Monday, July 4, 2022

BRICS, ancaman dominasi Dollar AS



Sekian decade lembaga multilateral seperti IMF, Worldbank, AD, WTO, Bank international for Settlement, OECD dan lainnya, tidak bisa menutupi fakta bahwa mereka penyebab terjadinya economy imbalance. Walau dengan jargon untuk perdamaian dunia, namun faktanya lembaga itu jadi mesin efektif memaksakan kepentingan AS dan Barat kepada dunia. Termasuk caranya mengembargo Iran dari sistem keuangan Dunia, dan terakhir diterapkan juga kepada Rusia.


China dan Rusia  tahu pasti bahwa sistem keuangan dunia dikendalikan oleh AS dan Barat. Ini tidak adil. Apalagi ketika crisis 1998, tidak ada dampak positif dari keberadaan IMF dan Worldbank mengatasi krisis. Bahkan negara yang ikut dalam program recovery IMF semakin terpuruk semakin dalam. Justru Negara yang selamat dari krisis karena mereka menolak program recovery Ekonomi dari IMF.  Tapi mereka dalam keadaan lemah, ya diam saja dan focus kerja aja.


Tetapi masuk awal tahun 2000, China dan Rusia menginisiasi terbentuknya aliansi multilateral diantara negara yang tingkat pertumbuhannya tinggi. Tahun 2001 dibentuk BRICS. Yang anggotanya terdiri dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Yang jelas mereka mewakili sekitar 40% dari populasi dunia dan sekitar sepertiga dari output ekonomi global. “ Ibarat kata, Brazil itu toko kelontongan dunia. Rusia itu pompa besin dunia. China mesin produksi Dunia. India, penyedia layanan dunia. Afsel  marcu suar kebangkitan Afrika. “ Kata teman. Memang aliansi itu dibayangi oleh adanya krisis perbatasan  antara  China dan India, namun kedua negara itu bisa memisahkan masalah politik dan Ekonomi. 


Rencana itu memang tidak mudah. Namun momentum kejatuhan wallstreet tahun 2008, dimanfaatkan oleh China dan Rusia. Tahun 2009 berhasil diadakan KTT BRICS yang pertama. Berlangsung di Yekaterinburg. BRICS lebih focus kepada reformasi sistem keuangan dan perdagangan dunia. Awalnya keberadaan BRICS dipandang sebalah mata oleh AS. Bukan ancaman serius. Tapi semakin besar porsi ekonomi China dalam perdagangan dunia, semakin mengkawatirkan AS. Apalagi China sudah mengalahkan AS. Era Trump memang AS berusaha mematikan langkah BRICS ini lewat perang dagang antara China dan AS. Namun justru membuat reputasi AS jatuh di dunia international.


Semua tahu bahwa motor dari BRICS ini adalah China. Xijinpingn selalu mengingatkan agar negara anggota belajar dari kegagalan sistem keuangan dunia.  Harus focus kepada perdamaian, economic balance, tranformasi ekonomi digital, ekonomi pasar yang regulated. Selain itu juga BRIC mendorong PBB agar ditingkatkannya  Dana Perwalian Perdamaian dan Pembangunan, menerbitkan Laporan Pembangunan Global, dan mendirikan Pusat Promosi Pembangunan Global dan Jaringan Pengetahuan Global untuk Pembangunan.


Tahun ini BRICS akan membuka keanggotaan baru. Indonesia, Turki, Saudi, Mesir, Argentina, dan lainnya mungkin akan gabung. Mengapa ? Belakangan ini volume perdagangan China dengan negara anggota BRICS, sudah mengalahkan perdagangan dengan AS dan Eropa. Artinya masa depan bukan lagi pada Eropa dan AS.  Pada KTT BRICS tanggal 25 juni kemarin. Jokowi dapat kesempatan menyampaikan gagasannya dalam High-level Dialogue on Global Development. Gagasan Indonesia sebenarnya sejalan dengan program BRICS, yaitu solution terhadap dampak dari economic imbalance yang ditimbulkan oleh sikap AS dan Eropa.


Artinya, Indonesia lebih focus kepada masalah esensi. Apa itu? keseriusan mengatasi krisis energi, pangan dan keuangan. Jadi harus ada niat baik bagi semua untuk memperkuat kemitraan secara global sesuai dengan program dunia tentang Sustainable Development Goals. Itu satire kepada AS. Sebaiknya AS dan Eropa cepatlah sadar. Kalau engga,  Indonesia  akan bergabung dalam BRICS, dan kemudian diikuti oleh Arab, Iran, Argentina, Turki maka dominasi dollar AS dalam perdagangan dunia akan tumbang. Keberadaan IMF akan mudah diakusisi oleh BRICS.

No comments: