Malam menjemput. Hujanpun turun rintik rintik. Namun tidak menghalanginya untuk terus melangkah menyusuri trotoar jalan. Baginya pekerjaan ini terlalu berharga untuk diabaikan hanya karena hujan. Inilah takdirnya untuk betahan hidup di bumi Allah. Sunatullah memang harus dilalui bagi siapa saja. Tidak ada pekerjaan yang menyulitkan bila itu disadari sebagai bagian dari beribadah kepada Allah. Walau itu hanya pekerjaan sebagai cleaning service di Rumah Sakit.Dulu dia pernah bermimpi untuk menjadi paramedic atau perawat tapi karena situasi hanya memberikannya kesempatan untuk menjadi cleaning service. Dia tetap bersyukur.
Langkahnya terhenti tepat berada di gerbang rumah sakit. Padangannya ditujukan kearah halte dimana seorang pria sedang berlindung dari hujan. Wajahnya berhias senyum ketika menyapa seseorang itu.
“ Mas, gimana dagangannya, “
Pria itu setengah berlari menghampirinya “ Aku bingung. Satpam larang aku untuk berdagang di depan Rumah Sakit. Aku mau jual asongan aja di pintu toll. “
“ Oh gitu. Jadi mau dagang apa lagi?
“ Jual rokok atau Koran, apa sajalah..“
“ Ya sudah Mas. Dagang apa saja yang penting halal ,kan “
“ Ya, Ti.
“ Terus ngapain disini, kalau engga dagang.?
Pria itu terdiam namun senyumnya tak lepas memandang wanita itu. Kemudian berkata “ Boleh aku nunggu kamu disini.Aku ingin antar kamu pulang ?
“Memang ada apa ? “ wanita itu menangkap ada sesuatu dibalik wajah pria yang dicintainya ini.
“ Aku hanya ingin tunggu kamu disini. Boleh kan.” Tapi matanya tak bisa lari di hadapan wanita yang dicintainya. Dia berusaha menghindar dari tatapan itu tapi akhirnya dia tertunduk “ Aku pikir , kamu benar bahwa kita tidak boleh ragu untuk menjemput rahmat Allah. Minggu depan orang tuaku akan melamarmu. “ Sambungnya. Membuat wanita yang didepanya terperanjat “ Benarkah, itu Mas..”
“ Ya benar. “
Wajah wanita itu memerah dan menatap kelangit sambil berdoa “ ya Allah mudahkan urusan kami. Seminggu waktu yang akan datang adalah hakmu. Sampaikan kami untuk menuju hari yang engkau ridhoi.” Terdengar suaranya halus.
“ Amin…. “ Jawab pria itu “Nah boleh kan aku menunggumu disini. “
“ Pulanglah, Mas. Aku akan baik baik saja. Hanya Allah tempat kita memohon perlindungan. Yak an..”
Pria itu tersenyum “ Itulah yang aku suka dari mu…terlalu kuat dan anggun dengan kepribadianmu. Membuat aku tak pernah berhenti bersyukur dipertemukan Allah dengan wanita sebaik kamu. “
“ Aku juga bersyukur kepada Allah karena dipertemukan dengan pria yang selalu teguh bersyariat dan sholeh..Termakasih Mas. Pulanglah..”
“ Ya, Sudah , aku pulang, ya”
Mereka berpisah. Wanita itu melempar senyum kasih kepada kekasihnya. Tanpa pelukan atau ciuman. Hati mereka terlindungi untuk senantiasa menjaga perasaan cinta yang dianugerahkan Allah dari segala godaan iblis untuk bersentuhan sebelum saatnya tiba.
Pria itu baru melangkah dari halte itu setelah wanita kekasihnya menghilang dari balik gerbang rumah sakit. Dia menyadari betapa berat keseharian wanita yang dikasihinya ini. Yang harus bekerja di malam hari untuk hidup dan membantu orang tunya yang miskin. Kadang dia ingin sekali berbuat banyak untuk membantu meringankan beban kekasihnya tapi kehidupannya juga tak jauh sulit. Cukup lama dia berhubungan dengan wanita itu , lama dia ragu untuk meningkatkan hubungan sampai ke pelaminan. Tapi akhirnya kata kata wanita kekasihnya kemarin menyadarkannya untuk tidak ragu” Kalau Mas, terlalu banyak berpikir untuk menikah maka Mas ragu akan kekuasaan Allah. Menikah adalah sunah rasul yang haru kita lakukan tanpa ragu sedikit pun. Sama halnya kita melakukan sholat dan ibadah lainnya. Allah akan memberikan pertolongan manakala sesuatu itu diwajibkan kepada kita. Allah tidak akan aniaya..Yakinlah.”
Pandangannya tertuju kepada sesuatu berwarna hitam yang terdapat dipinggir jalan. Dia merasa yakin itu bukanlah benda biasa. Karena warnanya cerah dan berbentuk tas. Segera dia mengabil benda itu dan membuka untuk mengetahui isinya.. Betapa terkejutnya dia , ternyata didalamnya terdapat lembaran uang dollar. Dia tidak tahu pasti berapa jumlah uang yang ada didalam tas itu namun dia yakin nilainya sangat besar. Matanya melihat kekiri dan kekanan. Memastikan bahwa tidak ada orang yang sedang memperihatikannnya. Bersegera di peluknya tas itu dan terus melangkah pulang.
Di rumah dia gelisah. Dia tidak tahu harus berbuat apa dengan uang sebanyak ini.Tentu bayangan terlintas untuk segera menikasih kekasihnya dan hidup senang dengan limpahan harta. Tapi ada pula bisikan dihatinya bahwa itu bukanlah miliknya dan harus dikembalikan kepada yang punya. Ada juga yang meyakinkan hatinya bahwa ini adalah anugerah Allah untuknya. Orang yang kehilangan tas ini , tentu adalah orang kaya raya yang rakus hingga kehendak Allah pula hingga hartanya tercecer untuk dia nikmati. Mungkinkah. Rasa gelisahnya , membuatnya untuk mengetahui seluruh isi didalam tas itu. Ternyata ada passport dan juga tanda pengenal lainnya. Tentu semua itu adalah identitas dari pemilik syah uang ini. Dia gelisah dan dalam situasi ini , dia ingin segera bertemu dengan kekasihnya untuk mendapatkan petunjuk.
Keesokannya dia bertemu dengan wanita kekasihnya.
“ Baiknya , uang itu kita kembalikan kepada pemiliknya. “
“ Ya, Tapi …” Pria itu masih sungkan untuk menerima kata kata wanita itu.
“ Mas, dengar baik baik..ini bukanlah milik kita. Ini milik orang lain. Kalaupun sampai ke tangan kita maka itu adalah cobaan dari Allah untuk menguji keimanan kita. Yakinlah..jangan ambil yang bukan hak kita.Takutlah kepada Allah..”
“ Tapi alamat orang ini jauh sekali. Bagaimana mengantarnya?
“ Tidak jauh. Hanya butuh tiga kali naik bus. Mari aku antar ke rumah pemilik uang itu.”
‘ Tapi…” Dia masih tidak mengerti mengapa harus dikembalikan. “ Bagaimana kalau uang ini aku pakai dulu untuk usaha. Nanti kalau aku sudah dapat untung, baru kita kembalikan..”
“ Bagaimana kalau ternyata Mas engga dapat untung ?
“ Tentulah untung. Kamu ragu ? “
“ Tidak ada yang bisa menjamin masa depan. Kecuali Allah. Namun hari kini kita harus buktikan keyakinan kita tentang yang salah adalah salah dan benar adalah benar. Jangan berdagang soal yang haq” Kembali wanita itu mengukuhkan.
“ Kamu yakin bahwa Allah akan membalas kebaikan kita apabila kita kembalikan uang ini”
“Aku yakin seyakinnya. “
“ Apa balasannya ?
“Bisa saja pemilik uang ini digerakan hatinya oleh Allah untuk memberi kita imbalan. Dan itu adalah halal .”
“ Berapa ?
“ Hanya Allah yang tahu... Kita hanyan berharap imbalan dari Allah. Apapun itu.”
Pria itu terdiam. Akhirnya tersenyum menatap wanita kekasihnya. “Baiklah …Aku turuti kemauan kamu. Walau sebetulnya terlalu banyak impianku dengan uang sebanyak ini. Karena aku bisa menikahimu dengan pesta yang megah.Kemduian membahagiakanmu dengan rumah yang mewah, kendaraan dan tabungan yang cukup untuk masa tua kita. Tapi, ada benarnya uang ini kita kembalikan. Moga aja hati pemilik uang ini digerakan Allah untuk memberi kita imbalan.”
Merekapun memutuskan untuk mengembalikan uang itu. Setelah menempuh perjalan hampir dua jam akhirnya sampailah mereka kesebuah rumah yang besar. Ada pagar tinggi yang menghalangi mereka untuk masuk. Setelah menekan bell, pintu gerbang terbuka namun yang keluar adalah petugas Satpam. Dengan terbata terbata, mereka menyampaikan maksud kedatangannya. Satpam itu menatap dengan tajam kearah mereka berdua “ Mana tas itu. Biar saya antar kepada Tuan”
“ Maaf Pak. Saya harus antar sendiri tas ini kepada pemiliknya. “ kata pria itu
“ Kamu tidak percaya sama saya” Suara satpam itu terkesan garang.
“ Saya hanya ingin memastikan bahwa tas ini sampai ketangan pemiliknya. Itu saja.”
“ Baiklah, Tunggu sebentar..”
Tak berapa lama kembali satpam itu menemui mereka “ Silahkan masuk.” Pintu gerbang terbuka lebar. Nampak di dalamnya rumah megah dengan taman yang luas. Mereka dituntun keteras rumah. Setelah menanti agak lama, nampak seorang pria setengah baya keluar menemui mereka.
“ Mana tas itu “ Terdengan suaranya dingin kepada mereka berdua. Tak ada senyum.
“ Ini Pak “Kata pria itu sambil menyerahkan tas tersebut dan melirik kearah wanita kekasihnya.
Segera pria setengah baya itu memeriksa isi tas dan menghitung uang yang ada di dalamnya. Kemudian menatap kepada mereka berdua “ Ya , ini tas saya. Juga isinya tidak ada yang hilang.Dimana kamu temukan tas ini “
“ Didepan gerbang rumah sakit pak. “
“Oh ya betul. Saya memang yakin jatuhnya di sana.Karena kemarin saya buru buru keluar dari kendaraan untuk melihat putra saya yang kecelakaan. Sebetulnya saya sudah pasrah dengan kehilangan uang ini. Tapi..terimakasih..” Pria itu berdiri dan berlalu dari hadapan mereka berdua. Satpam itu segera meminta mereka untuk keluar. Masalahnya sudah selesai.
Merekapun keluar dari rumah megah itu.
“ Lantas apa yang kita dapat? Kata pria itu kepada kekasihnya.
“Nikmat iman”
“ Hanya itu”
“ Ya !”
“ Mengapa Allah tidak menggerakan hatinya untuk memberi kita imbalan”
“ Mungkin karena kemuliaan itu hanya untuk kita dan bukan untuk orang itu”
“ Kemuliaan “ ?
“Ya , kebaikan adalah kemuliaan, Rasa terimakasih adalah kemuliaan tertinggi di hadapan Allah,. Terimakasih itu adalah ujud rasa syukur yang tidak hanya diungkapkan dengan kata kata tapi dengan berbuat dan berkorban. “
“ Dan kita termasukyang bersyukur walau impian rumah mewah sirna, mobil mewah sirna, uang banyak sirna, dan pesta perkawinan mewah juga sirna”
“ Ya itulah syukur yang tak terhingga atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita berupa kehidupan dan tubuh yang sehat. Hari ini kita telah membayar rasya sukur itu kepada Allah dengan tidak mengambil yang bukan hak kita dan juga mengembalikannya dengan iklas, hanya karena Allah. Semoga hari esok kita tidak pernah berhenti membayar rasa syukur itu."
" Yang penting jangan pernah merasa memiliki apapun. Kita harus bisa melepaskan sesuatu yang pada waktu bersamaan kita sangat membutuhkannya, karena iman. Termasuk cinta manusia, kita tidak bisa karena cinta kita berhak memiliki. Apapun itu milik Tuhan. " Kata pria itu. Mereka tersenyum saling berpandangan untuk saling menguatkan hati mencari keridhoaan dihadapan Allah. “
***
Siapa yang bahagia, apakah seorang raja atau seorang yang tinggal di jalanan dan hidup seperti pengemis? Pasti sebagian orang akan menjawab “Raja”. Baiklah, ada sebuah anekdot pertemuan antara Alexander sang Kaisar dan Diogenes sang filsuf yang hidup di jalan hanya berpakaian selembar kain. Ketika Alexander bertemu dengan Diogenes di hari yang cerah, Alexander bertanya kepada Diogenes “Apa yang Anda mau? Saya bisa memberikan kepada Anda apa saja.”
”Tolong geser sedikit, Anda menghalangi sinar matahari, saya mau berjemur.” Kata Diogenes tanpa takut akan dipenggal kepalanya oleh kaisar.
Alexandar marah, akan tetapi kemudian Alexander tertawa dan berkata “Seandainya saya bukan Alexander, saya mau menjadi Diogenes.”
Apa artinya semua ini? Kebahagiaan didapatkan bukan dari harta, jabatan. Kebahagiaan itu adalah ketika anda sudah tidak takut kehilangan apapun, seperti Diogenes, itulah kebahagiaan yang sebenarnya. Seorang konglomerat ataupun Raja tidak bisa hidup tenang karena takut jatuh bangkrut, atau takut kehilangan kekuasaan. Sungguh paradoks bukan? Saat Anda tidak memiliki apa-apa anda akan mengejar kebahagiaan melalui harta, jabatan, sex. Tetapi setelah semua dimiliki, anda akan menyadari kebahagiaan terbesar itu disaat anda tidak merasa memiliki apapun. Dunia modern cenderung mengukur kebahagiaan, berdasarkan index kemakmuran orang. Padahal kemakmuran itu justru melahirkan paradox.
Ya paradox. Tempat hiburan malam yang ramai penuh tawa dan pesta, dikunjungi bukan oleh orang bahagia tetapi oleh orang kesepian. Orang tergesa gesa pada akhirnya dia akan sampai paling lambat. Semakin meningikan diri semakin mudah direndahkan. Semakin bertambah harta semakin besar kekurangan. Semakin banyak menyingkirkan musuh semakin banyak musuh datang. Semakin kuat, semakin lemah. Semakin membenci , pada akhirnya akan jatuh cinta. Semakin gila mencintai pada akhirnya akan membenci. Itulah paradox. Apa artinya? Bahagia itu sederhana dan sangat mudah dan murah. Caranya jangan pernah merasa memiliki dan karenanya tak perlu takut kehilangan dan memaksakan diri. Pemilik dan kuasa itu adalah Tuhan. Tugas kita melewati hidup dengan cara sederhana dan menyikapinya denga cara sederhana pula. Simple !