Tuesday, December 13, 2022

Aliran Uang gelap



Pemerintah meminta agar BI bisa segera membuat kebijakan yang dapat menahan dolar hasil ekspor (DHE) di dalam negeri. Setiap DHE dalam bentuk dolar harus diparkir di dalam negeri untuk beberapa waktu. Meskipun neraca perdagangan Indonesia surplus 30 bulan berturut-turut, kenyataannya tak mampu membuat pasokan dolar AS di tanah air bertambah. "Likuiditas valas terbatas, padahal trade balance besar. Satu hal ini memang agak berbeda dengan periode-periode yang lalu," jelas Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam konferensi pers Oktober 2022, dikutip Rabu (7/12/2022). Mengapa ? Saya akan ulas secara praktisi aja. Maklum saya hanya pedagang kampung.


Mungkin anda jarang mendengar istilah illicit financial flows (IFFs) atau dalam bahasa indonesia artinya aliran uang gelap ( ilegal). Tentu ini akan mudah dipahami kalau dikaitkan dengan isu penghindaran pajak (tax avoidance), pengelakan pajak (tax evasion) dan pencucian uang dari aktivitas kriminal. Untuk lebih detail baca dech buku “Capitalism’s Achilles Heel: Dirty Money and How to Renew the Free Market System” Itu yang nulis adalah Raymond Baker. Dia juga pendiri Global Financial Integrity (GFI), lembaga think-tank yang bertujuan untuk mengkuantifikasi aliran keuangan gelap.


Kalau mau jujur, data ekspor batubara di neraca dagang international dengan data ekspor di Beacukai engga sama.  Artinya data impor batubara dari Indonesia oleh negara lain, dengan data dalam negeri engga sama. Mengapa ? itu karena ketidakcocokan perdagangan antar negara (trade misinvoicing). Engga percaya? coba dech audit sederhana berdasarkan UN Comtrade Database dengan klasifikasi Harmonized System (HS) 6-digit. Mudah tahu kok, adanya trade misinvoicing berupa ekspor under-invoicing dan ekspor over-invoicing.


Masih engga percaya? mari kita lihat data hutang luar negeri kita. 
Bank Indonesia melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Maret 2022 berjumlah US$411,5 miliar atau setara Rp6.033 triliun (kurs US$1 = Rp14.661). Di periode ini Singapura menjadi negara pemberi utang terbesar ke Indonesia, dengan nilai total pinjaman US$60,9 miliar atau setara Rp892,8 triliun. Nah, rangking pertama kepada Singapore. Bukan kepada China atau AS atau Jepang. Itulah akibat adanya selisih pencatatan. Ekspor hasil devisa yang masuk ke Indonesia sedikit, lebih banyak parkir di luar negeri dan kemudian masuk secara legal ke indonesia lewat skema hutang. Itu uang milik orang indonesia sendiri. 


Sekian dekade, Indonesia mengalami lebih banyak aliran keuangan gelap yang masuk dibandingkan yang keluar. Masuknya uang itu bukan berarti bagus, tetapi justru  semakin lama semakin besar kontrol mereka terhadap SDA dan politik. Makanya sulit bagi pemerintah mau kendalikan oligarki bisnis. Siapapun presidennya. Tahukah anda?  Berdasarkan data dari Global Financial Integrity (GFI), Gross Excluding Reversal (GER), aliran keuangan gelap keluar dari Indonesia terbesar terdapat pada komoditas batu bara, selanjutnya berturut-turut diikuti oleh komoditas minyak sawit dan karet. Mereka ini sebenarnya trouble maker bagi ketahanan ekonomi kita, khususnya kekuatan devisa kita, mata uang kita. 


Tapi apa mau dikita, 50 daftar orang terkaya di indonesia, ya bisnis nya engga jauh dari Batubara dan Sawit.  Dan sebagian mereka masuk dalam daftar tim sukses Presiden. Mungkin mereka tidak termasuk yang dianggap trouble maker itu. Ada Yusuf Kalla. Dia jadi etua Dewan Pengarah Tim Pemenangan. JK juga pemilik konsesi batubara dibawah Group Kalla dan konsesi PLN program 35.000 MW.. Ada Juga Tim Bravo 5, mereka mantan pensiunan jenderal ( TNI/POLRI). Mereka semua pemilik konsesi batubara. Diantaranya Pak LBP pemilik konsesi tambang batubara atas nama Toba Energi. Ada juga Letjen Suadi, PT, Kutai Energi dan lain lain.

Di dewan penasehat. Ada nama Osman Sapta Odang. Juga pemilik Konsesi batubara atas nama PT. Total Orbit. Hari Tanoe, pemilik konsesi tambang batubara dibawah MNC Energi and Natural resource. Pada tim Bendahara dipegang oleh Andi Samsudin Arsyad. Dia juga raja batubara di Kalimantan Selatan atas nama Jhonlin Group. Bersamanya juga ikut teman temannya yang masuk 10 top perusahaan tambang Batubara, yang juga pemilik pembangkit listri program 35,000 MW. Nah Jokowi  mengambil langkah serius dalam menghadapi kelangkaan dolar AS di Tanah Air. Bank Indonesia (BI) diminta untuk membuat mekanisme agar pasokan dolar AS berlimpah di dalam negeri. Mungkinkah upaya serius Jokowi akan sukses mengatasi kelangkaan dollar dalam negeri? kalau engga, rupiah akan berpotensi terus melemah..


No comments: