Wednesday, February 10, 2010

Bisnis dan berbagi dalam sunyi.


Weekend saya datang ke daerah Dongguan untuk ninjau Pabrik. Saya mengajak Wenny untuk makan siang. Kami mendatangi restoran muslim yang ada di Guangzou. Tempatnya ada di sayap kanan loby office building. Kesan pertama saya masuk ke restoran ini mewah dan sangat private. Menurut Wenny, pemilik restoran ini adalah classmate nya waktu di SMU di Changsa. Dia sengaja menjemput kami di depan pintu restoran. Kami dituntun keruang private. Kebetulan teman Wenny ini beragama islam. Hidangan pembuka sambil menanti menu yang kami pesan datang adalah Kerupuk Udang yang khusus di impor dari Medan.
“ Saya senang ternyata orang muslim exist sebagai pengusaha di China. “ Kata saya. 
“ Mr. B, di sini agama adalah ranah pribadi yang tidak pernah dibahas oleh siapapun. Pemerintah juga tidak mau pusing orang beragama atau tidak. Yang penting orang itu bisa berproduksi dan bayar pajak. Itu saja. “
“ Oh ya. “ 
“ Saya ada cerita soal agama khususnya islam di China. “ Kata teman Wenny. Bahasa inggris sangat bagus. Karena tadinya dia bekerja sebagai PR perusahaan penerbangan. Pensiun dini untuk berwiraswasta dengan membuka restoran. Pelanggan utamanya adalah relasinya waktu masih sebagai PR di perusahaan penerbangan.

“ Di suatu Desa di provinsi Hunan,” Katanya memulai cerita. “ada seorang pemuda yang datang dari kota. Desa itu sebagian besar beragama Islam. Kehidupan sehari hari desa itu dari hasil pertanian dan Pengrajin lampu. Pemuda ini datang ke desa menjadi pembeli barang kerajinan. Setiap hari dia mendatangi rumah pengrajin. Dia akan beli seharga yang pantas. Dia jarang bicara banyak namun kedatangannya di rumah selalu dinanti oleh penduduk desa. Setiap bulan sekali , pemuda itu pergi ke kota untuk menjual barang dagangannya. Biasanya tiga hari di kota dia sudah kembali di desa.

Orang desa tahu bahwa dia beragama islam. Hanya membedakan dia dengan orang kampung dia tidak berjanggut dan kopiah putih. Dia seperti layaknya pemuda pada umumnya. Sebagai juragan tergolong kaya, dia disenangi oleh orang kampung. Namun ada juga sebagian tidak suka dengan dia. Khususnya tokoh masyarakat desa termasuk petugas Partai Komunis yang ada did esa itu dan kelurga kaya. Apalagi sudah semakin banyak para anak gadis yang membicarakan pemuda ini. Hampir semua bermimpi agar pemuda ini menjadi suami mereka. Pemuda ini termasuk ramah.

Setiap sholat Jumat, Pemuda ini datang selalu menjelang azan. Pulang lebih dulu. Kesan beragama seperti ini membuat tokoh masyarakat yang muslim tidak menyukainya. Kalau ada kegiatan beramal, pemuda ini selalu menghindar untuk memberikan sumbangan. Namun para pemuda kampung sering datang ke rumah pemuda ini. Ada yang diperkerjakannya sebagai tukang packaging barang. Ada juga pengrajin yang kurang modal, dibantunya sebagai mitra. Hasilnya dibagi sama. Lambat laun pemuda ini semakin mendapat perhatian para pemuda kampung. Dia semakin populer. Ekonomi desa bergairah. Namun tokoh masyarakat semakin membencinya.

Malang tak dapat ditolak. Yang terjadi terjadilah. Di suatu malam, orang kampung mengaraknya seraya memukuli pemuda ini. Karena tertangkap basah sedang di rumah janda miskin. Persekusi dan eksekusi dipimpin oleh tokoh masyarakat dan pemuda dari keluarga kaya. Dia tiduh berzina. Wanita itu mengakui bahwa pemuda itu akan memperkosanya. Sebelum sampai di kantor polisi, pemuda itu menjemput ajal. Berlaku takdir untuknya. Kembali kepada Tuhan.

Petugas Polisi ketika akan mengadobsi Pemuda itu, terkesima. Darah pemuda itu harum. Bahunya nampak legam. Seakan bertahun tahun pemuda ini bekerja sebagai tukang panggul. Padahal dia orang kaya. Punya pekerja membantunya untuk memanggul beban berat. Tetapi mengapa bahunya lebam? Yang menakjubkan adalah sehari di rumah sakit, seluruh wajah yang hancur dipukuli seketika bersih seakan tidak pernah ada cedera. Wajah pemuda itu bercahaya seakan jiwanya begitu tenang menjemput ajal. “ kata teman Wenny. Dia tersenyum seraya menarik napas panjang.

Saya terdiam dan siap terus menyimak cerita. 

“ Sebulan setelah pemuda itu wafat…” Lanjutnya “ Orang terkejut karena banyak janda miskin dan orang tua miskin yang mempertanyakan beras yang selalu ada di depan pintu pagi hari setiap akhir bulan. Biasanya di dalam karung beras itu ada amplop merah berisi uang. Kini tidak ada lagi. Banyak pemuda miskin dan pengrajin yang kehilangan mentor dari pemuda itu.

Petugas Partai dari tingkat kebupaten melakukan penyelidikan atas kasus kematian pemuda itu. Menyimpulkan bahwa penganiayaan itu direkayasa oleh tokoh masyarakat dan pemuda yang terprovokasi pemahaman agama yang salah. Tuduhan kepada pemuda itu adalah dia menjauhkan pemuda kampung dari masjid. Lebih focus kepada urusan dunia dan lupa agama. Ini dibuktikan dari hasil investigasi dengan para pemuda kampung. “ katanya.

“ Bagaimana dengan janda miskin itu ? Tanya saya.

“ Janda miskin itu akhirnya mengakui bahwa pemuda itu datang ke rumah malam malam untuk mengantar uang berobat anaknya. Tetapi dia terprovokasi oleh tokoh masyarakat untuk menjebak pemuda itu. Jadi ada sifat cemburu karena GR kepada pemuda itu. Karena pemuda itu banyak disukai oleh wanita di kampung.

Karena itu keadilan harus ditegakan kepada mereka yang mengakibatkan pemuda itu wafat. Sekretaris partai di desa itu di hukum mati. Tokoh agama yang terlibat dikenakan hukum kerja paksa. Mereka harus dihukum melalui kerja agar paham arti bagaimana menjalani hidup. Bahwa hidup itu bukan retorika tetapi berkarya untuk paling banyak manfaat bagi orang lain. “

Saya terhenyak.

“ Mr. B…” kata Wenny. “ itu satu contoh betapa agama itu bisa jadi perusak bagi orang yang lemah berproduksi dan punya mental tangan di bawah. Agama dijadikan alat memprovokasi orang untuk marah dalam kebodohan. Keimanan mereka berubah menjadi cemburu buta. Lupa seharusnya dalam marahpun harus adil. Bukan hanya perbuatan, bahkan dalam pikiranpun harus adil. Agama itu adalah perbuatan. Perbuatan berbagi cinta kasih karena Tuhan. Yang tidak perlu diangkat setinggi langit agar orang tahu bahwa dia hebat beragama. Agama itu masalah privasi antara manusia dengan Tuhannya, yang diaktualkan dalam nilia nilai kemanusiaan. Cinta kasih dan berbagi dalam sepi…itulah hakikat islam sesungguhnya.

No comments: