Thursday, November 28, 2024

Pajak dan keadilan

 




Kemarin saya ketemu denga Ira. Korea udah turunkan suku bunga acuan jadi 3%. Kata Ira. Saya mengatakan bahwa Korea itu kan negara industry yang bergantung kepada ekspor. Disisi lain banyak negara mitra dagangnya melakukan kebijakan proteksionisme tarif bea masuk. Barang ekpor Korea jadi mahal. Nah dengan penurunan suku bunga, cost of fund industri jadi turun. Mereka tetap bisa kompit walau laba menurun. 


Kenapa bertolak belakang dengan kebijakan ekonomi kita, yang tetap pertahankan suku bunga tinggi dan pertumbuhan diatas 5%?  Tanya Ira. Indonesia itu kewajiban financial luar negeri nya lebih besar daripada asset financial luar negeri. Kata saya. Kewajiban financial luar negeri itu kan kepemilikan asing. Kapan saja bisa kabur kalau suku bunga rendah. Nah jeleknya Indonesia itu, kalau asing hengkang, pemilik asset  orang Indonesia ikutan kabur. Kan bisa chaos ekonomi.IDR bisa tumbang.


Kan Cadev kita besar. USD 150 miliar. Apa kurang ? tanya Ira. saya katakan bahwa kewajiban financial luar negeri kita itu diatas USD 700 miliar. Sekitar SD 150 miliar, itu hot money. Kapan aja bisa hengkang. Sementara  cadangan devisa kita sebesar USD 150 miliar. Itu engga ada arti. Apalagi dari USD 150 miliar cadev itu engga semua cash.  10% aja dari USD 700 miliar hengkang. Bubar kita. 


Jadi yang membuat kita beda dengan Korea karena hutang. Bukankah Korea juga berhutang? Debt to PDB Korea 52%. Lebih besar dari Indonesia. Kata ira. Saya katakan, benar. Tapi asset financial luar negeri punya swasta/BUMN korea itu besar sekali. Maklum sebagian besar PDB mereka disumbang oleh ekspor. Kalaupun ada asset milik asing tetapi itu sebagian besar FDI, bukan surat utang. Jadi resiko capital outflow rendah. 


Kebijakan korea menurunkan suku bunga itu sebagai respon terhadap menurunnya permintaan ekspor. Itu makes sense. Ira menyimpulkan. Terus,  kenapa proyeksi pertumbuhan Ekonomi juga diturunkan. Dari 2% ke 1,9%. Kan bisa berdampak kepada ekonomi domestic. Saya katakan, pertumbuhan ekonomi turun karena pemerintah memberikan insentif pajak kepada rakyat. Tapi dampaknya karena itu daya beli rakyat meningkat atau dipertahankan. Pasar property bisa bangkit lagi. Nanti setelah keadaan ekonomi pulih, ya insentif pajak tidak ada lagi. Rakyat udah tajir, ya bayar dong pajak tinggi.


Artinya disaat krisis, pemerintah justru berkorban lewat insentif pajak, bukan  bansos seperti kita. Kata Ira. Saya katakan. Pajak itu kan instrument  keadilan bagi semua. Beda dengan bansos. Bansos itu sejatinya distorsi ekonomi pasar. Karena hanya menyasar kepada golongan tertentu. Kebijakan ekonomi yang sehat secara akal adalah lewat pajak. Kalau daya beli turun, ya insentif pajak diberikan. Kalau daya beli meningkat, insentif pajak tidak ada.  


Dalam konteks pajak kenapa pemerintah kita tidak terapkan seperti Korea. Tanya Ira. Ya engga mungkin Indonesia bisa terapkan. Karena APBN kita terjebak hutang. Walau debt to PDB kita 40%, tetapi debt service ratio kita tinggi. Lebih 1/3 APBN habis untuk bayar bunga dan cicilan utang. Hampir ¼ dari ekspor kita untuk bayar utang luar negeri. Kalau kita turunkan pertumbuhan ekonomi, pajak akan drop, ya SBN kita jadi tissue toilet. kata saya. 


Bagaimanapun APBN harus ekspansif, harus terus dipompa tinggi walau harus lewat berhutang. Itu prinsip pemerintah kita. Ira menyimpulkan. Mengapa kita terjebak hutang? Lanjutnya. Ya karena pendapatan pajak rendah. Tax ratio dibawah 10% dari PDB. Bandingkan dengan Korea yang tax ratio 30% dari PDB. Makanya DSR mereka rendah hanya 14% dan tidak mengalami debt trap. Jadi walau proyeksi pertumbuhan diturunkan, engga ngaruh amat terhadap fundamnetalnya. 


Jadi apa masalah sebenarnya dengan bangsa kita ini Ale? Tanya Ira. Saya tidak mau jawab. Itu pertanyaan yang jawabannya sudah tahu sama tahu, terutama kaum terpelajar dan akademisi. Elite kita itu low class. Bukan hanya soal kompetensi yang low class , juga termasuk moral rendah banget. Doyan banget korupsi dan berbohong lewat pecitraan. Itu aja.

Tuesday, November 12, 2024

Big Corp dibalik Progam minum susu

 



Susu sapi perah dibanyak negara dilarang dijual langsung ke kapada konsumen dalam keadaan mentah. Tanpa melalui proses pasteurisasi, susu mentah mempunyai risiko lebih tinggi menyebabkan penyakit bawaan makanan.  Karenanya susu perah peternak memang market utamanya adalah industry pengolahan susu. Dari Industri pengolahan ( industry dairy ) ini dihasilkan beragam susu yang ada di pasar seperti susu dipasteurisasi, susu ultra filter, susu UHT, susu bubuk.


Data tahun 2020 kebutuhan bahan baku susu industri dalam negeri sebanyak 3,85 juta ton (setara susu segar). Sementara, pasokan susu lokal hanya mampu memenuhi sebanyak 850 ribu ton. Adapun susu segar diimpor dari berbagai negara dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, buttermilk, serta whey. 


Anda pasti sudah sangat akrab dengan susu Milo dan susu Dancow. Semuanya merupakan brand dari sebuah perusahaan besar NestlĂ©. NestlĂ© adalah perusahaan makanan dan minuman asal Swiss. Susu Bendera merek susu Indonesia. Namun tak banyak yang tahu bahwa PT Frisian Flag Indonesia (FFI), selaku perusahaan yang memproduksi, ternyata masih bernaung di bawah Friesland Campina yang didirikan di Belanda sejak tahun 1922. 


Saat sekarang ada 10 pemain top dunia dalam industry dairy. Disamping Nestle dan Friesland Campina, ada Lactalis (Prancis), Danone (Prancis), Dairy Farmers of America, Grup Yili (Tiongkok), Fonterra (Selandia Baru) Mengniu (Tiongkok), Arla Foods (Denmark/Swedia), Saputo Inc. (Kanada). Namun dari 10 itu, hanya AS dan China yang masuk 7 produsen susu sapi perah dunia. Sementara India, Brazil, Pakistan, Rusia, German tidak ada.


Hampir semua pabrik susu olahan yang ada di Indonesia dan negara manapun, pasti terafiliasi dengan 10 merek itu. Skema kerjasamanya seperti bisnis maklon. Mereka menjamin likuiditas, pasar dan tekhnologi. Seperti biasa. Mereka menekan ke bawah dan menjarah keatas. Artinya menekan peternak sebagai mitra dan menjual produknya dengan margin tinggi ke konsumen. Singkatnya mereka meciptakan ketergantungan.


Dalam skala global, Industry dairy beroperasi sudah seperti sindikat big farma. Mereka terhubung dalam kartel dan terlibat dalam lobi politik kelas dunia. Mereka tidak lagi lobi negara tetapi PBB, seperti WHO dan FAO. Misal, PP No. 28/2024 menyatakan bahwa setiap bayi berhak memperoleh air susu ibu (ASI) eksklusif sejak dilahirkan sampai usia bulan, kecuali atas indikasi medis. Pengecualian ini mengacu kepada the International Codeof Marketing of Breast-Milk Substitutes (WHO Code). Artinya, aturan tersebut mengakui bahwa susu formula dapat digunakan untuk menggantikan ASI. Confirmed.


FAO menetapkan standar gizi yang mengharuskan konsumsi susu dan WHO juga. Kemudian World Bank menjadikan aturan WHO dan FAO itu sebagai standar kepatuhan dalam memberikan pinjaman lunak. Seperti halnya program stunting  yang merekomendasikan susu formula kepada Balita stunting. Dan World bank memberikan pinjaman lunak kepada Indonesia ratusan juta dollar. Kemungkinan besar World Bank juga akan memberikan pinjaman lunak untuk makan siang bergizi, tentu menyertakan standar kepatuhan harus minum susu dan tentu juga impor nantinya.


Lebih 1 abad kartel Industri susu tidak tergoyahkan. Hanya sedikit terganggu dengan kehadiran China seperti merek Yili dan Mengniu, yang sudah merambah ke pasar premium di Eropa dan AS. Tahun 2016 Lu Xianfeng, mencaplok sebuah perusahaan peternakan sapi perah terbesar di Australia, Tasmanian Land Company (TLC). China merupakan produsen susu segar nomor 4 dunia. 


Jadi pemerintah harus smart. Jangan sampai nasip kita seperti bisnis pharmasi yang sampai sekarang dikuasai 90% oleh big pharma. 90% bahan baku obat kita impor. Pada 1997, impor bahan baku susu untuk industri dairy 40%. Sekarang sudah 80 persen impor. Hanya masalah waktu kalau tidak dibenahi peternakan sapi perah, bisa 100% kita impor. Caranya? Kita harus punya kemandirian dalam industry dairy. Hanya dengan cara itu kita bisa membela perternak sapi perah local. Dan itu kita punya modal besar untuk mencapainya. Karena pasar domestik besar.


Friday, November 8, 2024

Trump menang ekonomi indonesia terancam ?

 




Trumps ini latar belakangnya adalah pengusaha dan lahir dari keluarga konglo. Jadi dia lahir udah pakai dasi. Tentu dalam perjalanan hidupnya yang serba plamboyan, dia tidak perlu mikir dengan gaya acrobat nya. Toh jatuh juga, ada bapaknya yang akan angkat dia lagi. Watak seperti itulah yang membentuk dia sampai usia 70 lebih dan kini terpilih lagi sebagai presiden USA. Sebelumnya tahun 2021 dia gagal meraih kursi pada periode keduanya.


Paska kejatuhan Lehman, tahun 2008 AS tak henti struggle keluar dari pusaran krisis. Obama terpilih dengan harapan besar “ Yes! We can. “ Katanya. Orang punya harapan. Ternyata gagal juga. Tahun 2017. Trumps datang dengan gaya urakannya memperolok kaum politician istana gading. “ Make America Great again. “ Nyatanya makin keok dengan China. Publik marah. Dia gagal masuk putaran kedua presiden AS. Biden menggantikannya malah lebih buruk. Dan wajar kalau rakyat AS berkiblat lagi ke Trumps.


Apa sih program Ekonomi Trumps ?  Trumps akan memanfaatkan pasar domestic sebagai modal besar AS untuk tetap jadi pemimpin dunia. Tarif impor akan dia naik kan. Khusus barang dari China jadi 60%. Sementara non china 10%. Memang karena itu harga barang impor jadi mahal. Akan sulit bersaing dengan produksi dalam negeri. Dengan itu peluang bisnis domestik terbuka lebar, khususnya Industri. Jadi dia sebenarnya pemberontak system kapitalisme AS. Dia engga percaya dengan liberalisme. Dia hanya yakin AS bisa besar lagi apabila negara lead secara penuh dan market regulated


Pada waktu bersamaan Trumps lakukan pemotongan pajak korporate dan professional dari 21% menjadi 15%. Tentu ini akan mengurangi tax ratio dalam jangka pendek dan memperkecil ruang fiscal. Engga ada masalah.  Karena Trumps yakin, dengan pajak rendah akan menarik orang kaya untuk investasi di sector real terutama industry, dan menjadi magnit terjadinya relokasi industry dari Eropa, Jepang, Korea, bahkan China ke AS. Yang tentu akan menyerap angkatan kerja luas. Dengan strategi itu makanya kehadiran Trumps kembali ke panggung Pilpres AS mendapat dukungan para boss korporat dan dia menang mudah. 


Bagi financial player dan terutama kaum moneterisme jelas saja cara berpikir ekonomi Trumps ini mimpi buruk.  Karena dia tidak percaya dengan kebijakan moneter dan fiscal buka tutup likuiditas. Karena pada akhirnya membuat ketidak seimbangan antara fiskal dan moneter. Dia tidak percaya denga system itu yang katanya inflasi terkendali. Toh pada akirnya walau inflasi rendah tetap aja daya beli drop. 


Jadi jangan kaget bila di era Trumps akan terjadi tsunami moneter bagi negara berkembang. Kemarin The Fed turunkan suku bunga 0,25 bps. Itu akan jadi penurunan suku bunga terakhir. Selanjutnya suku bunga akan tetap tinggi. Mengapa ? The Fed harus kawal kebijakan trumps  yang dalam jangka pendek bersifat inflasi. Karena walau pajak turun, dia engga mau turunkan belanja APBN nya. Defisit akan melebar. Surat utang akan diproduksi terus agar capital inflow terjadi.


Dan bagi Trumps, kenaikan suku bunga ini akan jadi senjata geopolitik nya menekan negara yang tergabung dalam BRICS untuk balik lagi ke " konsesus Washington". Mengapa ? misal, Indonesia harus terus naikan suku bunga BI-rate diatas bunga the fed agar tidak terjadi capital outflow. Index USD akan semakin menguat. Sementara IDR akan terus melemah. Tentu akan semakin sulit bagi dunia usaha untuk ekspansi dan orang kaya lebih suka investasi SBN berbunga tinggi daripada bangun pabrik yang pasti tekor. Ya kita hanya punya dua plihan, “ Surrender or die “.


Tuesday, November 5, 2024

Apple minta bebas pajak 50 tahun ?

 




Kementerian Perindustrian (Kemenperin), bulan lalu memblokir izin penjualan Iphone 16 dengan alasan belum memenuhi persyaratan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sebesar 40% untuk ponsel cerdas dan tablet. Saya akan membahas ini dari sudut rasional Apple saja.


Business  Apple itu bukan pabrikasi, tetapi hanyalah design dan marketing. Mereka sendiri tidak punya pabrik. Yang produksi adalah pihak  Foundry, Media tech dan Foxconn ( Hon Hai Precision Industry Co., Ltd.). Foxconn adalah raksasa industry high tech dari Taiwan yang memproduksi semua produk merek Apple. Yang rumit dari industry smartphone ini adalah konten tekhnologi di dalamnya dan proses produksi. Apple tidak berdaya menentukan siapa yang akan jadi pemasoknya.


Jadi siapa yang menentukan ?. Foundry lah yang menentukan siapa yang qualified jadi mitra outsourcing OSAT ( Outsourced Semiconductor Assembly and Test). Saat sekarang top player OSAT adalah Walton Advanced Engineering, Amkor, TSHT, Chipbond, Signetics, Powertech Technology Inc, JECT, Hana Micron, Unisem, ChipMOS, UTAC, TFME, ASE Group, KYEC, SPIL. Tidak ada nama perusahaan Indonesia di daftar itu atau afiliate. 


Dan apple tidak mungkin mengubah bisnis model berbasis tekhnologi terdepan dari pesaingnya. Karena itulah keunggulannya. Terus mengapa Apple hanya bergantung kepada Foxconn ? ya untuk menjaga rahasia perusahaan, seperti kekayaan intelektual dan kontrol terhadap proses produksi. Jadi paham ya. Mengapa sulit bagi Apple bisa memenuhi local konten (TKDN) 40% yang ditetapkan oleh pemerintah.


Loh mengapa merek smartphone lainnya tidak ada masalah memenuhi TKDN 40%?  Kalau mau jujur tidak ada yang mencapai 40% TKDN. Mereka hanya manufaktur di Indonesia dengan supply chain impor. Bukan rahasia umum kalau semua main soal TKDN. Sementara Apple patuh dengan standar international terkait dengan good governance. Apple tidak bisa "main" seperti produsen hape lainnya. 


Dan lagi engga mudah jadi pemasok Apple. Teknologi hape merek lain tidak rumit. Beda jaun dengan Iphone produk Apple. Apa sih rumitnya ?  Misal, tingginya tingkat kompleksitas yang melekat pada desain layar. Tingkat keberhasilan untuk layar iPhone 6 yang berukuran 4,7 inci adalah sekitar 85% sedangkan untuk iPhone 6 Plus dengan layar 5,5 inci adalah sebesar 50-60%. Kalau perusahaan engga jago amat,  mana berani jadi supplier Apple. 


Yang saya tahu dari teman, udah lama Foxcon berusaha  menemukan mitra di Indonesia untuk jadi  pemasok. Namun gagal. Apa pasal ? Di Indonesia belum ada ekosistem bisnis  high tech yang melibatkan R&D. Semua hanya tukang jahit doang. Beda dengan Malaysia yang sudah sangat maju industry high tech nya. Apple tidak ada masalah invest di Malaysia. Padahal era Soeharto, Malaysia belajar dari Indonesia dalam membangun industry high tech.


Disamping itu, Apple adalah perusahaan yang sudah menerapkan ESG sangat ketat. Maklum dana investasi mereka berasal dari pasar uang dan pasar modal. Jadi kepatuhan terhadap ESG adalah keniscayaan. Nah menurut Apple, Indonesia itu tidak patuh terhadap ESG. Terbukti adanya kasus korupsi Timah dan rusaknya lingkungan penambangan nikel. Sementara salah satu material apple itu adalah timah dan nikel powder.


Nah kalau akhirnya Apple harus investasi di Indonesia sesuai dengan minimal local konten 40%, itu artinya Apple harus all out. Resiko tentu sangat besar, terutama dalam hal riset tekhnologi. Harus ada transfer tekhnologi ke perusahaan di Indonesia. Itu pasti sangat mahal. Kalau engga diberi insentif oleh pemerintah, misal bebas pajak 50 tahun,  ya mana mau mereka ambil resiko. Karena semua negara maju yang peduli kepada industrialisasi memberikan insentif bebas pajak kepada industry high tech yang lakukan riset.


Saya setuju dengan tekad pemerintah untuk konsisten terhadap TKDN, tetapi itu jangan hanya aturan doang. Harus pula disertai  dengan dukungan riset kepada industry high tech dalam negeri.  Agar kita bisa bersinergi dengan raksasa hich tech yang sudah jadi raja seperti SMC ( Taiwan Semiconductor Manufacturing Company ), Samsung, United Microelectronics Corporation ( UMC ), GlobalFoundries, Semiconductor Manufacturing International Corporation ( China). Kalau engga, aturan itu hanya jadi bahan ketawaan mereka.


Apple tidak akan tunduk begitu saja terhadap kebijakan TKDN, walau pasar domestic kita besar. Karena Apple tahu, konsumen iphone di Indonesia itu kelas menengah atas. Jumlahnya engga banyak. Mereka bisa terbang ke Singapore untuk beli hape. Kan hanya 1,5 jam penerbangan. Saran saya, lebih baik setujui aja proposal Apple untuk berinvestasi di Bandung. Walau itu hanya produksi casing dan accessories, engga apa. Kan bisa tampung angkatan kerja. Setidaknya yang kena PHK pabrik tekstil bisa kerja di sini. Setelah itu focus lah benahi ekositem industry high tech. Yuk, cerdas ya sayang. Udahan bego nya.