Friday, April 29, 2022

Elon Musk ? Ilusi atau rasional

 





Eropa itu pernah gelap sekian abad. Apa pasal? kekuasaan berdasarkan agama. Raja berdaulat karena diendorsed oleh gereja. Sehingga setiap hari yang ada dalam persepsi rakyat bahwa raja itu wakil Tuhan. Patuh kepada Raja itu sama saja patuh kepada Tuhan. Setiap retorika Raja menjadi sebuah harapan. Bahkan orang siap bertempur dan mati dengan membawa bendera raja, dan dengan lantang berteriak “ Save then king “Namun faktanya tidak ada sepenuhnya untuk kepentingan rakyat. Itu hanya untuk kepentingan raja dan gereja. 


Sejak revolusi Perancis dan diperkenalkan republik.  Kekuasaan adalah juga akal sehat. Kebenaran dipertanyakan, dan diperdebatkan. Presiden  atau kekuasaan tidak bisa lagi bicara omong kosong. Semua terukur dan bisa dinilai secara terbuka. Sehebat apapun Winston Leonard Spencer Churchill membawa inggris menang dalam perang dunia kedua. Dalam pemilu berikutnya dia kalah. Apa pasal? semua orang tahu suksesnya adalah perjudian besar dengan mengorbankan rakyat. Padahal menurut rakyat, Churcill bisa menghindari perang. Dan rakyat menghukumnya dengan tidak memilihnya .


Apa yang saya uraikan tentang kekuasaan ala agama dan republik. Sebenarnya perbedaan nyata. Antara persepsi atas dasar imajiner dengan persepsi atas dasar rasional. Walau targetnya sama namun cara pendekatan berbeda dalam membenamkan persepsi. Memang agama lebih aman. Penguasa tidak perlu kawatir akan citranya. Karena ada gereja yang menjaganya. Tetapi republik perlu kawatir akan citrannya. Makanya perlu media massa dan corong influencer untuk mempertahankan citra penguasa. Bila perlu create story agar orang punya persepsi sama seperti yang diinginkan.


Dalam bisnis khususnya dalam kegiatan investtasi, tidak jauh berbeda dengan cara kekuasaan. Kalau anda masuk ke dalam bisnis yang sudah established di market, semua jadi mudah diukur, mudah dihitung. Sulit bagi anda mau create story tentang value bisnis. Contoh saham Astra, itu sudah jelas dari sejak produksi, rantai pasok dan pemasarannya. Naik turun saham hanya berdasarkan kebijakan pemerintah terhadap Loan to value  bank kepada konsumen. 


Karena sifatnya transfarance maka tidak menarik untuk memperkuat portfolio, apalagi untuk lindung nilai. Kan semua tahu, mengelola portfolio itu bukan sekedar kepit saham atau obligasi dengan berharap cross risk, tetapi yang penting adalah bisa dileverage dengan menciptakan produk investasi yang bisa sedot uang di market. Atau bisa juga dipakai untuk window dressing bagi perusahaan investasi atau Dapen yang sudah terlalu besar tekor. Makanya saham yang sudah established di market, volatile-nya rendah dan termasuk aman bagi investor fundandamental style, walau profit rendah dan likuiditas juga rendah.


Nah untuk investasi pada saham yang tidak bisa diukur, ya semacam IT , Technology dan penyedia sosial media, itu jadi grey area dan pasti tidak established. Market sangat volatile, Mengapa ? karena ukurannya future. “ Kalau, kalau kalau, kalau, nanti akan untung berlpat”. Walau jelas tidak pernah untung namun berkat kampanye membangun persepsi, orang ramai lupa akan “ kalau kalau kalau “ itu. Nah tanpa disadari orang ramai berkiblat kepada informasi lewat sosial media atau media mainstream. Lupa akan hitungan fundamental saham. 


Saham jenis ini. memang creatornya hebat. Mereka tidak lepas 100% tapi cukup secuil tapi marcap berlipat sudah terbentuk. Sehinga persepsi dengan kenyataan terbentuk walau, senyatanya itu semua ilusi lewat mekanisme market manipulation, insider trading, dan front running. Nah dengan marcab terbentuk. Maka emiten bisa dapatkan uang yang lebih besar lewat pasar uang. Misal mereka terbitkan bond lewat skema SBLOCs atau  securities-backed lines of credit dengan collateral saham mereka yang nilai sesuai harga pasar. Sehingga emiten mudah dapatkan dana besar dari market. Padahal semua tahu value saham itu bukan atas dasar fundamental tetapi persepsi ilusi belaka.


Tentu di era terbuka saat ini. Apapun tidak bisa disembunyikan. Sehingga ruang memilih selalu ada. Investor yang sudah established, mereka cenderung memilih akal sehat. Tetapi bagi investor yang labil, mereka cenderung memilih ilusi. Mengapa? karena secara akal sehat mereka tahu bahwa mereka tidak qualified sukses. Artinya,  berharap sukses dari llusi juga engga ada masalah. Sekeras bagaimanapun anda nasehati dia. Tidak akan didengar. Sama dengan orang yang sudah terkunci persepsinya dengan agama, tidak akan bisa dipengaruhi dengan akal sehat. 


Apa dampaknya? pasar modal dan uang jadi killing field bagi orang kaya tanggung dan berorientasi ilusi. Kerumunan orang banyak yang bego dan tinggi ngayal ini,  tentu dimanfaatkan orang kaya untuk bertambah kaya.


Contoh kasus Elon Musk

Sebagian besar orang mengenal Elon Musk. Sang miliarder nomor wahid. Tapi sebagian kecil yang pengalaman di pasar modal dan uang,  sepak terjang Elon Musk itu hanya disikapi dengan senyum aja. Berita media seperti sampah bagi mereka. Karena tahu, media massa hanya memberitakan seperti Elon Musk mau. Team kampanye Musk memang hebat membentuk persepsi market. Contoh sederhan saja Semua media massa mengumumkan bahwa Twitter sudah resmi diakuisisi oleh Elon Musk. Padahal itu baru LOI kepada otoritas bursa (SEC). Prosesnya masih panjang untuk sampai akuisisi. Setidaknya butuh waktu 6 bulan lagi.


Jadi siapa sih sebenarnya Elon Musk? Saya tidak akan menilai atas dasar suka tidak suka. Tetapi berdasarkan data fundamental Tesla saja. Elon Musk memulai bisnis sejak tahun 2002. Idenya sangat utopia. Yaitu mengubah peradaban umat manusia melalui produk-produknya, seperti mobil listrik , perjalanan ruang angkasa, dan sistem Hyperloop berkecepatan tinggi bawah tanah. Tetapi tahukah anda? sampai kini tidak ada satupun dia sukses. Satu satunya sukses dia adalah mempengaruhi orang percaya dengan mimpi dia. Dan orang membayar ilusi itu. Baik saya uraikan kegagalan dia.


Pertama. Sejak mobil listri diperkenalkan dan investor keluar uang untuk mimpinya. Dia selalu gagal berproduksi secara penuh sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Sehingga dikalangan trader di kenal “ deadduck”. Tahun 2017 dua eksekutif kuncinya mengundurkan diri. Pada bulan Maret 2017, seorang pengemudi Tesla tewas saat menguji coba Model X autopiloted, dampaknya menghancurkan setengah mobil. Kemudian pada bulan Mei, dua remaja tewas mengendarai  Tesla Model S karena baterainya terbakar setelah kecelakaan. 


Kecelakaan serupa merenggut seorang pengemudi dua bulan sebelumnya. Petugas pemadam kebakaran California melaporkan bahwa baterai Tesla terus menyala beberapa hari setelah kecelakaan itu. Kasusnya diselidiki oleh NTSB dan pengadilan sudah menghukum Tesla. Makanya, China sengaja undang Tesla berinvestasi,  bukan untuk transfer tekhnologi tetapi  sengaja mempermalukan AS bahwa Tesla hanya omong kosong. Tesla hanya bangun satu pabrik kecil di Shanghai, yang produksinya tidak lebih 2000 unit sebulan dan gagal masuk pasar China. Dari setengah juta unit penjualannya tidak pernah berhasil mencetak laba. Sementara marcab usd 800 miliar 


Kedua.  SpaceX - yang disebut-sebut Musk sebagai pengganti NASA dan menjajah Mars - telah gagal diluncurkan.  Begitu banyak roketnya yang terbakar atau jatuh sehingga Musk, untuk alasan yang tidak diketahui, membuat kesalahan besar. Dan investor masih aja percaya. Aneh.


Ketiga. Adapun Hyperloop itu, sebagian besar ahli mengatakan itu tidak mungkin dan terlalu bodoh untuk percaya. Apakah mungkin untuk membangun kereta Hyperloop di terowongan bawah tanah sepanjang 200 mil dengan waktu tempuh 29 menit untuk memindahkan orang atau barang.  Engga masuk akal. Tapi kadang aneh. Orang mau ambil resiko berinvestasi pada bisnis dengan konsep utopia.


Dengan tiga hal tersebut diatas, sudah jelas, membuat Elon Musk kehilangan alasan untuk terus menarik uang dari investor. Nah satu satunya jalan adalah memanfaatkan sentimen emosi pemakai Twitter yang jumlahnya ratusan juta diseluruh dunia lewat akuisisi dengan konsep “ kebebasan berbicara “. Konsep bisnis? exit plan? dari mana sumber dana ? gelap. 


Sebagai bahan pelajaran. Tahun 2018 pernah Elon Musk sesumbar lewat twit bahwa dia mau beli saham Tesla seharga $ 420 per saham. Kemudian Tesla akan dijadikan perusahaan tertutup. Akibat twitnya itu harga saham Tesla melambung. Nyatanya, dia memang tidak ada uang. SEC kenakan pasal penipuan kepada Elon Musk dengan denda sebesar USD 20 juta.


Di tengah upaya Elon Musk untuk akuisisi Twitter tanggal 27 april 2022, seorang hakim federal telah menolak permohonan Elon Musk untuk membatalkan kasus penipuan pada tahun 2018. Dengan ketegasan hakim ini berharap publik AS tidak lagi tertipu oleh rencana Elon Musk mau beli Tweeter. Tetapi Elon cuek aja. Mengapa ? di tengah gebyar berita tentang rencana beli Twitter itu, dia jual sahamnya di Tesla senilai USD 4 miliar. Dampaknya harga sahamnya jatuh 12%. Tujuannya tercapai dengan mudah. 


Kalau akhirnya Tesla bangkrut, maka akan menambah deretan skandal wallstreet seperti Enron, Lehman, Madoft dll. Pasti dampaknya sistemik. Mengapa ? korban terbesar adalah investor yang sebagian besar adalah dana pensiun dan yayasan amal. Jelas memaksa pemerintah AS bailout.


***


“ Gimana pendapat kamu soal akuisisi Twitter? Tanya saya kepada Yuni.


“ Ya, ini contoh dan fakta sederhana betapa rendahnya literasi publik tentang proses akuisisi. Orang hanya percaya apa kata media massa “ Elon Musk resmi beli Twitter”. Apalagi berita itu dari media sekelas CNBC. Selama beberapa hari berita mengulas tentang kehebatan elok dalam take over Twitter. Padahal proses untuk sampai closing itu tidak sederhana. 


“ Emang apa saja proses itu?


“ Uda ngetes yuni ya.”


“ Saya boss kamu. Jawab kalau saya tanya” Kata saya serius. Dia narik napas. “ Tadi aja barusan mesra, sekarang udah kencang lagi mukannya. Ya udah. Yuni jelasin.”


“ Apa ?


“ Pertama, LOI kepada perusahaan target. Mereka harus tahu alasan rasional mengapa berminat untuk akuisisi. Ingat, yang jadi target ini bukan perusahaan yang akan bangkrut atau gagal bayar utang. Ini perusahaan sehat. Biasanya mereka nilai apa dasar keputusan yang mau akuisisi itu. Apakah karena alasan sinergi dalam hal market atau tekhnologi atau alasan memperbaiki performance neraca, yang berujung peningkatan value.


Kalau alasan rasional itu tidak ada, pasti perusahaan target nolak. Kalau mereka setuju, belum tentu otoritas pengawas bursa setuju. Apalagi kedua belah pihak adalah perusahaan publik. Kalau alasan rasional ini bisa diterima. Masih perlu persetujuan pemegang saham pengendali. Ini juga tidak mudah. Apalagi pemegang saham pengendali investor kakap. Dia bisa kentuti LOI atau dicuekin aja. Kalau tender biding harus siap uang ditangan dan siap dibantai di bursa.


Kedua. Kalau LOI itu sudah diterima. Maka pihak perusahaan target ingin tahu kepastian dana dari pihak yang mau beli. Mereka ingin tahu darimana duitnya. Siapa lembaga yang mendukung. Kalau tidak pasti, ya mereka akan bilang sorry. Karena mereka tidak mau wasting time. Proses ini yang sangat kritis. Hal yang tersulit bagi pemain MA adalah menunjukan kesiapan uang sebelum dia dapatkan data lengkap dari perusahaan target. Nah ini sama saja dengan chicken and egg. Mana duluan tolar atau ayam. Makanya perlu shadow team dapatkan data itu.


Nah kalau sudah bisa buktikan kesiapan dana, maka barulah perusahaan target setuju membuka bajunya. Silahkan due diligent. Itupun harus ada kesepakatan rahasia ( A non-disclosure agreement ). Tidak boleh bocorkan informasi kepada pihak yang tidak berhak. Pihak target juga minta jaminan atas kegagalan transaksi. Gagal ini bukan hanya soal uang, tetapi bisa juga karena bocornya informasi sebelum tahap negosiasi harga.


Ketiga. Due diligent atau bedah isi perut perusahaan target. Semua aspek di periksa secara detail. BIasanya empat aspek, tekhnologi, management, financial dan market. Atas dasar due diligent ini maka outputnya adalah Confidential Information Memorandum (CIM). Nah kalau sudah jadi CIM , pihak yang beli harus bicara dengan investment banker. Kalau valuasi tidak layak, ya tidak dapat dukungan investor eksternal. Artinya akuisisi harus dari kantong atau kas sendiri. Kalau engga ada duit ya cuci muka aja.


Tahap keempat, Negosiasi. Biasanya diawali dengan MOU, ( nota kepahaman.). Kemudian Head of agreement ( Pokok pokok kesepakatan). Pada tahap HoA ini, uang sudah confirmed dan pihak target sudah serahkan semua documen persetujuan dari pemegang saham, direksi dan pemerintah. Berikutnya, barulah purchase agrement ( akad jual beli). Tahap akhirnya adalah financial closing. Perjanjian pembelian perusahaan sudah dibayar lunas. Begitu kan. Benar ya” Kata Yuni. Saya mengangguk.


“ Terus lanjut “ kata saya.


“ Soal Elon Musk itu, dia baru sebatas LOI, dan itu belum ada keputusan dari twiter untuk setuju atau tidak jual. Masih dianalisa dan dipelajari LOI itu. Ditanya uang ada engga? jawabnya berubah ubah terus dan tidak jelas. Tentu engga bisa masuk ke tahap berikutnya. Ya pasti belum ada CIM yang diajukan kepada invetment banker. Tapi dia sudah bicara depan umum bahwa sudah dapat dukungan dari investment banker untuk membiayai akuisisi itu. Bagi pemain MA, omongan itu sampah. Media massa yang memberitakan juga sampah.


Kalau alasan Elon bahwa twiter tidak mau membuka data bot dan spam, ya itu bukan artinya Twiter menolak. Karena memang proses akuisisi belum sampai pada tahap due diligent. Lah duitnya aja belum jelas” Kata Yuni tersenyum. “ Gimana uda, benar ya”


“ ya benar. Untuk ukuran anak SMA sudah benar. Pintar kamu


Monday, April 25, 2022

Stop ekspor sawit demi hilirisasi


 

Anatomi hegemoni asing di Sawit.

Kebijakan Upstream Sawit selama ini memang menguras sumber daya dan merusak lingkungan untuk tujuan peningkatan investasi. Mau dari asing atau swasta/BUMN, pemerintah tidak begitu penting.  Yang penting dengan adanya investasi, ekonomi akan tumbuh dan itu bisa meningkatkan fundamental ekonomi negara. Wajar saja. Tetapi karena adanya porsi asing tersebut akibatnya sulit bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan hilirisasi sawit. 


Maklum keberadaan asing itu memang dasarnya adalah untuk mendapatkan sumber daya dan mengembangkannya di negara mereka masing masing. Tidak ada motif mereka untuk menciptakan nilai tambah untuk kepentingan industrialisasi di Indonesia. Itu sudah berlangsung sejak era Soeharto. Itu sebabnya kebijakan Jokowi menghentikan ekspor sawit dan bahan sawit adalah langkah tepat dan transformatif.


Total luas lahan sawit 16,38 juta ha, luas lahan sawit rakyat itu 6,94 juta ha. Dari total luasan lahan sawit di Indonesia, sebanyak 5% atau sekitar 800 ribu ha dikuasai oleh BUMN. Sementara, 53% atau sekitar 8,64 juta ha dikuasai oleh perusahaan swasta. Dari 8,64 juta ha,  investor asing menguasai 40 persen, diantaranya adalah Malaysia, SIngapore dan China. Tiga ini pemain utama.  


Malaysia sendiri menguasai 3 juta ha lahan sawit di Indonesia. Perusahaan-perusahaan Malaysia  yang memiliki kebun sawit di Indonesia antara lain Sime Darby (Guthrie, Golden Hope, Sime Darby, KL Kepong, IOI, TH Plantations, dan Kulim. Grup Khazana,


Singapore masuk melalui Bumitama Agri, First Resources, Golden Agri-Resources, Indofood Agri Resources dan Wilmar International.  Adapun Bumitama Agri memiliki lahan sekitar 171.763 hektar per Juni 2016 yang tersebar di Kalimatan Tengah, Kalimantan Barat dan Riau. Ticker yang bersandi saham BAL SP memiliki kapitalisasi pasar SIN$1.255 juta. First Resources memiliki perkebunan per Juni 2016 seluas 208.064 hektar. Adapun kapitalisasi pasar perusahaan ini yakni SIN$2.803 juta. Golden Agri Resources merupakan induk usaha (parent company) dari PT Smart Tbk, salah satu produsen barang konsumen berbasis kelapa sawit di dalam negeri seperti minyak makan dan lemak nabati. 


Indofood Agri Resources dengan kapitalisasi SIN$628,2 juta. GPada Juni 2016, grup Salim ini memiliki luas lahan 299.497 hektar di Indonesia. Golden Agri Resources yang listing di bursa Singapura.  Golden Agri-Resources merupakan grup dari Sinar Mas. Perusahaan ini memiliki kapitalisasi pasar senilai SIN$4.839 juta. Luas lahan Golden Agri-Resources yakni 483.075 hektar.  Pada Juni 2016, Wilmar International memiliki lahan 166.457 hektar di Indonesia. Adapun kapitalisasi pasar Wilmar International yakni mencapai SIN$21.157,9 juta.


Sementara investor sawit dari dalam negeri yang menguasai 90% lahan sawit hanya 12 orang konglomerat. Diantaranya adalah Antony Salim, Sukanto Tanoto, Martua Sitorus, Ciliandra Fangiono, Susilo Wonowidjojo, Putera Sampoerna, Bachtiar Karim, keluarga Widjaja, Chairul Tanjung, Hashim Djojohadikusumo, Peter Sondakh, Theodore Rachmat. Kalau dilihat gurita bisnis mereka. Sebenarnya dari 12 orang itu terhubung dengan pemain utama yang berbasis di luar negeri. Jadi tetap saja mereka bekerja untuk kepentingan asing. Engga percaya. Mari kita lihat sumber daya keuangan dari 25 group besar yang terlibat membiayai.


Data sejak 2010-2018, bank-bank yang memberi modal untuk 25 grup besar itu, yaitu Oversea-Chinese Banking Corporation (Singapura), CIMB Group (Malaysia), Malayan Banking (Malaysia), Bank Negara Indonesia (Indonesia) dan Bank Mandiri (Indonesia). Mencapai US$ 19,7 miliar. Berikutnya bank investasi asing yaitu Credit Suisse (Swiss), Rabobank (Belanda) dan BNP Paribas (Prancis), Citigroup (Amerika Serikat). Diperkirakan mendukung permdalan mencapai  US$ 8,0 miliar. Jadi paham ya. Bahwa sektor sawit ini memang aneksasi asing di Indonesia baik secara langsung maupun lewat proxy


Peran China.

Empat perusahaan China mengoperasikan perkebunan kelapa sawit di Indonesia seluas 100.000 ha, dengan landbank yang jauh lebih besar. Julong Group (Tianjin Julong), ZTE (Zonergy), Henan Jiujiu Chemical Co. dan Shanghai Xinjiu Chemical Co. Mereka tidak memiliki kebijakan No Deforestation, No Peat, No Exploitation (NDPE) dan tiga dari perusahaan telah melihat masalah keberlanjutan yang terdokumentasi.


Pada 2019, China merupakan importir minyak sawit terbesar kedua dengan pangsa 13 persen dan konsumen terbesar ketiga secara global. Selain itu, negara ini mengimpor minyak inti sawit dan turunan minyak sawit dalam jumlah besar, termasuk distilat asam lemak sawit (PFAD) untuk industri kimia, expeller inti sawit untuk digunakan sebagai pakan ternak berprotein tinggi, dan biodiesel. Tujuh dari 10 besar pemasok minyak sawit Indonesia ke China memiliki kebijakan NDPE. Kebocoran penyulingan tanpa kebijakan NDPE atau yang tertinggal dalam implementasinya menyumbang setidaknya 12 persen dari pasokan minyak sawit Indonesia ke China.


China adalah aktor kunci dalam rantai pasokan minyak sawit global

China sekarang adalah importir terbesar kedua dan konsumen minyak sawit terbesar ketiga di dunia. Perusahaan China hadir di semua segmen rantai pasokan minyak sawit internasional, mulai dari produksi hulu hingga pemurnian dan perdagangan hingga pemrosesan hilir. Peran ini mencakup investasi di perkebunan kelapa sawit di Indonesia serta impor dan konsumsi minyak sawit yang besar, terutama sebagai minyak nabati, didorong oleh populasi yang besar dan terus bertambah. Permintaan minyak sawit di Cina terutama bergantung pada penggunaan dalam makanan dan oleokimia.


Perusahaan perkebunan Cina aktif di Indonesia

Anak perusahaan empat perusahaan China mengoperasikan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Ketersediaan data terkait anak perusahaan, luas konsesi, luas tanam, dan produksi minyak sawit mentah (CPO) terbatas. Perkebunan dan kawasan cadangan perusahaan terletak di Kalimantan, Papua dan Sumatera (Gambar ). Tak satu pun dari empat perusahaan memiliki kebijakan No Deforestation, No Peat, No Exploitation (NDPE). Hebatnya semua pemain besar sawit di Indonesia seperti Wimar, Astra dan lainya terlibat langsung menjadi penjamin rantai pasok industri downstream CPO China.






Hilirisasi 

Walau kita punya ambisi lead business CPO namun penentu harga CPO masih tetap malaysia. Padahal produksi kita diatas Malaysia. Apa pasal.? Malaysian hilirisasi Sawit itu sangat luas massive. Sebelum membahas lebih jauh, sebaiknya saya jelaskan secara sederhana apa itu hilirisasi sawit.


Pertama adalah Oleopangan (oleofood complex) yakni industri refinery untuk menghasilkan produk antara oleo pangan (intermediate oleofood) sampai pada produk jadi oleopangan (oleofood product). Dari oleopangan akan dihasilkan minyak goreng sawit, margarin, vitamin A, Vitamin E, shortening, ice cream, creamer, cocoa butter/specialty-fat dan lain-lain.


Kedua, Oleokimia (oleochemical complex) yakni industr refinery untuk menghasilkan produk-produk antara oleokimia/oleokimia dasar sampai pada produk jadi seperti produk biosurfaktan, misalnya ragam produk detergen, sabun, shampo), biolubrikan (misalnya biopelumas) dan biomaterial (misalnya bioplastik).


Ketiga, Biofuel (biofuel complex) yakni industri refinery untuk menghasilkan produk-produk antara biofuel sampai pada produk jadi biofuel seperti biodiesel, biogas, biopremium, bioavtur. 


Nah mari kita lihat produksi hilir sawit ini. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, pada tahun 2021, pasokan CPO untuk industri oleopangan mencapai 8.249.000 ton ton dan 6.561.000 ton untuk biodiesel. Serta 1.946.000 ton untuk industri oleokimia. Jadi total kebutuhan CPO untuk industri dalam negeri mencapai 16.756.000 ton. Sementara total produksi CPO sebesar 46,88 juta. Apa artinya lebih separuh ( 74% ) CPO diekspor. Konyol kan.


Makanya jangan kaget bila kita kekurangan minyak goreng sawit. Karena CPO yang masuk ke Industri oleopangan bahan baku minyak goreng hanya 8.249.000 ton. Dan itupun produksi minyak goreng tidak semua dijual ke konsumen RT, sebagian masuk ke pabrik mie instant atau industri makanan dan eksport.. Apalagi harga minyak goreng sawit naik di pasar international. Dan HET pemerintah dicuekin. Wajar kan harga minyak goreng ikut pasar international.


Jadi kesimpulannya penyebab kita tidak berdaya terhadap lonjakan harga minyak goreng dunia karena hilirisasi sawit kita gagal. Nilai tambah rendah. Karena hanya didominasi oleh biofuel. Pada laman resmi Kemenperin tercatat ada 47 perusahaan industri minyak goreng dan 2 perusahaan industri margarin. Seharunya ada ribuan industri hilir sawit. Karena produk turunan sawit itu mencapai 170 produk. Kalau downstream Sawit ini berkembang, akan banyak tumbuh industri baru dan jutaan angkatan kerja baru terserap.


Ibu SMI sempat geram. Karena lambatnya proses hiirirasi sawit ini Solusinya hanya satu. Paksa lewat regulasi soal hilirisasi seperti kasus NIkel. Mengapa nikel kita bisa tegas soal hillirisasi. Kok Sawit engga bisa tegas? Dan lagi dipaksa untuk dapat cua gede. Kan nilai tambahnya 2 kali dibanding CPO.


Tantangan kemandirian.

Sekian puluh tahun bisnis sawit di Indonesia dikuasai Asing yaitu Singapore dan Malaysia. Namun mulai tahun 2013 China sudah masuk. Kalau kekuatan Singapore dan Malaysia saja kita tidak berdaya apalagi bangkitnya kepentingan CHina dalam bisnis Sawit. Bangkit ini karena permintaan yang tinggi akan produk downstream CPO.  Banyak orang mengira bahwa pasar CPO itu India dan Eropa. Tidak. Pasar terbesar kedua dunia adalah China. Mungkin dua tahun lagi China adalah importir CPO nomor 1 dunia. Inilah yang mengkawatirkan kalau kita tidak antisipasi. Mengapa? China itu size nya besar sekali. Kalau tidak dikendalikan pasarnya, program Sustainable plant akan hancur. Tidak ada lagi warisan untuk anak cucu kita. Akan sama dengan Migas. Mengapa ?


“ Maklum pasar China itu sangat rakus. Ada jutaan industri downstream China yang sangat butuh bahan baku CPO dan bahan antara CPO. Ini akan mendorong harga CPO terus melambung. Tentu berdampak harga downstream akan juga melambung, termasuk Minyak goreng dan deterjen juga 170 jenis produk hilir CPO lainnya.” Kata teman saya.


Sebelumnya sampai dengan sekarang China masih beli dari malaysia dalam bentuk produk antara Sawit. Karena malaysia sudah sangat maju industri antara Sawit. Karenanya malaysia menentukan harga pasar CPO. Tapi kedepan, China akan menjadikan Indonesia sebagai landing kapal besar industri downstream CPO nya. Apalagi China sudah kuasai lahan diatas 100.000 hektar di Indonesia. Dan ini akan terus bertambah luasnya di papua dan Kalimantan.


Pemerintah harus tegas kepada pengusaha upstream Sawit. Karena mereka itu umunnya mental pedagang dan bertindak sebagai proxy asing untuk bisnis rente.  Ogah repot bangun downstream secara luas. CPO jangan lagi di pajaki tinggi untuk mengurangi ekspor atau di quota. Tetapi stop ekport CPO. Keras aja ke diri sendiri. Saya yakin, engga lebih 1 tahun. Ada ribuan downstream CPO China akan relokasi ke Indonesia. Itu alasan logis bisnis. Kan lebih baik relokasi daripada bangkrut engga ada bahan baku. Ini akan mendatangkan nilai tambah bagi negara dan menampung angkata kerja luas.


Nah kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh pengusaha lokal untuk dapat transfer tekhnologi downstream. Maklum CHina itu sangat maju dalam hal tekhnologi downstream. Oleochemical mereka sudah bisa buat avtur. Hampir semua petro kimia dari minyak bumi bisa dihasilkan mereka dari CPO. Kalau kita terlambat, nasip kita akan sama dengan Migas. Udah 70 tahun lebih merdeka, kita tidak bisa mandiri dalam hal downstream MIGAS. Hayo berubah. Jadikan masa lalu pelajaran. Bangkit dengan semangat bertarung dalam kuridor sinergi dan kolaborasi. Now or never.


Agenda besar : kemandirian.

Dulu waktu saya jadi Sales tekstil dengan skema undeground dan sangat brutal antara pemasok dan pedagang. Saya dapat uang banyak. Tahun 83 saya sudah punya penghasilan  diatas 1 juta sebulan. Artinya usia 20 tahun saya sudah jutawan. Karena income saya sudah jutaan sebulan. Sementara PNS golong 3 A begaji hanya Rp 86.000/ bulan.Tapi ketika tahu 1984  saya diterima kerja sebagai Sales Representative kimia perusahaan Jepang, kerjaan jutaan itu saya tinggalkan. Saya milih gaji Rp 150.000 sebulan dengan komisi tergantung omzet. 


Mengapa ? Kerja Sales undergroun itu memang income besar tetapi tidak membuat saya berkembang. Saya hanya dagang. Apa beda saya dengan pedagang informal lainnya. Masa depan saya masih panjang. Peluang  bukan hanya sekedar cari uang terbuka lebar. Dengan kerja sebagai Sales perusahaan Jepang, saya di training menjual secara terpelajar dan profesional. Saya paham seni mendekati pasar lewat product knowledge dan berkomunikasi. Walau saya harus melata dan menahan selera  itu saya nikmati. Karena sadar saya sedang berproses berubah.


Benarlah! Pengalaman Sales mengantarkan saya jadi Wirausaha sebagai trader international dan kemudian tidak ragu mendirikan pabrik. Andaikan saya tetap sebagai Sales jalanan, mungkin saja saya tetap jutawan. Tetapi stuck disana saja. Hari hari saya hanya bertahan hidup tanpa ada agenda besar untuk berkembang besar. Bisa saja decline dihantam perubahan karena terjebak  di zona nyaman.


China waktu membangun menjadi negara industri. Semua sektor pertanian meradang karena 2/3  panen diambil pemerintah untuk biaya pembangunan infrastruktur dan subsidi industri hulu, subsidi para siswa sekolah ke luar negeri. Sementara subsidi sosial dihapus. Tahun 1980an, Ada istilah di china. Bulan pertama panen anda merasa hidup dan bulan kedua dan seterusnya nya bertahan  hidup dengan apa saja asalkan tidak mati kelaparan.  China melarang SDA mineral diekspor. “ Kalau kita belum bisa olah, biarkan saja didalam perut bumi. Tunggu aja generasi berikutnya yang olah.”


Hidup soal pilihan memang. Dan itu anda berhak memilih kalau memang anda punya pilihan. Masalahnya, kadang orang kehilangan kecerdasan memilih karena takut berubah. Selalu ada alasan untuk menolak berubah. Sehingga ya engga ada pilihan. Mengapa ? Dalam dirinya engga ada agenda futuristik. Orientasi hidup lebih kepragmatis. “ Apa yang ada sekarang sikat, soal nanti kumaha engke. “ Akibatnya sudah bisa ditebak. Digilas perubahan itu sendiri. Yang terdengar di masa depan hanyalah keluhan dan sesal, saling menyalahkan. 


Saya engga kaget bila begitu banyak pihak menolak larangan ekspor sawit dan CPO. Sama juga berpuluh tahun kita ribut menolak bangun kilang BBM. Itulah bangsa kita. Mental pragmatis tanpa Visi besar sebagai bangsa besar. Sampai kini kita gagal menjadi negara industri, terlalu nyaman dengan menjadi negara pemasok komoditi alam saja.  Kalau china menjadi Negara industri dan kekuatan ekonomi dunia, itu karena mereka membangun dengan agenda besar dan semua pihak termasuk rakyatnya berjiwa besar menelan derita demi derita untuk perubahan besar


***

Saturday, April 23, 2022

Rwanda membangun

 



Tahun 2018 saya bertemu dengan Kim pada kesempatan makan malam di gedung element, Kowloon, Hong Kong. Saya didampingi Wenny. Saya mendengar cerita soal rencana investasinya di Rwanda, Afrika. “ Ke mana pun kita pergi di Rwanda pasti ketemu orang China. Hampir semua  proyek strategis , kantor pemerintah dan infrastruktur pasti dibangun oeh Insinyur Cina. Kalau kamu mengemudi melalui Zona Ekonomi Khusus Kigali—kawasan perdagangan bebas di pinggiran ibu kota, itu modelnya benar benar copy paste dengan pembangunan Zhenzhen. Bahkan hampir semua orang terpelajar di Rwanda pasti bisa bahasa China.” Kata Kim. 


“Apa yang diharapkan China dari Rwanda? Itu negara terkurung daratan. Memiliki sedikit sumber daya alam, dan dengan populasi sekitar setengah populasi Beijing. Jadi target market produk China? kejauhan dech. “ Kata saya.


“ Saya akan jelaskan.  Tapi harus lihat dari sejarah. Rwanda, yang pernah tahun 1994 mengalami salah satu genosida terburuk dalam sejarah. Kini menjadi negara dengan ekonomi pertumbuhan tercepat di benua Afrika. Itu karena dari awal by design mereka mencontoh model pembangunan ekonomi di China Memang awalnya hampir 40% APBN mereka berasal dari China. Namun bantuan itu mereka manfaatkan dengan cerdas.” Kata Kim


“ Caranya ? 


“ Ya mereka menarik investor asing dengan menawarkan insentif pajak yang besar. Contoh investasi dibawah USD 10 juta bebas pajak penghasilan. Sedangkan perusahaan yang mengekspor setidaknya 50% barangnya hanya membayar pajak 15%. Izin mendirikan perusahaan hanya sehari. Mau asing atau lokal sama saja perlakuannya.


Nah China manfaatkan Rwanda sebagai hub untuk memasuki pasar Afrika dan mendapatkan pasokan SDA dari Afrika. Beberapa perusahaan Cina yang paling dominan di Afrika memulai usahanya di Rwanda seperti, Star Times, provider TV cable Cina, beroperasi tahun 2008. Sekarang bersaing dengan TV cable terbesar Afrika, DSTV, di 30 negara Afrika. Tecno Mobile, produsen ponsel China yang ponsel murahnya ada di mana-mana di seluruh benua, juga memilih Rwanda sebagai salah satu pasar paling awal.


Di zona ekonomi khusus Kigali, perusahaan Cina memproduksi pakaian, pembalut wanita, dan pintu kayu. Pusat teknologi pertanian yang didanai pemerintah China untuk memodernisasi petani Rwanda juga  berperan pesar membantu China ekspansi ke seluruh Afrika. Ya mereka gunakan perusahaan dengan hukum Rwanda untuk masuk ke Afrika. Cara smart China masuk tanpa ada beban politik.


Ditambah lagi pengusaha Rwanda itu memang jago marketing Dengan memanfaatkan hubungan bisnis dengan pengusaha pabrikan di China, mereka dapatkan barang dengan harga murah.    Mengapa ? Yang penting, selagi murah ya mereka beli. Soal kualitas tidak penting. Sementara barang Eropa, dan Jepang mahal. Mereka ogah beli. Kemudian mereka pasarkan  produk itu. Bukan hanya di Rwanda tetapi juga ke seluruh Afrika. Lambat laun mereka dirikan pabrik di Rwanda, bermitra dengan pengusaha China. Hampir semua produk di Afrika , 80 persen buatan China. Makanya wajar bila China muncul sebagai  investor terbesar di Rwanda.


Situasi itu dapat terlaksana bukan hanya soal perizinan yang cepat dan insentif pajak tetapi  kebijakan pemerintah Rwanda menyediakan  pusat layanan logistik untuk perdagangan dan bisnis China-Afrika. Perusahaan pelayaran Rwanda menawarkan layanan peti kemas ke pusat manufaktur China Guangzhou dan Yiwu. Juga sistem pembayaran ekspor dan import yang flexible. Trader dapat menggunakan layanan transfer uang instan untuk mengirim uang melalui platform populer China seperti WeChat dan AliPay, mengkonversi antara dolar, renminbi, dan franc Rwanda. Jadi kalau dianalogikan sama seperti kemajuan Singapore yang jadi Hub dengan memanfaatkan potensi Indonesia dan negara ASEAN lainnya.


Berdasarkan data antara tahun 1998 dan 2012 dari Kementerian Perdagangan China. Diantara 2.000 perusahaan China di 49 negara Afrika, sektor yang paling populer adalah manufaktur,  ritel dan jasa. Hanya sebagian kecil yang berbisnis sumber daya alam. Jadi sebenarnya China tidak masuk dengan motive aneksasi. Itu terjadi by nature aja. Kini China tidak lagi sebagai kreditur utama  Rwanda. China masuk urutan ke lima negara kreditur Rwanda. Artinya memang tidak ada deal China terhadap SDA lewat hutang.” Kata Kim menjelaskan panjang lebar.


“ Wah hebat ya. Tentu ada motif dasar Rwanda  begitu suka berhubungan dengan China “ Tanya saya. 


Wenny menjelaskan kepada saya. Tahun 1992 Rwanda menghadapi perang saudara. Konflik antara pemerintahan Presiden Juvénal Habyarimana dengan pemberontak dari Front Patriotik Rwanda. Konflik ini meletus pada 1 Oktober 1990 saat Front Patriotik Rwanda melancarkan serangannya dan berakhir pada 4 Agustus 1993 setelah ditandatanganinya Persetujuan Arusha yang membagi kekuasaan dalam pemerintahan. Namun, pembunuhan Habyarimana pada April 1994 memicu Genosida Rwanda yang menewaskan hingga 800.000 orang. 


Mengapa sampai terjadi Genosida? 


Sebenarnya itu karena politik kebencian atas dasar ras. Sudah berlangsung lama. Antar kelompok saling menghina dan menyindir. Dan ketika Habyarimana terbunuh, hoax beredar luas. Sehingga memicu dendam yang sudah terbentuk lama mejadi kemarahan. Antar penduduk saling bunuh. Setiap yang berbeda, mereka saling serang.  Keadaan cepat sekali jadi chaos. Sehingga tidak terkendali lagi. Akhirnya mendorong  Front Patriotik Rwanda melancarkan kembali serangannya, dan akhirnya mengambil alih seluruh Rwanda pada tahun 1993. 


China adalah negara asing pertama yang membuka kembali kedutaannya di Kigali setelah genosida tahun 1994. Walau China tahu, Rwanda masih menyimpan konfli dengan Pemerintahan Hutu dalam pengasingan, yang kemudian memicu perang Perang Kongo Pertama (1996–1997), yang kemudian berlanjut menjadi Perang Kongo Kedua (1998–2003). Namun tidak mengurangi keyakinan China untuk membantu Rwanda.


Tahun 1995, Rwanda mengirim delegasi ke China untuk mempelajari sistem ekonomi China. Belajar dari kemampuan China untuk mengatasi masa lalunya yang sulit—tahun-tahun perang saudara, kelaparan, kemiskinan, dan revolusi budaya yang fanatik. Kedekatan berlanjut: Anggota Front Patriotik Rwanda yang berkuasa pergi ke Beijing untuk mempelajari struktur kepemimpinan partai komunis China. 


Mereka memang tidak meniru China tetapi belajar dari cara berpikir China. Apa itu.? Mempersatukan bangsa lewat kinerja dan menghindarkan politik kebencian dengan memastikan negara hadir menjamin tidak terjadi polarisasi di tengah masyarakat. Kadang sikap keras pemerintah terhadap mereka yang meniupkan kebencian itu dianggap melanggar HAM. Tetapi Rwanda tidak peduli dengan standar barat soal HAM. Karena terjadinya genosida juga akibat politik adudomba barat juga. Mereka belajar dari pengalaman buruk masa lalu.


***

“ B, pertumbuhan pasar cabe sangat tinggi. Terutama kebutuhan pasokan industri. Produksi cabe China sudah tidak bisa lagi diandalkan memenuhi kebutuhan supply chain industri makanan“ kata Kim.  Saya perhatikan cara dia bicara dan saya candid. Baru tahu saya dia memang cantik. Tapi kurangnya dia memang tidak modis. 


“ Apa rencana kamu ?


“ B, saya sudah ajukan rencana ke SIDC untuk berinvestasi estate food di Rwanda, Afrika. Saya sudah dapat tawaran lahan dari pemerintah. Tapi SIDC menolak rencana itu. Justru bisnis cabe saya termasuk yang kena restruktur oleh SIDC. Masalahnya saya tidak ingin tergantung pasokan dari china saja. Harga dari petani terus naik. Maklum standar hidup petani terus meningkat. Tadinya harga beli cabe di subsidi oleh pemerintah tapi sekarang tidak ada lagi. Karena market sudah berkembang pesat. Petani punya bargain dihadapan market. “ 


“ So… “ kata saya melirik Wenny yang duduk disamping saya. 


“ Dia mau kerjasama dengan Yuan holding. Saya sudah pelajari semua aspek investasi. Sangat layak. “ kata Wenny. 


“ Sebelumnya saya sudah ajukan penawaran untuk akuisisi bisnis SIDC yang kerjasama dengan Kim. Management SIDC setuju. Saya cash out usd 50 juta. Jadi semua kontrak supply chain sause cabe SIDC di seluruh dunia , kini dikuasai Yuan Holding. Makanya saya setuju rencana Kim untun investasi kebun cabe di Rwanda, Afrika.” 


“ Ya udah kerjakanlah. Saya berdoa saja” kata saya kepada Wenny.  Saya senyum menatap Kim. “ semoga sukses. Kapan kamu menikah. “ Tanya saya. Kim tersenyum. “ engga kepikir menikah. “

Tahun 2020 , Kim mendirikan pabrik Chili powder di Rwanda. Tahun 2021 ekspor perdana ke China. Wenny dapatkan kontrak market 50,000 ton Chili powder. Hebat mereka. 


“ Kenapa engga invest di Indonesia?  Tanya saya ke Wenny. “ Ya saya sudah pikirkan itu. Di Afrika kita dapat tanah gratis. Izin seminggu jadi. Apa bisa Indonesia begitu ?


***

Usai makan malam. Saya termenung. Saya membayangkan nasip negeri saya. Betapa polarisasi politik sudah sangat mengkawatirkan. Antar kelompok saling menghujat dengan sebutan Cebong dan kadrun.  Apalagi dengan adanya sosial media, itu terus berdengung tiada henti. Para influencer terus memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan uang dari konten. Para politisi memanfaatkan ini untuk mendapat suara dalam pemilu. Sementara di tengah masyarakat sudah seperti api dalam sekam. Sedikit saja ada pemicu, chaos dan Genosida seperti Rwanda itu akan mudah terjadi. Bila terjadi, terjadilah. Semoga ini bisa disadari oleh kita semua.