Tuesday, June 28, 2011

EX File


“ Kita harus ketemu. Ada yang harus dibicarakan. Temui aku di Ritz Hong Kong jam 4.15 sore. “ Kata Widia lewat email. Ketika jam 2 sore. Aku sedang berada di Financial club Hong Kong yang hanya sejengkal jaraknya dengan Ritz. Kupehatikan email itu, ada kesan kekawatiran. 

Aku kenal betul Widia. Wajah kawatirnya seakan terbayang di depan mataku. Aku mengalihkan pandangan keluar jendela menatap Harbour Hong Kong yang berkabut di musin dingin tahun 2003 itu. Lamunanku kepada Widia “ Kamu harus belajar menyanyi, suara kamu sebetulnya punya ciri khas. Nanti aku ajarkan kamu menyanyi. “ Katanya ketika aku usai mengikuti suara emasnya dengan piano. Aku hanya tersenyum. 

Sebetulnya melihat dia menyanyi saja , imaginasiku sudah sangat penuh. She is perpect lady. Sweet dan smart. Aku tersenyum seorang diri bila ingat dia. Tetapi lamunan itu berusaha aku tepis. Bagaimanapu dia orang yang ambisi. Andaikan sifat ambisinya itu bisa di kurangi tentu dia akan sangat perpect. Tetapi mungkin karena itulah dia istimewa.

Jam 4.30 aku sudah di loby Ritz. Widia membuka kamarnya. “ Kamu terlambat 15 menit.” Katanya dengan wajah masam. Tetapi karena itu dia semakin cantik. 

“ Sebetulnya aku masih ingin berlama lama di Financial Club. Ada teman dari Credit Swiss yang ajak aku bersantai. Ke hotel inipun dia antar. Kami jalan kaki. Hanya dekat saja. “ 

“ Pasti wanita?

“ Orang indonesia juga. Dia berkarir di bank  sejak tahun 1996.”

“ Cantik.”

“ Biasalah. “ kataku sekenanya.

Dia melangkah ke ruang mini bar untuk mengambil minuman. “Wine?

“ Terlalu dini untuk minum “

“ Apa bedanya ? Katanya sambil menuangkan wiski ke dalam dua gelas. Dan menghampirku dengan menyerahkan salah satu gelas itu.Tanpa peduli sikapku menolak minum. Dia memang pemaksa. Ruang besar panthouse terasa sempit oleh sikapnya yang serba ketus.

“ Jadi apa yang harus dibicarakan itu ? Kataku berbicara dari belakang tempat duduknya di sofa warna putih.

“ Menurut catatan saya. Ada USD 3 miliar uang di BI hilang. Padahal kita lagi krisis devisa" Kata Widia dengan nada curiga.

“ Itu karena perubahan sistem pencatatan di awal tahun 2000, dari Gross Foreign Assets (GFA) ke International Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). Jadi berkurangnya bukan karena menguap tetapi karena perubahan pencatatan. Perubahan akuntasi dengan metode GFA ke IRFCL ini diperkuat oleh UU BI No.23 thn 1999 yang menjadi lembaga independent sebagaimana LOI dari IMF. " Kataku.

" Hebat, kan. Dengan adanya UU ini maka BI sangat berkuasa. Ia menjadi lembaga pemegang devisa dan sekaligus sebagai regulor lembaga lembaga perbankan. Yang jadi masalah, tidak pernah ada catatan resmi bahwa perubahan dari GFA ke IRFCL sudah dapat persetujuan dari DPR." Kata Widia tetap dengan nada curiga dan mengajak saya curiga.

“ Ya itu karena migrasi pencatatan devisa dari GFA ke IRFCL. IRFCL kan off-balance-sheet-components, dikurangi predetermined dan contingent short-term drains. Wajar kalau susut." Kataku tetap rasional.

“ Ok. Kembali pada pertanyaan di awal tadi. Mengapa devisa susut karena perubahan itu ? Apakah hanya karena perbedaan sistem pencatatan? Besar susutnya adalah US$ 3 Milyar Setara Rp. 30 Trilyun (kurs Rp. 10.000). Dari US$ 27 Milyar menjadi US$ 24 Milyar. Selisihnya masuk kelompok contigent short-term drains. Kalau benar. Mengapa negara lain yang ikut konsep pencatatan RFCL seperti Malaysia, Singapore, dan lainnya tidak terjadi perubahan?  Jawab! "Kata Widia dengan cerdas.

" Nah itu patut dipertanyakan."

Widia mengeluarkan catatan setebal halaman buku kuning telp. 

“ Kamu baca ini, ada pada halaman 480. Perhatikan dengan baik baik perubahan akuntasi yang tidak singkron. Sepertinya ada yang sengaja mengaburkan itu. “

Saya perhatikan laporan itu. Beberapa menit kemudian, pandangan saya aneh kepada dia. “ Ini bukan hanya USD 3 miliar. Tetapi lebih. Ini perampokan. “Kata saya berkerut kening.
“ Makanya aku ingin kamu tahu. “
“ Siapa saja yang tahu soal ini ?
“ Hanya kamu.”
“ OK. Apa rencana kamu ?
“ Kamu tahu Wachovia bank ?
“ Ya tahu.”
“ Baca dokumen halaman 1319. “ Katanya meminta saya membuka lagi buku tebal setebal halaman kuning telp itu. Saya membuka halaman 1319 itu dengan seksama. “ terus baca sampai akhir laporan “ katanya mengingatkanku untuk membaca sampai tuntas. 

“ Ya Tuhan. IMF gunakan migrasi system itu untuk merampok melalui write off rekening off balance sheet yang merupakan piutang AS atas gold asset yang di tempatkan Soeharto tahun 1996. “ 

“ Baca terus, dear. “ 

Saya terus membaca. Usai itu. Aku terpaksa menyender di sofa. Nafas ku sesak. Memikirkan keadaan negeriku yang dirampok oleh konspirasi asing.

“ Mereka bukan hanya merampok SDA tapi juga merampok tabungan negara. “ kataku dengan tersenyum getir.

“Kapan kamu pulang “ Katanya mengakiri lamunanku.
 
“ Ada apa dengan aku. Mengapa tanya ?

“ Kita harus menghadap presiden.” 

“ Ah Please, Sudah cukup. Aku harus membenahi hidupku. Please.” 

“ Dengar ! Serunya “ teman teman yang lain mau bergabung dalam team menyelesaikan ini asalkan kamu ikut bergabung. Mereka ingin kamu pimpin mereka. “

“ Loh kok sejauh ini ? Kita bukan pejabat negara. Kitak tidak punya hak inisiatif. Kecuali ada penugasan dari negara. Aku akan siap bertarung, walau harus nyawa taruhannya. Tetapi dengan cara menciptakan perang sendiri, bukan sifatku.”

“ Jaka, kamu temanin aku laporkan masalah ini ke pada presiden. Nanti kita lihat apa sikap presiden. “

“ Itu sama saja kita memberikan bensin untuk membakar. “ 

“ Jadi bagaimana seharusnya ?

“ ya engga ada yang seharusnya. Biarin aja. Ada banyak orang pintar membantu presiden. Mengapa kita harus repot mikirin.”

“ Duh kamu ini. Aneh. Setelah tahu semua, kamu malah skeptis begini. “

Saya hanya diam.

“ Bantu aku, Jaka..” Katanya memecah kebekuanku. Wajahnya nampak memelas. 

“ AKu engga janji. Beri waktu aku berpikir. “

“ Ok. Aku besok terus ke Washington karena ada urusan dinas.”

“ Hati hati ya. “ Kataku ringan dan cuek

“ Kamu engga tawarin aku dinner”Katanya tersenyum penuh arti.

“ Dinner atau dating?

“ Keduanya boleh, siapa takut “

" Diner aja ya. Temanku esther ada diloby..yok kita makan malam diluar."

" Dasar kamu yaaa" Katanya mau pukul bahuku. Tetapi aku cepat mengelak

***
Ketika makan malam , entah mengapa saya tergerak untuk mengetahui lebih jauh file yang ada padanya. 

“ Apakah bisa setelah dinner ini, aku kekamar kamu.?Kataku kepada Widia. Ether nampak terkejut. Mukanya mendadak pucat.

“ Welcome. “ Kata Widia sambil melirik ke arah Esthe.

“ Aku mau pelajari semua file yang tadi kamu perlihatkan.”

“ Oh ok.”

“ Apakah setelah ini saya langsung pulang aja. “ Kata Esther kepada saya.

“ Engga. Kamu temanin aku. Mungkin ada yang harus aku tanya. Ini ada kaitan dengan profesi kamu sebagai banker.”

Esther diam. Wajahnya masih masam.

 “ No problem “ kata Widia yang nampak rilex, Beda dengan Esther yang tegang. Tetapi akhirnya Esther bisa juga tersenyum. Makan malam hanya berlangsung satu sesi. Tak ada wine. Kami segera melangkah ke arah Ritz.

Widia menyerahkan file tersebut ke saya. Saya duduk di meja kerja yang ada di kamar panthouse itu. Selama saya membaca file tersebut, esther dan Widia bicara di ruang tamu. Cukup lama saya pelajari File itu. Tak terasa berlangsung 1 jam lebih dengan menghasilkan beberapa catatan. Saya kembali ke ruang tamu di mana estheer dan Widia  sedang asyik ngobrol.

“ Tadi kalian ngobrol bahasa apa ?

“ Bahasa jawa. Jawa inggih. “

“ Memang dari dulu jago financial memang orang jawa. Tapi sekarang, ceweknya lebih jago lagi. Tetapi eh..ngomongin apa?

“ Soal kamu”

“ Saya. Emang ada apa ?

Mereka berdua tersenyum.
“ Ok. saya sudah pelajari. “Kata saya tanpa peduli yang mereka bicarakan tentang saya. “ Saya tidak melihat ada yang aneh. HIlangnya devisa ini karena transaksi outstanding yang merupakan komitmen sistem perbankan yang harus di jaga BI. Jadi semacam ada penjaminan cross border antar bank.”

“ Out standing commiment, maksud kamu ? Tanya Widia.

“ Ya. " Kataku

“ Siapa yang lakukan itu ?Kejar Widia.

“ Itu makanya perlu audit forensik posisi outstanding antar bank."

“ BPK tidak sampai melacak kesana ?Kata Widia nampak bingung

“ Karena memang belum jadi potensi loss, karena di neraca posisi commitment itu masih off balance sheet. Jadi wajar saja ,kalau BPK tidak anggap ada pelanggaran. “

“ Tetapi mengapa dikeluarkan dari devisa.”

“Disitulah letak kehebatan orang dibalik yang merekayasa migrasi sistem devisa. “Kataku

“ OK. Tetapi itu harus tetap masuk off balance sheet. Engga bisa di write off terus lenyap. “ kata Esther yang memang banker sangat paham soal neraca bank.

“ Dimana catatan itu ? kata saya kepada Widia.

“ Engga ada.” 

“ Pasti ada catatannya. Kamu harus dapatkan file tersebut.

“ Baik akan saya dapatkan. “

“ Kalau ada data itu, kita akan bongkar siapa saja yang terlibat dalam outstanding commitment sehingga file itu di write off. “ Kata saya dengan wajah geram.

Widia  tersenyum.

“ Jaka.” Esther menyentuh dengkul saya.” Ada apa ini ? kata Esther berkerut kening.

“ Engga ada apa apa ? Kata saya santai.

“ Jaka, jangan cari masalah. Stop !

“ Kenapa ? Tanya Widia. Dengan mengerutkan kening menatap Esther dengan wajah kawatir. 

“ Itu bukan urusan kamu. Ini antara saya dengan dia. Please. Saya sudah tahu persoalannya. Kenapa kamu libatkan dia ? dia sedang punya masalah keuangan karena bisnisnya. Jangan buyarkan konsentrasi dia. “ kata Esther dengan ketus.

Widia nampak bingung dengan sikap Esther seraya menatap saya. Dia ingin ketegasan saya dalam bersikap. Saya segera berdiri. “ sebaiknya kami permisi pulang. Sampai ketemu lagi ya. Jam berapa flight kamu ? Kataku berharap perdebatan kosong itu tidak berlanjut.
“ Besok Jam 11 pagi.”
“ OK. Have a nice trip.”

Saya melangkah keluar kamar di ikuti esther.  Dalam perjalanan ke Apartement, Esther mengatakan “ Jaka, saya sudah tahu pokok persoalannya ketika kamu bicara tadi.. Karena itu bukan rahasia umum di kalangan banker first class.”

“ Tetapi kenapa kamu sewot di depan dia. Bijaklah sedikit “Kata saya.

“ Apa lantas saya harus hormat hanya karena dia pejabat? Naluri banker saya mengatakan, dia tidak punya itikad baik. Apalagi katanya dia tidak tahu apa yang kamu pertanyakan. Aneh, jaka. “

“ Oh ya…”

“ Eh “ mulai keras suara Esther “ Dengar ya. Kamu itu lemah di hadapan wanita perayu seperti dia. Apalagi smart. Rasio kamu mudah tercemar. “

“ Enggalah Esther. Saya tetap hati hati.”

“ Tapi wasting time. Saya engga setuju kamu terlibat bantu dia. Stop.”

Saya hanya diam. 

“ Dengar engga ? 

“ Ya saya akan pikirkan. Tetapi.. “

“ Apa ?

“ BIsa jelaskan kepada saya kekawatiran kamu itu. Agar saya bisa jernih melihat persoalan.” kata saya pelan.

“ Baik akan saya jelas. “ tetapi sebelum Esther menjelaskan, kendaraan Esther sudah sampai di Apartement. “ kamu mau mampir ?

“ Yalah. Aku mau dengar penjelasan dari kamu. “

“ Tapi udah jam 1 pagi. “

“ Aku nginep aja di apartemen kamu.”Kejarku.

“ Aku capek Jaka. Besok pagi aku ada rapat di kantor.”

“ Ya udah kalau begitu aku balik aja ke aparment ku.”

“ Loh engga jadi nginep. “

“ Engga. “ Kataku membuka pintu kendaraan dan segera melangkah keluar kawasan apartemen. Tetapi Esther keluar dari kendaraan mengejarku “ Kamu mau ke hotel si genit itu ya.” Kata Esther memagut lenganku.

“ Ya enggalah. Pulang ke apartementku.”

“ Engga. Balik ke apartemenku.” Katanya tegas. Aku tahu kalau sudah begitu artinya non negotiable.

Di apartement saya ngobrol dengan Eshter. 

" Pada tahun 1998 , Indover terlilit masalah kredit macet namun BI memberikan program penyelamatan melalui penempatan dana dalam bentuk Deposito sebesar USD 800 juta. Tahun 1999, kembali Bank ini membukukan kerugian sebesar US$ 272,1 juta. Dan menurut laporan dari BI ditahun 2000, bank ini mencatatkan keuntungan 4,2 juta euro. 

Tahun 2001, keuntungannya membengkak jadi 18,9 juta euro. Angka itu menyusut menjadi 11,9 juta euro pada 2002. Tapi ditahun 2003, Indover BV, melakukan write off sebesar 385,27 Juta US dollar. Dengan cara mengalihkan ke Indo Plus BV yang telah efektif per tanggal 23 November 2003. 

Masalah ini tidak pernah dibuka oleh DPR menjadi pansus atau oleh pihak aparat hukum. Di tambah lagi dalam setiap laporan tahunan BI ,tidak pernah mencantumkan Indover dalam neracanya padahal sebagai anak perusahaan maka indover harus tertuang dalam neraca konsolidasi BI." Kata Esther. 

" Maksud kamu apa cerita soal soal itu " kataku.

" Dengar kelanjutannya. "Kata esther melotot. " Ketika Indover di tawarkan kepada calon pembeli, lucunya semua calon pembeli tidak ingin BI menarik depositonya dari bank itu sebelum bank itu sehat terutama akibat dari adanya write off sebesar USD 385,27 juta. "

" Engga ngerti saya. "

" Ok saya minta daya analis kamu bekerja, sayang. Itu artinya write off yang diceritakan si genit tadi memang sudah direncanakan guna menutupi borok BI. Bukan tidak mungkin ada pihak yang menggunakan Indover sebagai channeling dan bank commitment dalam transaksi  Hedging. Kerugian jadi membengkak. Bisa saja USD 3 miliar.  Equity di rampok , laba masuk kantong sendiri. Paham sayang" Kata Esther mendekat wajahnya ke saya.

" Oh. Jadi nothing ya. Tetapi siapa ? "

" Ya Nanti juga akan ketahuan kalau ada rezim yang berani membongkarnya. Ngapain kamu ikutan urus. Emang kamu pengangguran. Dan lagi untuk apa dibongkar?. Sudah terjadi. Para elite politik udah berdamai dengan kenyataan. "

" Oh i see. "

" Udah ah. Aku ngantuk. Kamu mau tidur di kamar atau di sofa" Kata Esther. 

"Sofa ajalah." 

" Ya sebentar aku ambi selimut"

***
Sore sepulang kantor Esther telp saya 

“ Jaka, temani aku makan malam dengan relasiku? ada waktu ? 

“ Saya sedang di Central Hong Kong meeting dengan Asset manager. Dimana dinner nya?

“ Ya di Alexander building. Aku tunggu di tempat biasa ya.”

“ Ok aku akan segera ke sana setelah usai meeting “

“ Bye now.”

Esther sedang asyik membaca ketika saya datang ke restoran. Dia tidak meyadari kedatangan saya. “ Kamu nampak cantik sekali dengan kacamata baca itu. Mengapa tidak dipakai terus ? 

Ether terkejut mendongak, melihat kearah saya yang di halangi table. Dia tersenyum seraya melepas kacamatanya. “ Aku sudah tua untuk ukuran wanita.” 

“ Usia kamu sekarang 40 tahun. Sama dengan saya. Kita pasti akan menua” Kataku duduk di samping Esther. Terasa aroma lembut dari rambutnya. Aku perhatikan wajahnya dari samping.

“ Jaka, jangan terus perhatikan aku, Udah cukup “

“ Engga boleh ?

“ Kamu terus begitu. Kita 10 tahun bersahabat. Apa engga bosan apa liat aku “ Katanya merengut.

“ Engga. Apalagi kalau lihat kamu lagi marah. “

“ Kamu itu tidak pernah dewasa di hadapan wanita. Susah minta kamu berubah. “

“ Apa kamu inginkan aku berubah ?

“ ya berubah lah. Seperi aku mau. “

“ Mau kamu apa ?

“ Ihhh engga pernah ngerti ya. “ Katanya mencubit pipiku denga kedua tangannya.

“ Apa ?

“ Jangan gampang ambil resiko. Stop bermain main dengan hedge fund.”

“ Saya menikmati resiko, Esther.”

“ Tuh kan. Mulai lagi. “

“ Mau gimana lagi ?

“ Kemarin tawaran dari David kamu tolak untuk jadi mitra global nya. Dan sekarang kamu terlibat lagi dengan wanita genit itu. Tawarkan bisnis beresiko. Udah dech.”

“ Dia engga genit. Dia hanya exciting aja. Tetapi aku tidak tertarik. Dia aja GR engga jelas.”

Tamu Esther datang. Kami menghentikan ngobrol. Ether berdiri menyalami relasinya, seraya memperkenalkan saya kepada relasinya. Penampilan relasi esther sangat berkelas dengan setelan mahal. Saya tahu bahwa relasi ini pasti banker atau fund manager..

“ Oh ini orangnya yang kamu maksud soal kemarin itu ? Kata pria itu dengan serius sambil melirik kearah saya. Saya bingung ada apa ini?

“ Ya. “ Kata Esther dengan tersenyum. 

Pria itu membuka tas kantornya dan memberikan file kepada Esther “ Ini kamu liat file yang saya katakan kemarin. “ 

Esther meliat sekilas file tersebut dan kemudian menyerahkan kepada saya. File tersebut semacam laporan financial yang memuat angka angka transaksi.

“ Wow..fantastik. Total balance USD 60 billion. “ Kata saya terkejut.

“ File transaksi itu sudah dihapus sejak tahun 1998. “Kata pria itu

“ Mengapa ? Kata saya bingung 

“ DTC memang punya fitur untuk menghapus file sehingga tidak terlacak oleh otoritas. Namun asset itu aman di custodian.” Kata Esther.

“ Siapa di balik transaksi ini ?

“ Kamu liat kode setiap posted transaksi. “ Kata pria itu. “ Semua mengarah ke perusahaan yang terdaftar di Isle of Man. “

“ Ok ..siapa ?

Pria itu mengerutkan kening menatap ke arah Esther seakan minta Esther menjelaskan kepada saya.

“ Jaka, kamu liat file itu dengan seksama dan tenang. Coba perhatikan route confimation trade. Itu setelah ada kode SX angka nol. Itu artinya dari Indonesia.”

Saya perhatikan kembali dengan seksama file tersebut. Akhirnya saya tahu pasti ada orang di Jakarta yang melakukan transaksi derivative melalui 144 A SEC via Euroclear. Equity sebesar USD 200 juta melalui trade confirmation lembaga keuangan non bank. 

“ Equity itu di removed juga seiring file deleted via DTC ? kata saya kepada Esther.

“ Ya. “

“ Oh jadi pihak jakarta telah ditipu oleh seseorang”

“ Ya lebih miris uang hasil tipuan dipakai untuk memukul indonesia sendiri sehingga memudahkan pemain hedge fund melepas rupiah di pasar dalam pasar option. Nilai kontrak opsi 5 kali dari GNP Indonesia. “

“ Siapa lawannya ?

“ Kamu baca file itu. Itu ada code GR LDN. “

“Apa itu ?

“ The Fed melalui euroclear dan clearstream.”

“Jadi semua pemain di floor hanyalah proxy dari the Fed”

“ Tepat sekali.”

“ Mengapa ? 

“ Closed file , Jaka. Udah saatnya diktator itu jatuh. Saatnya demokratisasi hidup di ASIA. , termasuk Indonesia.”

Ketika keluar dari restoran. 

" Apa maksud kamu atur ketemu relasi kamu ini ?

" Aku minta kamu lupakan. Jangan bicara lagi soal ini. Ini semua hanya politik, ada yang dikorban pada setiap perubahan. Forget about the past and look a future."


No comments: