Zhang Xin, perempuan pemilik perusahaan properti SOHO ternyata memiliki jalan berliku dalam mencapai kesuksesannya. Dia tidak dilahirkan dari keluarga kaya. Bahkan, Xin dan ibunya sempat bekerja sebagai buruh di perusahaan permen di Beijing semasa remaja. Apa yang dia lakukan untuk mengubah nasib? Nilai apa saja yang bisa kita ambil dari perjalanan perempuan yang sudah mengumpulkan kekayaan melebihi Donald Trump dan Oprah Winfrey ini?
Saya bertemu Xin tahun 2010. Waktu itu saya diundang makan malam oleh CEO BUMN China. Saat itulah saya diperkenalkan kepada Xin. Zhang Xin yang kini berusia 47 tahun lahir dan besar dalam masa revolusi kebudayaan Mao Zedong. Dalam dekade tersebut, Mao ingin membentuk kembali Cina sesuai agendanya. Ia menyingkirkan kalangan terpelajar dan mereka yang dianggap kapitalis. Orang tua Zhang Xin memiliki gelar universitas sehingga dianggap berbahaya bagi negara. Mereka dianggap “musuh negara” serta wajib mengikuti pendidikan ulang di camp kerja paksa yang dibentuk oleh pemerintah.
Zhang Xin dan keluarga akhirnya kembali ke Beijing saat Xin berumur 8 tahun. Ibu Zhang Xin bekerja sebagai penerjemah. Walau memiliki pekerjaan, ia digaji dengan sangat kecil. Xin semasa kanak-kanak hidup dalam kemiskinan. Dia tidur di atas meja kerja ibunya. Mereka tidak mampu menyewa rumah, hingga terpaksa tidur di kantor dan memanfaatkan buku sebagai bantal. Di usianya yang baru menginjak 14 tahun, Xin pindah ke Hongkong bersama sang ibu. Tujuan mereka pindah memang untuk mengumpulkan uang agar Xin bisa bersekolah.
Keadaan di Hongkong ternyata tidak lebih baik dari Beijing. Dua orang wanita ini terpaksa bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan manufaktur. Tugas Xin adalah merangkai mainan dan berbagai alat rumah tangga sederhana. Setelah cukup mengumpulkan uang, Zhang Xin membeli tiket sekali jalan ke London. Ia nekat pergi demi bisa mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Tanpa bisa berbahasa Inggris sama sekali, Xin mencoba mendapatkan pekerjaan. Ia akhirnya diterima di sebuah kedai fish and chips. Sembari bekerja, Xin mendaftarkan diri di sebuah kursus Bahasa Inggris.
Kursus Bahasa Inggris tersebut membukakan jalan bagi Xin untuk mendapatkan beasiswa di University of Sussex, Inggris. Tidak cukup hanya sampai gelar sarjana, Xin juga mendapatkan beasiswa untuk program Master di Cambridge University. Setelah mendapatkan gelar S2 di Ilmu Ekonomi, Xin mendapatkan pekerjaan impiannya di Goldman Sachs. Namun panggilan hatinya mengatakan bahwa pekerjaan itu tidak cocok untuknya. Ia memutuskan untuk kembali ke Cina dengan idealisme ingin membuat perekonomian Cina menjadi lebih terbuka.
Sebelum kembali ke Cina takdir membawa Xin bertemu dengan Pan Shiyi yang kemudian menjadi suaminya. Pan memiliki idealisme yang sama dengan Xin. Ia ingin mengembangkan perekonomian Cina lewat jalan membangun real estate. Di awal hubungan mereka, Pan mengajak Xin melihat sebuah konstruksi real estate dan mengatakan bahwa ia akan mengubah Beijing menjadi Manhattan. Xing hanya menertawakan perkataan Pan itu.
Zhang Xin dan Pan Shiyi mendirikan perusahaan pengembang real estate SOHO pada 1995. Hingga saat ini mereka sudah mengembangkan lebih dari 56 miliar meter² tanah di Cina dan menyulapnya menjadi bangunan real estate. Pada tahun 2013 Zhang masuk sebagai salah satu dari 24 wanita paling berpengaruh di dunia versi majalah Forbes. Dari majalah yang sama, ia juga menjadi salah satu dari 10 wanita wirausaha paling berpengaruh yang memulai usahanya dari 0. Walau sekarang kekayaannya sudah melebihi Oprah, Donald Trump dan bahkan ratu Inggris sekalipun Zhang Xin tetap bertahan pada gaya hidupnya yang sederhana.
**Edited 2015***
**Edited 2015***
No comments:
Post a Comment