Sunday, July 17, 2022

Dia yang sederhana dan religius


Indonesia itu harus bersukur. Karena punya dua pengawal uang. Satu Perry Warjiyo sebagai Gubernur BI dan Satu lagi Srimulyani sebagai Menteri keuangan. Keduanya pernah jadi Direktur IMF. Jadi mereka bukan kaleng kaleng. Keahliannya sudah berkelas dunia. Engga seperti pengamat ekonomi. Saya ingin cerita sedikit tentang  Perry Warjiyo. Saya tidak kenal secara pribadi dengan beliau. Tetapi saya tahu sedikit dari teman yang kenal dia. 


Perry, lulusan UGM. Jadi paham ya orientasi idiologinya. UGM itu lebih kepada sosialis. Beda dengan UI. Perry melanjutkan pendidikan di Iowa State University hingga meraih gelar Master pada tahun 1989 dan meraih gelar Ph.D di tahun 1991. Karirnya berkembang di BI sejak tahun 1984, khususnya di area riset ekonomi dan kebijakan moneter, isu-isu internasional, transformasi organisasi dan strategi kebijakan moneter, pendidikan dan riset kebanksentralan, pengelolaan devisa dan utang luar negeri, serta Biro Gubernur. 


Mungkin sejak Indonesia merdeka, hanya Perry Gubernur BI karir yang tidak berpolitik. Sama dengan SMI. Jokowi memilihnya tentu tidak mudah. Harus berhadapan dengan kepentingan politik di DPR. Maklum peran BI sangat penting dan BI ada dibawah UU secara independent dari pemerintah. Kalau Jokowi tidak bisa tentukan orang baik di BI, maka Indonesia akan bernasip sama dengan BI sebelumnya seperti skandal Century dan lainnya. Tahun 2018, Perry lolos dalam fit and proper test di DPR dan terpilih sebagai Gubernur BI.


Pesan Jokowi hanya sederhana “ Amankan rupiah dan jaga stabilitas moneter. Lakukan sesuai UU” Pesan singkat. Tetapi bagi Perry itu jelas bahwa Jokowi tidak akan intervensi BI dan akan mendukung fungsi BI sesuai UU. Setelah terpilih sebagai Gubernur BI, Perry tahu bahwa pasar uang rupiah di kendalikan Singapore melalui kontrak berjangka ( Non-Deliverable Forward ). Pernah tahun 2013 terjadi skandal di pasar uang Singapore melalui manipulasi kontrak berjangka valas. Rupiah termasuk mata uang yang dimanipulasi bersama baht Thailand, dong Vietnam, dan ringgit Malaysia dalam kontrak Non-Deliverable Forward (NDF). 


Pada bulan september 2018, atau 5 bulan setelah Perry terpilih sebagai Gubernur BI. Bank Indonesia (BI) mengeluarkan aturan baru mengenai transaksi pasar Non-Deliverable Forward (NDF) di dalam negeri atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Keluarnya aturan ini untuk  memperluas pasar uang  dan  mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.  Ada tiga latar belakang keluarnya aturan tersebut. Pertama adanya ketidakpastian global. Meningkatnya ketidakpastian kondisi ekonomi global, negara emerging market mengalami capital outflow yang cukup besar. Akibatnya, fluktuasi nilai tukar menjadi sangat tinggi, termasuk di dalamnya adalah rupiah. Kedua adalah untuk lindung nilai. Ketiga adalah bisa dimonitor. 


Dengan transaksi Domestic Non Deliverable Forward , pelaku pasar memiliki alternatif dalam melakukan transaksi hedging. Di samping itu, BI dapat memonitor pelaksanaan transaksi, baik di sisi mekanisme, volume maupun harga. Atas dasar ini, BI dapat melakukan intervensi di pasar forward domestik dengan penyelesaian transaksi dalam mata uang rupiah, sehingga tidak berpengaruh terhadap posisi cadangan devisa. 


Perry sangat konsisten menjaga fungsi BI sesuai UU. Dan Jokowi juga senang. Bahkan disaat pendemi kemarin setelah keluarnya UU No. 1/2020. BI tidak mau mendukung pasar SBN untuk pembiayaan PEN-Covid. Menolak wacana DPR untuk cetak uang. Jokowi diam saja. Tapi akhirnya BI setuju membeli SBN dengan  sarat. Apa itu? skema burden Sharing. Artinya Pemerintah harus transfarance penggunaannya dan pembelian SBN sesuai dengan progress realisasi program Pemulihan Ekonomi. BI benar benar bertindak sebagai lender daripada kasir pemerintah “ Engga becus kelola duit yang gua kasih, ya sorry aja. “ Kira kira itu kata Perry kepada Pemerintah.


Perry terlahir sebagai anak kampung. Putera seorang petani yang hidup sederhana. Oleh salah seorang anggota DPR, kisah perjalanan hidupnya bahkan disamakan dengan Presiden Jokowi. Di depan puluhan jamaah, Masjid Nurul Ama, Perry menceritakan bagaimana dirinya yang hanya orang desa dan anak petani miskin bisa meraih posisi strategis di bank sentral. "Saya sering katakan segala sesuatu itu adalah kekuasaan dari Allah. Kalau kita dekat dengan Allah, Insya Allah ikhtiar kita akan disempurnakan," kata Perry.


Berangkat dari desa dan dari keluarga sederhana, taat beragama dan rendah hati. Saya yakin, negeri ini akan kuat menghadapi badai global crisis selagi Gubernur BI dan menteri keuangan orang yang amanah. Dan tentu karena presiden nya amanah. Andaikan semua menteri dan pembantu presiden kelas SMI dan Perry, saya yakin Indonesia bisa menjadi negara besar dan kuat secara ekonomi dan orang hebat seperti SMI dan Perry tidak mengejar jabatan Presiden.

No comments: