa bahwa semakin tinggi aku berjuang untuk meninggikan drajatku , semakin rendah aku di hadapanmu. Kesombonganku adalah kehinaanku dengan sesal di hadapan keperkasaanmu untuk mengambil semua yang menjadi hakmu. Ampunilah aku…ya Allah…
“ Pak..Pak…” Suara itu membuat aku tersentak. Di depanku nampak orang tua itu. “ Katanya anda mau pulang. Pulanglah. Kenapa melamun di depan rumah”
Ku pandangi orang tua itu beberapa saat . Mengapa aku tetap ada di sini. Mengapa peristiwa yang kualami segera hilang di hadapanku. Apakah tadi aku berhalusinasi. Setengah terduduk aku berkata “Pak…azinkan aku untuk masuk kembali. Aku tidak mau pulang. Aku memang sakit parah..obatilah aku..”
“ Baik, lah. Nak…
Malam telah menjemput. Akupun pulang ke rumah setelah usai sholat berjamaah dengan bapak tua itu. Sesuatu yang lama kutinggalkan karena disibukan mengejar dunia. Kini aku sedang menapak jalan pulang kefitrahku. Aku berjanji akan hijrah dengan segala sifat sombongku di hadapan Allah. Aku tak lagi mengejar dunia demi meninggikan drajatku di hadapan manusia melainkan untuk memperbaiki akhlak agar mendapat drajat di hadapan Allah dan itu adalah memperkuat rasa cinta dan kasih sayang kepada siapapun. Akupun teringat akan adikku tercinta “ Terimakasih adinda. Abang sudah temui orang itu “ itu pesan SMS yang bisa kutulis…